Ditinggal Calon Suami
Assalamu’alaikum wr. wb.
Ibu Emmy yang baik, saya gadis (22 tahun). Setelah lulus SMU saya tidak meneruskan kuliah karena orang tua sudah tidak mampu membiayai saya. Maka saya langsung bekerja. Tak lama kemudian saya diterima kerja di sebuah restoran. Di sanalah saya ketemu calon suami.
Kami menjalin hubungan selama 3 tahun. Selain itu banyak suka duka dan pasang surut yang kami alami. Saya sangat percaya dan hormat padanya. Saya juga yakin nanti ia bisa menjadi imam yang baik untuk saya. Kami sudah sangat dekat. Sampai-sampai saya pun tak sadar telah dilecehkan secara seksual olehnya, meski tak sampai berhubungan intim. Saya seperti tak kuasa menolaknya, sering saya bilang ke dia kalau memang tidak kuat menahan diri, puasa, kalau masih tidak kuat juga ya mari kita menikah. Tapi ajakan saya diabaikan dengan berbagai alasan.
Belakangan teman saya cerita bahwa dia ada hubungan khusus dengan teman sekerjanya. Saya tidak percaya, saya tanyakan ke dia. Setelah beberapa hari, ia baru terus terang bahwa hal itu benar adanya. Katanya, dia tidak pantas untuk saya, karena saya terlalu baik.
Saya tidak terima, Bu. Saya katakan, bahwa ia sedang khilaf. Nanti kalau memang ia mau kembali pada saya, saya akan terima dia lagi apa adanya. Menurut Ibu, bagaimana sikap saya yang seperti itu? Karena saya sudah terlanjur percaya padanya, juga ibu saya. Saya tidak mau Ibu saya kecewa bila mengetahui yang sebenarnya. Selama ini ibu sangat berharap saya segera menikah dengannya. Saya tidak mau ibu saya yang lemah akan sakit bila mengetahui yang sebenarnya. Di samping itu saya merasa bahwa ia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan pada saya. Tolong bantu saya, Bu! Jazakumullah atas bantuannya. elamat menunaikan ibadah puasa. Semoga puasa kita diterima Allah SwT. Amiin.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
D di kota J
Wa’alaikumsalam wr. wb.
Dear D, tiga tahun menjalin hubungan dengan dia, bukanlah waktu yang singkat. Tentu banyak kenangan indah dan sebaliknya yang mewarnai kehidupan selama itu yang tidak mudah untuk dilupakan. Ditambah lagi D masih mempunyai harapan yang besar untuk diperistri olehnya. Meski dengan embel-embel takut bila tak jadi dengannya ibu akan sakit.
Benar juga ya, kata Gombloh bahwa kalau sudah cinta tahi kucing jadi rasa coklat. Rupanya ini cocok dengan keadaan D, maaf, yang sedang dibutakan oleh cinta. Keadaan itulah yang membuat D tidak isa melihat masalah yang berhubungan dengan si dia dengan obyektif. Sulit bagi D untuk mengakui bahwa dia adalah laki-laki pengkhianat. aling tidak sudah mengkhianati D.
Kalau mau jujur, begitulah keadaan si dia. Rasanya dia memang pantas disebut demikian. Bagaimana tidak, ia dengan terus terang mengakui telah melakukan perselingkuhan, setelah melakukan hal yang membuat D merasa bersalah pada llah. enurut hemat saya, dengan kejadian ini, Allah sedang menunjukkan rasa sayangNya pada D, yaitu dengan memperlihatkan iapa ebenarnya si dia. Benar kata dia bahwa dia tidak pantas untuk D. Karena dia bukanlah laki-laki yang bisa bertanggung jawab maka bagaimana bisa menjadi imam yang baik untuk D? alau dia laki-laki yang baik, maka ia akan bertanggung jawab tas semua yang dilakukan bersama D, dan akan menyegerakan untuk menikahi D. Supaya bisa bersama-sama memperbaiki diri dengan dimulai melakukan tobat bersama. Bukannya menundanya,apalagi berselingkuh. Laki-laki seperti itu tidak bisa diharapkan.Lebih baik lupakan saja dia.
Semoga D dibukakan mata dan hatinya untuk bisa melihat dia dengan obyektif, dan diberi kekuatan untuk tegar dalam menerima kenyataan yang ada. Kalau sekarang belum bisa menerima kenyataan dan melupakannya. Yang dibutuhkan D adalah waktu dan kegiatan positif untuk mengisi rasa sepi yang ada, kemudian membuka lembaran kehidupan yang baru. Mengenai masalah ibu, yakinlah bila D bisa menerima semua itu dengan tegar dan ikhlas, ibu juga bisa menerimanya.
Perlu diketahui oleh D, laki-laki yang bisa menjadi imam adalah yang amanah, mempunyai tanggung jawab terutama pada cita-cita pernikahan yang diberkahi. Selanjutnya, dia akan berupaya untuk selalu berbuat yang bersih, jauh dari yang dilarang oleh Allah sejak memilah, memilih dan proses menuju pernikahan sampai kelak dalam kehidupan berumah tangga. Selalu diupayakan berjalan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw.
