Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Muhammadiyah : Bantuan Kemanusiaan Harus Berbasis Hak dan Memperhatikan Keberlanjutan

Homepage

Muhammadiyah : Bantuan Kemanusiaan Harus Berbasis Hak dan Memperhatikan Keberlanjutan

Jum'at, 10-02-2017
Dibaca: 315

 

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA -  Aliansi Kemanusiaan Indonesia – Myanmar (AKIM) yang bulan Desember 2016 lalu bersama Kementerian Luar Negeri RI memberikan bantuan kemanusiaan untuk Myanmar sesungguhnya tumbuh atas dasar kedermawanan kemanusiaan dan perhatian lintas batas yang juga dilatarbelakangi oleh pengalaman bantuan kemanusiaan untuk Nepal.

Demikian disampaikan Rahmawati Husein, Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam diskusi publik “Peran Indonesia Dalam Bantuan Kemanusiaan Rohingnya” yang diselenggarakan Kantor Staf Presiden, Jl. Veteran III Jakarta, Kamis (9/2).

Rahma memaparkan prinsip utama pendekatan AKIM ini yang pertama adalah pendekatan Inklusif. “Kenapa ini menjadi sangat penting tidak hanya satu kelompok, karena semakin kita hanya memberi bantuan satu kelompok, kelompok Rohingnya itu akan semakin ditekan. Oleh karena itu persoalan-persoalan ini harus disikapi dan ini menjadi catatan bagi kami bagaimana sense inklusifitas dan sensitifitas harus dijaga,” paparnya.

Prinsip lain yang diutamakan AKIM yaitu tidak hanya memberikan bantuan dan tanpa memperhatikan keberlanjutan. Bagi Rahma bantuan bukanlah charity – hit-take a pucture and run – yang hanya datang melakukan pendokumentasian dan berlalu pulang, tetapi bagaimana meningkatkan efektifitas bantuan kemanusiaan yang berbasis hak dan memperhatikan keberlanjutan.

“Ini yang paling penting karena kita tidak akan membantu selamanya, kita tidak punya resources untuk membantu yang sangat besar, kemudian apapun yang dilakukan itu juga perlu mempertimbangkan sustainability,” pungkas Rahma yang juga menjabat sebagai Badan Pengarah BNPB ini.

Selain itu pendekatan yang juga penting dalam memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk untuk Myanmar adalah pendekatan berbasis gender dan memperhatikan kelompok rentan. Rahma menuturkan berkaca pada kasus konflik yang pernah terjadi di Indonesia bahwa komunitas perempuan, disamping menjadi  terdampak utama tapi juga menjadi pendorong untuk resolusi konflik. (raipan)

 

 

 


Tags: muhammadiyah, akim, bantuan, rohingnya, myanmar, mdmc
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: nasional



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website