Kesalehan dalam Berinformasi Akan Meningkatkan Kualitas Diri Seorang Muslim
Dibaca: 350
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KUNINGAN- Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah(PWPM)Jawa Barat, Iu Rusliana menyerukan kepada para pimpinan daerah, dari cabang hingga ranting, kader Muhammadiyah, dan umat Islam untuk bisa mengembangkan kesalehan berinformasi. Karena dengan adanya kesalehan berinformasi, umat muslim tidak akan mudah diadu domba.
“Ini era dimana hoax diproduksi, mesin fitnah beroperasi secara masif, adu domba, ujaran kebencian dan saling mendiskreditkan meluas. Itu cara pihak tertentu yang tidak senang umat Islam akur, ingin memecah belah dan melemahkan ukhuwwah,” ujar Iu Rusliana saat menjadi narasumber Workshop Pendidikan dalam Pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kuningan, di Kuningan (26/1).
Menurut Iu, kesalehan berinformasi mengandung makna, kualitas diri seorang Muslim yang mampu bersikap kritis dengan menyaring, menilai, dan memutuskan apakah informasi itu sahih atau tidak.
Iu mengatakan, terdapat tiga cara dalam mengembangkan kesalehan berinformasi. Pertama, jangan mudah percaya begitu saja setiap informasi yang diterima, terlebih lagi dalam bersikap dan memberikan komentar secara langsung.
Kedua, memeriksa dengan teliti referensi, rujukan, sumber berita dan konten informasi. Dalam khazanah ilmu takhrij hadis, terang Iu, dikenal istilah sanad, rawi dan matan. Seperti yang tertuang dalam Q.S Al-Hujurat ayat 6 yang mengarkan cara umat Islam dalam bersikap dan teliti terhadap suatu informasi.
Ketiga, mampu menahan diri untuk menyebarkan semua informasi yang diterima. Sikap ini diperlukan jika orang tersebut belum mengetahui kebenaran informasi, agar tidak terlibat dalam sengketa di ruang publik yang dapat menyulut konflik sosial.
Al-Quran menamakan seseorang yang menyebarluaskan berita bohong dengan istilah fâsiq. Iu memaparkan, ciri orang fâsiq antara lain melanggar perjanjian untuk bertauhid. “Telah disebutkan akan ada nabi dan rasul terakhir, yaitu Muhammad Saw, namun mereka mendustakannya,” ujar Dosen Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tersebut menyoal isi dari Q.S Ash-Shaff ayat 5.
Selanjutnya, ciri orang fâsiq adalah menghancurkan ciptaan Allah swt. Padahal manusia diperintahkan Allah untuk memelihara bumi dan seisinya. Namun, mereka merusak tatanan kehidupan manusia maupun alam semesta. “Seperti yang diingatkan dalam surah An-Nur ayat 4, umat Islam pun dapat dijuluki fâsiq, ketika menyebarluaskan fitnah,” kata Iu tentang penyebab munculnya kerusakan di muka bumi.
Agar terhindar dari sifat fâsiq, Iu mengingatkan, harus dikembangkan sikap saleh berinformasi. Karena dalam kondisi cepat informasi juga melek teknologi ini, tak ada benteng pertahanan yang dapat diandalkan selain diri sendiri. “Area peperangannya sudah bukan lagi dalam bentuk sistem, tapi langsung head to head dengan setiap orang melalui ponsel pintarnya masing-masing,” katanya.
Hadir dalam acara tersebut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa sebagai pembicara kunci dan para pejabat pemerintah daerah Kuningan, MUI, tokoh masyarakat, pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah, pemuda dan ratusan guru se-Kuningan.(adam)
Kontributor : Ridho Abdillah
Tags: muhammadiyah, informasi, kualitas, diri
Arsip Berita