Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Abdul Mu’ti: Kita Harus Menjawab Tantangan Terorisme dengan Social Security

Homepage

Abdul Mu’ti: Kita Harus Menjawab Tantangan Terorisme dengan Social Security

Jum'at, 17-03-2017
Dibaca: 339

 

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Ketika seseorang menjadi teroris atau radikal tidak selalu karena ia berangkat dari membaca ayat (Al-Quran) kemudian menjadi teroris, tetapi lebih banyak karena proses dialektika dalam proses kehidupannya dan mendapatkan justifikasi teologis dari ajaran agamanya.

Hal demikian disampaikan Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah dalam sambutannya pada acara Diskusi dan Peluncuran buku dengan judul Jihad, Khilafah dan Terorisme, yang diselenggarakan oleh Maarif Institute di Aula KH. Ahmad Dahlan, Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62 Jakarta, Kamis (16/3).

“Karena itu gejala radikalisme dalam beberapa studi yang saya ikuti itu tidak hanya ada pada agama Islam saja tetapi juga mulai mengemuka pada agama-agama yang lainnya, khususnya pada agama-agama besar di dunia,” pungkas Mu’ti.

Menurut Mu’ti, ini menjadi tantangan bersama bagi agama-agama khususnya kelompok moderat karena gejala fundamentalisme dan radikalisme telah menjadi tantangan global. Maka penguatan kelompok moderat di semua agama mejadi sebuah keniscayaan. Sebauh otokritik ketika islam moderat itu sering jadikan lelucon sebagai islam mudorat. Maka kelompok moderat harus bisa menjelaskan dengan mudah dan tetap bisa merepresentasikan pengertian moderat yang sesungguhnya.

Karenanya, lanjut Mu’ti, diskusi Jihad, Khilafah dan Terorisme ini perlu dilihat tidak hanya dari sudut pandang yang bersifat kajian-kajian keagamaan berupa teks-teks agama dan reformulasi atau interpretasinya, tetapi juga perlu dilihat faktor-faktor lain yang bersifat non teologis.

“Seseorang menjadi pelaku teror bukan karena membaca teks-teks agama tetapi lebih banyak mengalami pengalaman hidup yang pahit, perasaan tersakiti, terpinggirkan, terdzolimi dan frustasi. Oleh karena itu perasaan undertrack atau dalam ancaman itu menjadi salah satu sebab diantara sebab-sebab yang lain mengapa seseoran itu menjadi radikal atau pelaku teroris”

Ancaman dan tantangan itu ada, tapi seberapa seriuskah tantangan dan ancaman itu bagi indonesia? Karena keseriusan aparat tidak selalu linear dengan keseriusan masyarakat. Jika terorisme itu menjadi sebuah ancaman, ancaman bagi siapa?

“Oleh karena itu kalau kita berbicara mengenai bagaimana kita mencoba menjawab tantangan terorisme itu dan berusaha untuk menghilangkannya, menguranginya atau meminimalkannya, pendekatannya tidak selalu bersifat military security approach, tetapi pendekatan social scurity itu juga harus menjadi bagian dari perhatian,” tutup Mu’ti. (nisa/raipan)           


Tags: muhammadiyah, terorisme, social, security
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: nasional



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website