Kamis, 28 Maret 2024

Keluarga Sakinah

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Assalamu’alaikum wr. wb.
Bu Emmy yang baik, saya seorang istri (33 tahun) dari seorang suami (35 tahun). Kami menikah 2 tahun yang lalu dan belum dikaruniai anak. Dilihat dari luar, kami kelihatan baik-baik saja, tidak ada masalah. Bahkan, mungkin kami dilihat sebagai keluarga yang bahagia karena kami termasuk berlebih dalam soal materi. Namun, saya merasa hambar dengan kehidupan perkawinan saya. Kami adalah teman lama, dulu kami dari SMU yang sama. Setelah lulus kami beda fakultas dan kemudian lama tak bertemu. Sampai pada suatu saat kami dipertemukan kembali.

Saya sudah bekerja di sebuah bank BUMN dan suami PNS dan sudah menduda selama 3 tahun. Sejak SMU saya sudah tertarik padanya, maka ketika bertemu lagi senang rasanya. Setelah pendekatan selama 3 bulan, kami sepakat untuk menikah. Dalam kehidupan sehari-hari, sepulang kantor suami lebih senang nonton televisi atau sibuk di komputer. Padahal saya ingin bercengkrama atau sekadar ngobrol. Tapi itu jarang kami lakukan, Bu. Belum lagi kalau hari libur, ia kadang mengisi waktu dengan pergi memancing. Satu kegiatan yang saya tak suka.

Saya selalu berusaha menjadikan hidup lebih bervariasi dengan mencoba mengajaknya jalan-jalan berdua, tapi ia tidak mau. Saya selalu perhatian padanya, memujinya dan memanjakannya. Sebagai wanita saya juga ingin diperhatikan dan dimanja. Tapi, itu tak saya dapatkan. Saya juga introspeksi diri, apakah saya kurang cantik dan menyenangkan? Kok suami bersikap cuek pada saya. Padahal dengan orang lain ia bisa bersikap hangat bahkan memuji wanita lain cantik. Apakah dia tidak mencintai saya ya, Bu? Pernah saya bicara dari hati ke hati, jawabnya, “Saya sudah pusing dengan masalah kantor. Jangan nambah masalah.” Akhirnya, tiap masalah tak ada penyelesaian. Bagaimana saya harus menyikapi keadaan ini? Mohon saran dari Ibu. Atas jawabannya jazakumullah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Wt, somewhere

Wa’alaikumsalam wr wb.
Wt yang baik, ada beberapa sebab mengapa suami bersikap demikian ramah pada orang lain, tetapi biasa saja dengan istrinya. Ada yang bilang, bahwa suami merasa nyaman dengan istrinya dan tak perlu pura-pura ramah seperti ketika ia harus bertegur sapa dengan orang lain, tetangga atau teman kantor. Ia merasa istri bisa menerimanya apa adanya, meski ia banyak diam karena lelah seharian banyak ngomong. Setelah kesalahpahaman sama-sama diketahui, apalagi kemudian suami juga mau belajar untuk mengerti perasaan istri, suami jadi lebih peduli pada istrinya Tetapi ada pula suami yang tidak mau menyediakan kenyamanan untuk istrinya sebagai prioritas hidupnya, dan justru beranggapan bahwa istri adalah sumber ketidaknyamanan. Ini biasanya menimbulkan perasaan seperti yang Wt alami. Selanjutnya diikuti dengan kualitas hubungan intim yang buruk, karena ia sibuk dengan dirinya sendiri. Kedetakan emosional pun tak tercipta karena suami secara sadar mengambil jarak psikologis dengan istrinya. Tidak terbuka, tidak mau bicara dari hati ke hati. Justru yang muncul sikap menghardik, kata-kata tajam dan minim perhatian pada istrinya.

Laki-laki seperti ini biasanya tidak mau membawa istri ke lingkungan sosialnya dan menolak melakukan aktivitas bersama. Mengapa demikian? Biasanya jawaban yang sering muncul, tidak cukup cinta. Jadi ia menikahi istrinya bukan untuk meraih kebahagiaan dalam kebersamaan, tetapi karena sebab-sebab di luar dirinya. Misalnya, untuk memenuhi harapan ibunya, guru ngajinya karena dipandang sudah cukup umur dan mapan secara finansial atau ia memandang bahwa istrinya adalah sumber kemapanan bagi dirinya secara finansial.

Cobalah kaji, kategori yang mana suami Anda. Hubungan intim yang baik, bisa dijadikan celah untuk bicara serius tantang dambaan Anda dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kalau dalam hal ini terasa kering juga, mungkin ada unsur keterpaksaan dalam ikatan dengan Anda, yang terasa sebagai beban bagi suami, tapi tidak untuk Anda. Waktu 2 tahun memang sangat dini untuk sampai pada stabilitas keharmonisan. Tetapi karena masih terhitung pengantin baru, mestinya ada api cinta yang menggelora. Cobalah buka hati Anda dan lihat lebih jauh, apakah ia punya cara yang berbeda dengan Anda dalam menyatakan rasa cintanya pada Anda? Kebanyakan perempuan punya gambaran yang penuh romantis ungkapan cinta suami, sebagai hasil kebanyakan baca buku roman atau nonton sinetron percintaan. Saya setuju dengan Wt bahwa mestinya ada tanda-tanda yang ia munculkan untuk memberi pesan bahwa ia menyayangi Anda, apapun caranya.

Bila secara obyektif, tak pernah bisa Anda temukan, maaf bila saya katakana bahwa perkawinan tak akan bisa bertahan bila hanya istri yang mencintai suami. Kalau Wt bilang pernah mencoba, jangan hanya sekali. Tanya lagi padanya, bagaimana konsep dia tentang perkawinan yang harmonis. Tekankan bahwa Anda berhak mendapat jawaban. Yang penting, pertahankan rasa percaya diri bahwa meski tidak cantik tapi Wt punya hal yang positif dalam diri Anda. Tekankan pula bahwa tidak ada orang lain yang bisa merendahkan saya, kecuali saya yang mengijinkannya. Bicaralah dengan tegas bahwa Anda berhak mendapatkan penghargaan dari suami. Bila masih buntu, pikirkan, mungkin dia bukan sosok suami yang pantas untuk dipertahankan. Bukan saya menganjurkan bercerai lho. Tapi hidup Anda berjalan terus. Jangan biarkan ikatan pernikahan menenggelamkan Anda dalam kesedihan. Mintalah petunjuk pada Allah lewat amalan sunah seperti shalat malam. Semoga Allah memberi solusi terbaik. Amiin.l

Menu Terkait