Minggu, 19 Mei 2024

Adab Berjumpa (1)

hadis adab berjumpa

 

 

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda: ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang [laki-laki dan perempuan] yang saling mencintai karena Allah [mereka bertemu dan berpisah karena Allah], seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang perempuan kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis”.[1]

 

· 

Pendahuluan

· 

Hidup bermasyarakat adalah sunah, atau hukum qadra- iradat Allah atas kehidupan manusia di muka bumi. Manusia tidak mungkin bisa hidup sendirian. Interaksi antar sesama manusia menjadikan kehidupan memiliki arti dengan saling memberi dan berbagi manfaat. Kita bisa makan beraneka ragam makanan karena ada orang lain yang menanam, mengolah, memasak, menjual, dan menyajikannya. Kita bisa berpakaian karena ada orang lain yang mengolah bahan, menenun, menjahit, dan menjual pakaian yang siap pakai. Kita bisa bepergian dengan kendaraan karena ada orang lain yang membuat jalan, membuat kendaraan, mengolah bahan bakar, dan mengemudikannya. Beberapa contoh ini menunjukkan betapa segala aktivitas manusia selalu melibatkan orang lain.

Dalam interaksi sesama manusia, ada peristiwa yang pasti dialami, yakni perjumpaan dan perpisahan. Setiap hari, keduanya telah dijumpai dan dilakukan berkali-kali. Ketika berdiam di suatu tempat, kita bisa berjumpa dengan orang-orang lewat atau mereka yang secara khusus mendatangi kita. Ketika bepergian, kita bisa berjumpa dengan orang-orang di jalan dan di tempat yang hendak dituju. Sedangkan, ketika meninggalkan suatu tempat, kita biasanya berpisah dengan orang-orang yang berada di lokasi itu. Semua aktivitas ini telah menjadi contoh di mana peristiwa perjumpaan dan perpisahan merupakan hal yang seringkali dialami manusia.

Namun demikian, bagi seorang muslim, setiap aktivitas perjumpaan dan perpisahan itu sudah seharusnya menjadi peristiwa yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Karena itulah, Islam mengatur dan mengajarkan tentang hal ini, sehingga setiap aktivitas perjumpaan dan perpisahan dapat bermanfaat. Bahkan, Allah berjanji memberi perlindungan bagi tujuh golongan, yang salah satunya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah karena Allah). Di bawah ini merupakan beberapa tata krama setiap perjumpaan yang diajarkan Islam kepada kita.

Tata-krama setiap Perjumpaan

1. Tersenyum

Senyum tulus adalah bahasa tubuh yang menjadi ekspresi kegembiraan dan kebahagiaan. Untuk itu, senyuman yang tulus akan membuat hangat pergaulan. Orang yang tersenyum dengan tulus, otaknya akan merangsang produksi hormon kebahagiaan yang banyak manfaatnya bagi tubuh. Sebagian besar orang yang diberikan senyuman pun akan membalas dengan senyuman. Senyum balasan yang dilakukan dengan tulus, merangsang pula produksi hormon kebahagiaan.

Itulah salah satu nilai sedekah orang yang tersenyum buat sahabatnya, sehingga dapat membuatnya ikut mendapatkan tambahan hormon kebahagiaan. Orang yang banyak tersenyum menandakan kelapangan jiwa dan pikiran yang positif. Hal ini jelas berbeda dengan mereka yang suka memberikan senyum kecut atau sinis. Senyum kecut biasanya mengekspresikan kekecewaan seseorang. Sedangkan, senyum sinis adalah bentuk dari ekspresi kesombongan.

Rasulullah SAW telah mengajarkan kita agar banyak memberikan senyuman yang tulus. Hal ini ditelah dicontohkan melalui keteladanan Beliau dalam kehidupan sehari-hari.

عَنْ جَرِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي

Dari Jarir r.a. berkata; Nabi SAW tidak pernah melarangku untuk bertemu Beliau semenjak aku masuk Islam dan tidaklah Beliau melihat aku melainkan Beliau tersenyum ke wajahku”.[2]

Abdullah bin al-Harits bin Jaz’i berkata; “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah SAW”.[3]

Rasulullah memerintahkan kita tersenyum dan menunjukkan wajah yang berseri-seri. Beliau bersabda: “Janganlah engkau remehkan perkara ma’ruf, berbicaralah kepada saudaramu dengan wajah yang penuh senyum dan berseri, sebab itu bagian dari perkara yang ma’ruf”.[4]

 

2. Mengucapkan Salam

Di antara hak muslim atas kita adalah memberikan salam ketika menjumpainya. Inilah hak yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Adapun ketentuan mengenai adab salam telah diuraikan pada edisi 9. Ucapan salam adalah sebagai berikut:

ألَسلامُ عليكم ورحمةُ الله وبركاتُهُ

Semoga keselamatan tetap atas kamu sekalian, demikian pula rahmat Allah dan barakah-Nya

 

3. Berjabat Tangan

Berjabat tangan merupakan amalan yang mula-mula diamalkan oleh penduduk Yaman.[5] Rasulullah SAW senantiasa berjabat tangan ketika berjumpa dengan sahabat-sahabatnya. Abu Dzar berkata: “Aku tidak pernah berjumpa dengan Beliau, kecuali Beliau menjabat tanganku. Suatu hari, Beliau mengutus utusan kepadaku saat aku tidak ada di rumah. Ketika kembali ke rumah, aku diberi kabar bahwa Beliau telah mengutus seorang utusan kepadaku. Maka aku mendatanginya saat Beliau berada di atas pembaringan, lantas Beliau memelukku. Maka pelukan itu lebih indah, dan lebih indah”.[6]

Amalan berjabat tangan juga dikerjakan oleh para sahabat, khususnya pada saat saling berjumpa. Dari Qatadah, ia berkata: aku bertanya pada Anas; “Apakah di antara sahabat-sahabat Rasulullah SAW biasa berjabat tangan?” Dia menjawab, “Ya”.[7]

 

 

Penulis              : dr. H. Agus Sukaca, M,Kes

 

Sumber Artikel  : http://tuntunanislam.id/

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *