Rabu, 29 Januari 2025

Adab Bertamu (2)

 Bila harus menginap maksimal 3 hari

Bila yang dikunjungi bertempat tinggal cukup jauh dan harus menginap, maksimal boleh menginap sampai 3 hari. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَالضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ مِثْلَهُ

Dari Abu Suraih Al Ka’bi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kita seharusnya memahami bahwa setiap orang memiliki kesibukan. Seorang muslim berkewajiban memuliakan tamunya dengan sambutan dan jamuan selama tamunya berada di rumahnya. Bertamu dalam waktu yang lama tentu dapat mengganggu aktifitas penting tuan rumah.  Oleh karena itu, Islam memberikan toleransi maksimal 3 hari kita boleh menginap dalam bertamu.

Melebihi tiga hari dapat menyebabkan tuan rumah berdosa, sebagaiman disebutkan dalam hadits dari Abu Syuraih Al Khuza’I, dia berkata:

“Rasulullah SAW bersabda: “Bertamu itu selama tiga hari, dan pelayanannya selama siang atau malam hari. Tidak halal bagi seorang muslim bermukim di rumah saudaranya sampai saudaranya berdosa karenanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dia bisa berdosa?” beliau menjawab: “Dia bermukim di rumah saudaranya hingga saudaranya tidak punya apa-apa lagi untuk menjamunya.” (HR Muslim)

 Perhatikan Keadaan Tuan Rumah

Hendaklah seorang tamu bertenggang rasa dengan memperhatikan bagaimana keadaan tuan rumah sehingga kehadirannya dapat menyenangkan bagi tuan rumah dan tidak memberatkannya. Bila terlihat tuan rumah sedang sibuk, banyak pekerjaan, atau terlihat repot, bersegaralah menyampaikan maksud kunjungan dan jangan berlama-lama. Perhatikan pula isyarat yang diberikan tuan rumah seperti berulang-ulang melihat jam, atau terlihat gelisah, merupakan pertanda bahwa ia ingin tamunya segera pulang. Rasulullah berpesan:

وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ

“Tidak halal bagi tamu berlama-lama di tempat kunjungannya sehingga memberatkan tuan rumah” (HR Tirmidzi)

Apalagi mengunjung orang sakit, sebaiknya tidak berlama-lama untuk memberikan kesempatan kepadanya beristirahat.

Berpamitan Ketika Selesai Urusan

Bila urusan telah selesai segeralah berpamitan kecuali ditahan oleh tuan rumah. Bedakan menahan sekedar basa basi atau menahan sesungguhnya. Kultur masyarakat tertentu ada yang menjawab pamitan tamu dengan “Kok tergesa-gesa?” atau “Mbok nanti-nanti”. Itu adalah jawaban standar basa basi atas permintaan pamit. Ucapkan salam dan tinggalkan rumah dengan senyum.

HAK-HAK TAMU

عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَالضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ

 

Dari Abu Suraih Al Ka’bi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW) bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam. Dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya;  dan tidak halal bagi tamu tinggal (berlama-lama) sehingga memberatkannya.”[i]

 

Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan interaksi dengan orang lain. Bertamu dan menerima tamu adalah aktivitas yang hampir terjadi pada setiap orang. Rasulullah SAW memerintahkan kita bersillaturrahim, dan salah satu bentuknya dengan saling mengunjungi. Aktifitas ini mempererat hubungan dan memupuk kasih sayang antara pihak yang berkunjung dengan yang dikunjungi. Memiliki hubungan baik dengan banyak orang memicu kebahagiaan dan membuat hidup kita terasa indah.

Bagaimana perasaan Anda ketika semua orang menghormati, menyayangi, memperhatikan, dan mengapresiasi Anda? Pastinya Anda merasa berbunga-bunga. Perasaan ini memicu otak mengeluarkan hormon endorfin yang membuat kita merasa senang bahagia. Kebahagiaan membuat kita bersemangat menjalani aktifitas sehari-hari dengan enerjik. Itulah modal berharga menuju kesuksesan.

Sebaliknya hubungan buruk dengan orang lain membuat dunia ini terasa sempit dan hidup menjadi sulit. Pernahkan Anda dibenci dan dilecehkan orang? Sangat tidak enak bukan? Setiap kita tahu ada orang yang membenci, jantung berdegup lebih keras dan berdebar-debar. Hormon adrenalin dan noradrenalin mengalir deras membuat pembuluh darah menyempit menimbulkan perasaan cemas, khawatir, dan takut.

Bertamu dan menerima tamu merupakan amal untuk membina hubunan baik. Kita bisa mengunjungi saudara, kerabat, sahabat, relasi, dan lain-lain. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan tentang adab bertamu yang membawa berkah bagi orang yang bertamu dan yang menerima tamu.

 

 

Penulis : Agus Sukaca

Sumber : http://tuntunanislam.id/adab-bertamu/

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *