Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Pendiri Muhammadiyah Maluku Merupakan Seorang China Muslim

Homepage

Pendiri Muhammadiyah Maluku Merupakan Seorang China Muslim

Kamis, 23-02-2017
Dibaca: 1788

 

MUHAMMADIYAH.OR.ID, AMBON – Terdapat dua tokoh pelopor kebangkitan Islam di Maluku Utara, yaitu H Mohammad Amal (1885-1960) dari Galela dan H Abdullah Tjan (lahir 1901) dari Tobelo. H Abdullah Tjan, merupakan pelopor kebangkitan Islam Maluku Utara, Ia seorang ulama keturunan Tionghoa dari fam TJAN, yaitu dari lima turunan yang sudah memeluk agama Islam. Ia dilahirkan  pada tahun 1901 (yang benar: 14 Juni 1877, wafat: 4 Juli 1970 –sumber: Saleh Tjan -cucu) dari keluarga Tjan, yang pindah ke Tobelo dari Ternate pada tahun 1906. Di saat keadaan umat Islam di Tobelo sangat menyedihkan.

Tidak dapat disangkal bahwa tantangan yang dihadapi oleh mubaligh Abdullah Tjan di Tobelo memang cukup berat. Sebab, sejak tahun 1865 daerah Halmahera Utara mudah menjadi proyek zending Kristen. Bahkan sampai sekarang ini, Tobelo masih menjadi basis Kristen di Maluku Utara. Perkembangan Kristen di Halmahera Utara dimulai dibawah komandi Utrechsrhe Zending Venreniging (UZV). Sejak terjadinya gempa bumi, 22 Mei 1864, kegiatan UZV dari Irian Barat mulai diarahkan ke Halmahera Utara, dibawah komando Pendeta Hoveker. Pada tanggal 18 Agustus 1865, berangkatlah empat orang pendeta antara lain, H Van Dijken, Klausen, de Bode ke Galela. Kemudian pendeta de Bode ke Surabaya (1868) dan diganti oleh pendeta van Been, yang pada tahun 1871 mulai bertugas di Tobelo.

Dari sekilas masuknya Kristen di Tobelo yang singkat itu, sudah dapat dibayangkan betapa besar pengaruh Kristen dalam menekan umat Islam. Apalagi pihak zending mendapat bantuan pihak penjajah. Maka tidaklah mengherankan, kalau banyak kampung yang sudah dikuasai zending. Hanya kampung  Gamsung, tempat tinggal H Abdullah Tjan yang sukar ditembus oleh zending kristen. Sitausi seperti inilah yang dihadapi oleh H Abdullah Tjan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan, serta dengan senjata “ballighu ‘anni walau’ayah” beliau tampil ke depan.

Sejak menjadi imam masjid Tobelo, H Abdullah Tjan telah memelopori peningkatan amal-amal seperti: mengadakan pringatan hari-hari besar Islam, mengadakan dan menentukan hari-hari libur Islam, mengadakan dan memakmurkan masjid dengan shalat Jum’at dan shalat tarawih. Sehingga masjid-masjid yang dulu hanya berfungsi sebagai “berhala” dan museum, oleh beliau mulai diaktifkan dan dijadikan sebagai pusat perjuangan. Kalau dulu, setiap bulan Ramadhan jumlah orang yang shalat tarawih hanya sektar tiga atau empat orang, sejak H Abdullah Tjan menjadi imam, maka shalat-shalat tarawih mulai banyak diikuti orang. Sehingga, malam-malam dibulan Ramadhan selalu hidup dengan syiar Islam.

Pelopor Pendiri Muhammadiyah

Sebelum mendirikan Pergerakan Muhammadiyah Tobelo, sebenarnya H Abdullah Tjan sudah  menjabat Ketua I Muhammadiyah Halmahera Utara yang diketuai oleh H Mohammad Amal di Galela (1928). Oleh karena itu, sebagai orang Tobelo, beliaupun memandang perlu mendirikan Muhammadiyah di Tobelo. Tetapi izin untuk berdirinya Muhammadiyah Tobelo ini, ditolak oleh pemeritah Belanda. Padahal gedung untuk tempat sekolah Muhammadiyah sudah didirikan. Oleh karena itu, sambil menanti kesempatan yang baik, beliau segera mendirikan Persatuan Islam Tobelo (PERSIT).

Dalam pada itu, larangan terhadap pendirian Muhammadiyah inipun segera dilaporkan kepada PB Muhammadiyah di Yogyakarta. Yang kemudian dijawab oleh PB Muhammadiyah, “Supaya membentuk saja dulu, tanpa izin. Asal segera disusun pengurus dulu, baru diumumkan dan dilaporkan. Kalau ada apa-apa, maka PB Muhammadiyah Yogyakarta akan datang.,” demikian jawaban PB Muhammadiyah. Jawaban PB Muhammadiyah itu, telah membangkitkan H Abdullah Tjan dan kawan-kawan untuk mendirikan Muhammadiyah.

Maka, pada tahun 1930, dibentuklah Pengurus Muhammadiyah Tobelo dengan susunan sebagai berikut: Ketua, A Gani Datuk Bendaharo Alam, seorang mubaligh berasal dari Sumatera yang menetap di Tobelo. Sekretaris, Moh Thayib Siri. Sedangkan, H Abdullah Tjan, menjabat sebagai Ketua II. Betapapun pesatnya Muhammadiyah berkembang di Tobelo, namun tidak luput dari rintangan-rintangan yang datang dari pihak Pemerintah Belanda. Tetapi, segala rintangan itu dapat beliau atasi. Bahkan, beliau segera mendirikan Sekolah Madrasah Muhammadiyah.

Kebangkitan Muhammadiyah di Tobelo telah merangsang pihak zending untuk melancarkan aksi-aksinya. Dalam pada itu, keadaan umat Islam sendiri masih menyedihkan. Oleh sebab itu, beliaupun memandang perlu membentuk alat dakwah lain yang semi resmi. Bersama dengan teman-teman seperjuangan yang lain, seperti H Mohammad Amal (imam Galela), Humar Djama (imam Morotai) dan Amly Sidik (imam Kao), pada tahun 1938 dibentuklah Imam Permusyawaratan Onderafdeling Tobelo (IPOT), yang didirikan untuk menggarap daerah Tobelo, Galela, Kao dan Morotai.

Kebangkitan Muhammadiyah dan IPOT di Tobelo itu, telah membuat musuh-musuh Islam menjadi kecut, dan para pendeta melarang pengikut-pengikutnya supaya tidak mendengarkan tabligh-tabligh Islam. Disamping dikenal sebagai seorang ulama yang alim dan tekun, sebenarnya H Abdullah Tjan adalah seorang ahli debat yang berotak cerdas. Dalam menghadapi perdebatan dengan para pendeta, para imam kolot dari Ternate yang selalu merintangi perjuangannya, terbukti H Abdullah Tjan sangat lincah mementahkannya.

Melihat prestasi imam Tobelo, H Abdullah Tjan yang begitu sukses di bidang hukum agama, para hakim Syara’ merasa tidak senang. Sehingga, para hakim Syara’ di Ternate selalu berusaha untuk menyingkirkan beliau. Tetapi usaha mereka selalu gagal, sebab Sultan Ternate sangat mengagumi karya H Abdullah Tjan. Betapa tidak, sebab semua persoalan yang tidak bisa diselesaikan oleh hakim Syara’ di Ternate, terbukti mudah diselesaikan oleh IPOT yang dipimpin H Abdullah Tjan.

Suatu ketika, Sultan memanggil para hakim Syara’ di Ternate dan memarahi mereka, “Ayo, kamu harus meniru Abdullah Tjan,” bentak Sultan kepada para hakim Syara’ Kesultanan. Sudah pasti, pujian Sultan terhadap H Abdullah Tjan ini membuat para hakim Syara’ tidak senang. Sehingga, mereka pernah mengusulkan supaya imam Tobelo itu dipecat saja. Karena sering menentang atasan. Tetapi, permintaan para hakim Syara’ ini ditolak oleh Sultan.

Pada tahun 1940, Sultan Djabir Syah datang ke Tobelo bersama dua imam, satu kadhi dan seorang khatib Kesultanan. Setiba di Tobelo, para kadhi itu memberikan pesan kepada H Abdullah Tjan. Imam Tobelo tidak boleh membaca khutbah dalam bahasa Indonesia.Khutbah-khutbah harus dibacakan dalam bahasa Arab. Kecuali kalau hari raya. H Abdullah Tjan, menjawab dengan pertanyaan, “Sudah? Hanya itu pesannya? Jadi sudah payah-payah meninggalkan Ternate hanya membawa pesan itu?”

Mendengar jawaban H Abdullah Tjan yang sinis itu, para kadhi tidak berkutik. Maka berkatalah H Abdullah Tjan, “Tuan-tuan jangan mimpi, sebab umat Islam di Tobelo sudah banyak, dan saya sudah berkhutbah beberapa kali dalam bahasa Indonesia….”

Kalau dikatakan bahwa H Abdullah Tjan itu sebagai seorang ulama yang cerdas, tidak ada seorangpun yang menyangkal. Tetapi, kalau dikatakan bahwa beliau adalah seorang organisatoris dan adiministrator, mungkin ada yang kurang percaya. Beliau adalah, seorang ulama yang cukup memahami soal-soal administrasi dan organisasi. (adam)


Tags: muhammadiyah, pendiri, maluku, utara
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: nasional



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website