Jum'at, 29 Maret 2024

Aqidah Islam

Islam Agama Hanif

 

Mohammad Dzikron

Alumni Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta/Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Alam kehidupan sehari-hari terkadang kita masih melihat praktik-praktik ke-Islaman yang masih jauh dari Islam yang sesungguhnya. Misalnya, orang Muslim yang setiap hari melakukan shalat namun selesai shalat masih suka menipu, mencuri, korupsi, berbuat maksiat dan lain sebagainya.Atau misalnya orang Muslim yang mengaku sebagai insan yang paling memegang kuat syariah Islam namun dalam mendakwahkan ajaran Islam masih menggunakan kekerasan dan bukan dengan jalan kedamaian.

 Atau kita sering melihat banyak orang yang menekuni ilmu ke-Islaman, namun ilmunya masih berhenti pada tataran teori dan sama sekali tidak terwujud dalam kehidupannya sehari-hari. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa banyak umat Islam saat ini yang mengaku Islam namun pada hakekatnya belum memahami Islam sebenarnya. Meyakini Islam tapi baru sebatas pada simbol keislaman dan sama sekali belum menyentuh aspek riil dalam keber-Islamannya. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi hal itu adalah adanya pengabaian akan pemahaman yang utub terhadap paradigma Islam sebagai agama yang hanif.

 Dalam Al-Qur'an, kata hanfftelah diulang dalam berbagai ayat sebanyak sepuluh kali, sedangkan kata hunafâ'diulang selama dua kali. Kata hanif dalam Al-Qur'an biasanya diterjemahkan dengan kata lurus. Sehingga, agama yang hanif adalahagamayanglurus.Atauterkadang dimaknai dengan makna condong. Maka, agama Islam yang hanif adalah agama yang lurus menuju Tuhan, dan atau condong hanya kepada Tuhan yang satu, tidak membelok kepada yang lain. Sebab itu pula maka agama hanif adalah agama tauhid. Itulah agama yang dibawa Nabi Ibrahim, sebagai bapak para Nabi. Dalam surat Al-Baqarah ayat 135 misalnya, disebutkan:

Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim  yang lurus, dan bukanlah dia dari orang- orang yang musyrik. Oleh sebab itu, agama Nabi Ibrahim  as adalah agama yang lurus hanya kepada Allah. Sehingga Nabi Ibrahim bukanlah  seseorang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Kerangka dasar  paradigma keberagamaan ini sangat jelas  dan seharusnya menjadi dasar berpikir  dan berbuat bagi umat Muslim seluruhnya.

Untuk memahami Islam sebagai agama hanif kita juga perlu melihat secara historis sebuah gerakan yang muncul di tengah masyarakat Arab yang dahulu disebut  sebagai gerakan al-Hanafiyah. Letak penting gerakan ini ada pada kemunculannya di masa transisi, dari masa pra-Islam me nuju masa Islam.

Pada waktu itu, penyebaran al-Hanafiyah yang diikuti oleh sebagian para tokoh, para cendekiawan, para penyair dan orang- orang yang tercerahkan merupakan gerakan revolusioner yang pemah muncul sebe lum diutusnya Nabi Muhammad saw. Fe nomena munculnya gerakan al-Hanafiy yah ini merupakan realitas sejarah yang tak mungkin dihindari. Bahkan hal tersebut merupakan keharusan karena kebutuhan masyarakat terhadap perubahan yang lebih baik dan untuk meninggalkan budaya kejahiliahan yang telah merajalela.

Masyarakat ketika itu dihadapkan dengan kekuatan-kekuatan produktivitasyang terus berkembang, baik produktivitas dalam perdagangan, perindustrian maupun dalam pertanian. Bahkan perkampungan yang kecil berubah menjadi besar, aktivitas kehidupan yang semakin aktif dan dinamika kehidupan yang begitu cepat, semuanya memaksa terjadinya percepatan perubahan dalam masyarakat.

Dengan demikian gerakan al-Hanafiy-yah tersebut merupakan kumpulan dari al-hunafâ', yaitu orang-orang yang dengan segenap kemampuan dan keistimewaan yang ada pada dirinya, baik itu kecerdasan akainya, pengetahuannya, yang menumbuhkan sikap kritis terhadap berbagai problem kehidupan manusia. Oleh karenanya, mereka tercirikan sebagai orang-orang yang relatif lebih terpelajar dan memiliki budi pekerti yang baik. Mereka juga menolak menyembah berhala karena dipandang sebagai suatu hal yang menyimpang dan sia-sia. Dengan itu mereka lebih condong untuk menyerukan kepada ke-Esaan Allah sebagai sebuah keyakinan yang telah terpatri dalam hidupnya.

 Demikian juga mereka menjadi sebuah kelompok yang memiliki moralitas tinggi, menolak segala bentuk kehinaan yang dapat menjerumuskannya dalam lembah kenistaan.  Karenanya mereka menjauhi perbuatan zina, meminum khamer, mengubur hidup-hidup anak perempuan. Ajakan-ajakan itu merupakan upaya untuk menyebarkan agama hanif sebagai sebuah pencarian terhadap agama baru yang lebih rasional. Pada akhirnya fenomena gerakan al-Hanafiyah tersebut menjadi titik awal bagi muncuinya "kesadaran" baru dalam ber-Islam dan berdinamika membangun peradaban yang utama.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan babwa Islam adalah agama hanif. Ajaran agama Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw pada dasarnya adalah sama dengan ajaran agama-agama yang disampaikan oleh para Nabi-Nabi terdahulu.Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw merupakan penyempurna dari ajaran-ajaran agama sebelumnya, sehingga menjadi agama yang kita kenal dan kita yakini sebagai agama Rahmatan Lil'Alamîn. Wallâhu a'lam bi al-shawâb.

Menu Terkait