Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ -١٨٣
- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Pendahuluan
Frase ayat-ayat tentang puasa (ayat 183-187 Surat Albaqarah) terletak dalam suatu konteks tekstual dari al-Qur’an dalam mana Allah menjelaskan serangkaian ketentuan hukum syariah yang ditujukan kepada orang-orang beriman dengan seruan “Hai orang-orang beriman”. Pada lima ayat sebelumnya Allah menjelaskan beberapa sisi mengenai hukum kisas terkait kejahatan pembunuhan dan mengenai beberapa sisi hukum wasiat yang juga dikemukakan dengan menggunakan seruan “Hai orang-orang beriman”. Pada kelompok ayat yang sedang ditafsirkan ini, juga dengan seruan “Hai orang-orang beriman”, Allah menjelaskan kewajiban berpuasa Ramadhan dan beberapa segi ketentuan hukum mengenainya. Pada ayat lanjutan ayat-ayat puasa ini berikutnya Allah menjelaskan ketentuan mengenai larangan makan harta sesama secara batil dengan cara melakukan penyogokan kepada penguasa untuk mendapatkannya dengan jalan dosa.
Kewajiban Berpuasa
Ayat 183 menegaskan diwajibkannya satu bentuk ibadah yang disebut puasa (as-siyam) kepada orang-orang beriman, seperti telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum mereka. Puasa dimaksud, sebagaimana dijelaskan dalam fikih, berbentuk menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan suami isteri dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti merokok atau minum obat sejak fajar terbit hingga matahari terbenam.
Ayat ini dimulai dengan seruan ya ayyuhal-lażina amanu (Hai orang-orang beriman). Kata seru “ya” yang berarti ‘hai’ dalam ungkapan ya ayyuhal-lażina amanu, menurut para ahli paramasastra Arab adalah kata seru untuk memanggil orang pada jarak jauh, atau yang sama dengan jarak jauh, seperti orang tidur.[1] Namun, terkadang digunakan juga untuk memanggil orang pada jarak dekat guna memberi penekanan dan menimbulkan efek panggilan yang lebih mengesankan.[2]
Orang beriman adalah orang yang dekat dengan Allah Swt, namun disapa dengan kata seru untuk jarak jauh guna menunjukkan bahwa isi pesan yang diserukan adalah amat penting dan agar efek sapaan itu lebih membekas. Frasa Ya ayyuhal-lażina amanu (Hai orang-orang beriman) digunakan sebanyak 89 kali di dalam al-Qur’an dan 11 kali di antaranya dalam surah al-Baqarah. Seruan itu menunjukkan bahwa isi pesan yang disampaikan berupa ketentuan-ketentuan hukum syariah yang khusus ditujukan kepada orang-orang beriman dan menunjukkan peralihan kepada tema baru yang belum disebutkan sebelumnya.
Pada ayat ini dan beberapa ayat berikutnya, hukum yang disampaikan adalah mengenai kewajiban melaksanakan puasa yang dalam terma al-Qur’an disebut as-siyam.
Pengertian
Kata as-siyam dan terkadang dipakai as-saum adalah bentuk masdar dari kata kerja lampau sāma. Secara harfiah kedua kata itu berarti menahan diri atau tidak melakukan sesuatu. Frasa nażartu lir-Rahmani sauman [Q. 19: 26] berarti “Aku bernazar kepada (Allah) Yang Maha Pemurah untuk saum, artinya menahan diri untuk tidak berkata-kata. Sāmat ar-rīh artinya angin reda (berhenti / tidak bertiup). Khailun siyam artinya unta yang tidak bergerak (tidak berjalan). Samat ad-dabbah ‘an al-akl wa al-jary artinya binatang itu berhenti (tidak) makan dan berhenti (tidak) berjalan.[3]
Dalam pengertian terminologi syariah puasa (as-siyam) adalah tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan suami-isteri serta tidak melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat melaksanakan perintah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.[4] Perlu dicatat bahwa dalam al-Qur’an kata as-Siyam selalu digunakan dalam pengertian menurut terminologi syariah di atas seperti dalam Qs. 2: 183, 187, 196; 4: 92, 95; 5: 89; dan 58: 4. Sedangkan kata saum dipakai untuk menunjukkan arti diam (tidak berbicara).
Puasa, yang pelaksanaannya pada bulan Ramadhan sebagaimana akan dijelaskan di belakang, menjadi salah satu dari rukun Islam yang lima seperti ditegaskan dalam hadits Nabi saw sebagai berikut,
Dari Ibn ‘Umar ra (diriwayat bahwa) ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: Islam ditegakkan atas lima dasar, yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, mengerjakan haji, dan berpuasa Ramadhan [Hadits disepakati al-Bukhari dan Muslim].[5]
Penulis : Prof Dr. H. Syamsul Anwar
Sumber : http://tuntunanislam.id/
Halaman Selanjutnya: Kewajiban Puasa Ramadhan (2)…..