Mumpung ini masih di bulan Ramadlan, banyak-banyaklah bertobat, kembali pada Tuhan. Semoga D diberi kemudahan melupakannya dan mendapat pengganti yang jauh lebih baik dari si dia. Amiin.•
Ibu Emmy yang baik, saya gadis (22 tahun). Setelah lulus SMU saya tidak meneruskan kuliah karena orang tua sudah tidak mampu membiayai saya. Maka saya langsung bekerja. Tak lama kemudian saya diterima kerja di sebuah restoran. Di sanalah saya ketemu calon suami.
Kami menjalin hubungan selama 3 tahun. Selain itu banyak suka duka dan pasang surut yang kami alami. Saya sangat percaya dan hormat padanya. Saya juga yakin nanti ia bisa menjadi imam yang baik untuk saya. Kami sudah sangat dekat. Sampai-sampai saya pun tak sadar telah dilecehkan secara seksual olehnya, meski tak sampai berhubungan intim. Saya seperti tak kuasa menolaknya, sering saya bilang ke dia kalau memang tidak kuat menahan diri, puasa, kalau masih tidak kuat juga ya mari kita menikah. Tapi ajakan saya diabaikan dengan berbagai alasan.
Belakangan teman saya cerita bahwa dia ada hubungan khusus dengan teman sekerjanya. Saya tidak percaya, saya tanyakan ke dia. Setelah beberapa hari, ia baru terus terang bahwa hal itu benar adanya. Katanya, dia tidak pantas untuk saya, karena saya terlalu baik.
Saya tidak terima, Bu. Saya katakan, bahwa ia sedang khilaf. Nanti kalau memang ia mau kembali pada saya, saya akan terima dia lagi apa adanya. Menurut Ibu, bagaimana sikap saya yang seperti itu? Karena saya sudah terlanjur percaya padanya, juga ibu saya. Saya tidak mau Ibu saya kecewa bila mengetahui yang sebenarnya. Selama ini ibu sangat berharap saya segera menikah dengannya. Saya tidak mau ibu saya yang lemah akan sakit bila mengetahui yang sebenarnya. Di samping itu saya merasa bahwa ia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan pada saya. Tolong bantu saya, Bu! Jazakumullah atas bantuannya. elamat menunaikan ibadah puasa. Semoga puasa kita diterima Allah SwT. Amiin.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
D di kota J
Wa’alaikumsalam wr. wb.
Dear D, tiga tahun menjalin hubungan dengan dia, bukanlah waktu yang singkat. Tentu banyak kenangan indah dan sebaliknya yang mewarnai kehidupan selama itu yang tidak mudah untuk dilupakan. Ditambah lagi D masih mempunyai harapan yang besar untuk diperistri olehnya. Meski dengan embel-embel takut bila tak jadi dengannya ibu akan sakit.
Benar juga ya, kata Gombloh bahwa kalau sudah cinta tahi kucing jadi rasa coklat. Rupanya ini cocok dengan keadaan D, maaf, yang sedang dibutakan oleh cinta. Keadaan itulah yang membuat D tidak isa melihat masalah yang berhubungan dengan si dia dengan obyektif. Sulit bagi D untuk mengakui bahwa dia adalah laki-laki pengkhianat. aling tidak sudah mengkhianati D.
Kalau mau jujur, begitulah keadaan si dia. Rasanya dia memang pantas disebut demikian. Bagaimana tidak, ia dengan terus terang mengakui telah melakukan perselingkuhan, setelah melakukan hal yang membuat D merasa bersalah pada llah. enurut hemat saya, dengan kejadian ini, Allah sedang menunjukkan rasa sayangNya pada D, yaitu dengan memperlihatkan iapa ebenarnya si dia. Benar kata dia bahwa dia tidak pantas untuk D. Karena dia bukanlah laki-laki yang bisa bertanggung jawab maka bagaimana bisa menjadi imam yang baik untuk D? alau dia laki-laki yang baik, maka ia akan bertanggung jawab tas semua yang dilakukan bersama D, dan akan menyegerakan untuk menikahi D. Supaya bisa bersama-sama memperbaiki diri dengan dimulai melakukan tobat bersama. Bukannya menundanya,apalagi berselingkuh. Laki-laki seperti itu tidak bisa diharapkan.Lebih baik lupakan saja dia.
Semoga D dibukakan mata dan hatinya untuk bisa melihat dia dengan obyektif, dan diberi kekuatan untuk tegar dalam menerima kenyataan yang ada. Kalau sekarang belum bisa menerima kenyataan dan melupakannya. Yang dibutuhkan D adalah waktu dan kegiatan positif untuk mengisi rasa sepi yang ada, kemudian membuka lembaran kehidupan yang baru. Mengenai masalah ibu, yakinlah bila D bisa menerima semua itu dengan tegar dan ikhlas, ibu juga bisa menerimanya.
Perlu diketahui oleh D, laki-laki yang bisa menjadi imam adalah yang amanah, mempunyai tanggung jawab terutama pada cita-cita pernikahan yang diberkahi. Selanjutnya, dia akan berupaya untuk selalu berbuat yang bersih, jauh dari yang dilarang oleh Allah sejak memilah, memilih dan proses menuju pernikahan sampai kelak dalam kehidupan berumah tangga. Selalu diupayakan berjalan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw.
Mumpung ini masih di bulan Ramadlan, banyak-banyaklah bertobat, kembali pada Tuhan. Semoga D diberi kemudahan melupakannya dan mendapat pengganti yang jauh lebih baik dari si dia. Amiin.•