Jakarta –Banyaknya amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah, tidak lepas dari peran dan pengabdian kader Muhammadiyah. Keberadaan amal usaha tersebut bisa disebut sebagai manifestasi dari ajaran ihsan yang dipraksiskan dalam bentuk gerakan dakwah yang lebih membumi.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Tim Asistensi Bendahara PP Muhammadiyah Yunan Yusuf dalam acara Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah, Rabu (17/7) di Kampus Uhamka. Yunan juga menjelaskan bahwa sikap ihsan tentu saja akan melahirkan sebuah perilaku terbaik dalam melakukan sesuatu. “Sikap ihsan bagi Muhammadiyah kemudian melahirkan amal usaha terbaik yang menyebar di berbagai daerah,” katanya.
Namun Yunan juga mengingatkan kalau segala bentuk amal usaha itu diawali dari niat. “Semua perbuatan itu tergntung pada niat, ada yang niatnya karena Allah, ada yang untuk kepentingan dunia, atau kepentingan yang lain. Dan niat itu yang akan menentukan sejauh mana kualitas pekerjaan kita,” jelasnya.
Kalau warga Muhammadiyah niatnya jelek ketika akan mendirikan amal usaha, maka hasilnya akan jelek. Namun niatnya baik, katanya, maka hasilnya akan maksimal dan memiliki nilai. Oleh karenanya, Yunan berharap apa yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah ini harus bernilai ibadah.
Dalam konteks Muhammadiyah, semua amal usaha harus dipahami sebagai bentuk kekayaan peryarikatan dan tidak boleh dimiliki oleh pribadi-pribadi. “Semua asset tidak boleh diakui oleh pengurus, karena semua kekayaan dan amal usaha itu adalah miliki persyarikatan,” terangnya. Sesuai aturan di Muhammadiyah, Yunan menegaskan bahwa semua pengurus dan warga Muhammadiyah harus tunduk pada aturan persyarikatan ini.
Pemahaman ini penting menurut Yunan, mengingat segala bentuk pengabdian di amal usaha itu dalam rangka mewujudkan tujuan Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, “jadi amal usaha bukan untuk tujuan pribadi, tetapi untuk kepentingan umum,” pungkasnya.
Reporter: Roni Tabroni