Umat Islam Harus Mampu Mengkonversi Media Sosial Menjadi Media Dakwah yang Masif
Dibaca: 295
MUHAMMADIYAH.OR.ID, METRO – Kajian bulanan perdana diawal tahun 2017 yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Metro menyuguhkan tema aktual “Era Linimasa, peluang dan tantangan umat Islam”. Hadir sebagai pembicara Husnul Fatarib, Dosen IAIN Metro, Amiruddin Sormin, jurnalis Lampung Post, dan Suhendi, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi, Minggu (29/1) di gedung dakwah PDM Kota Metro.
Dalam perspektif akademisi khususnya kajian dakwah Islam, Husnul Fatarib menjelaskan, media merupakan alat dakwah yang sudah ada dan berkembang sejak jaman nabi dan rasul. Di masa Rasulullah, syair merupakan produk budaya yang mampu mempengaruhi pemikiran manusia sehingga Allah SWT turunkan al-qur’an dengan ketinggian dan keluhuran bahasanya sebagai pembanding. Media saat ini tak ubahnya seperti sihir karena dapat menghilangkan rasionalitas serta logika manusia, dapat seketika merubah ekspresi marah atau gembira hingga merubah keyakinan dan pemikiran seseorang.
Husnul Fatarib juga menyatakan Media sosial diibaratkan bagaikan pisau yang memiliki dua sisi fungsi yang bisa bernilai positif dan negatif, maka bijaklah dalam penggunaannya sehingga tidak merugikan. Era linimasa yang berbasis pada pemanfaatan media sosial harus mampu di konversi oleh umat Islam menjadi media dakwah yang massif karena saat ini manusia yang satu dengan yang lain telah terkoneksi tanpa mengenal batasan ruang dan waktu.
Dengan memaparkan data-data yang valid, Suhendi sebagai Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PDM Metro mengatakan di Asia, Indonesia menduduki rangking 4 penggunaan internet. Era linimasa telah menghadirkan tantangan baru dalam dunia dakwah, sekarang adalah era psywar, dimana mereka yang rajin melontarkan opini dan menggiring opini sesuai dengan agendanya akan menjadi pemenang.
“Media-media Islam saat ini belum memilki power sebagai penentu opini, hal ini dibuktikan dengan sedikitnya follower media-media Islam termasuk follower akun muhammadiyah dan tokoh-tokohnya sehingga kebanyakan umat mengkonsumsi berita-berita yang kebenarannya diragukan. Oleh sebab itu, umat Islam harus diberi pencerahaan dengan melakukan proses menyaring kebenaran informasi ( tabayyun) dan tidak menelan mentah-mentah informasi sebelum men-share berita yang berseliweran di dunia maya macam whatsApp, facebook, twitter dan lain sebagainya ke pihak lain,” terangnya.
Menurutnya, media sosial dapat menjadi alat gerakan persyarikatan agar lebih inklusif sehingga ide maupun konsep pencerahan dapat lebih cepat menyebar. “Jangan sampai kader Muhammadiyah menyerap berita atau bahkan menyebarkan berita hoax atau berita lain yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,” harapnya. (Syifa)
Kontributor : Agus Riyanto
Tags: muhammadiyah, konversi, media, sosial
Arsip Berita