Jum'at, 03 Mei 2024

Allah Menguasakan Dunia kepada Manusia (1)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu lahan yang manis lagi hijau. Sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah menunggu (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu). Karena itu takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Israil adalah wanita.” (HR Muslim).

 

Takhrij:

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim bab Aktsar Ahl al-Jannat al-Fuqara’ hadits no. 4925. Diriwayatkan dalam sanad dengan rawi secara berurutan sebagai berikut:

1) Muhammad bin al-Mutsanna bin ‘Ubaid Abu Musa. Tinggal di Bashrah dan termasuk generasi Tabi’ul Atba’ al-Tabi’in kalangan tua. Wafat tahun 252 H. Yahya ibn Ma’in, Maslamah ibn Qasim, Dzahabi, Ibn Hajar al-Asqalani dan Ibn Hibban, semuanya menilainya sebagai rawi siqqah. Sedangkan Abu Hatim menilainya dengan shaduq sholihul hadits.

2) Muhammad ibn Ja’far Abu Abdullah. Berdomisili di Bashrah dan termasuk generasi Tabi’ al-Tabi’in, wafat tahun 193 H. Muhammad ibn Sa’ad, al-Ijli dan Ibn Hibban menilainya sebagai rawi yang siqqah. Abul Fath al-Azdiy menilainya shaduq.

3) Syu’bah ibn al-Hajjaj ibn al-Warad Abu Bistham. Berdomisili di Bashrah dan termasuk generasi Tabi’ut Tabi’in tua. Wafat tahun 160 H. Al-‘Ijliy, Ibn Sa’ad, Ibn Hajar & Dzahabi semuanya menyatakannya sebagai rawi yang siqqah. Menurut Abu Dawud, tidak ada seorangpun yang lebih baik haditsnya daripadanya. Sufyan al-Tsauri menyatakannya sebagai amirul mukminin fil hadits.

4) Sa’id ibn Yazid ibn Maslamah Abu Maslamah. Berdomisili di Bashrah dan termasuk generasi Tabi’in. Ibn Hajar al-‘Asqalani, Yahya ibn Ma’in, Nasai, Bazzar, al-‘Ijli, Ibn ‘Adi, Dzahabi semuanya menyatakannya sebagai rawi yang siqqah. Abu Hatim al-Razi menilainya sebagai shahih.

5) Al-Mundzir ibn Malik ibn Qath’ah Abu Nadhrah. Domisili di Bashrah dan termasuk generasi Tabi’in pertengahan. Wafat tahun 108 H. Abu Zur’ah, Nasai, Ibn Ma’in, Ahmad ibn Hanbal, Ibn Syahin dan Ibn Hajar, semuanya menilainya sebagai rawi yang siqqah. Dzahabi juga menilainya sebagai siqqah tetapi terkadang lalai. Sedangkan al-‘Uqaili memasukkannya dalam daftar rawi dha’if. Bukhari dan Muslim memakai al-Mundzir sebagai rawi yang haditsnya dimasukkan dalam kitab shahihnya.

6) Sa’ad ibn Malik ibn Sinan ibn ‘Ubaid Abu Sa’id al-Khudriy. Domisili di Madinah dan termasuk sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits. Wafat tahun 74 H. Hadits ini diriwayatkan oleh orang-orang yang siqqah dengan sanad bersambung dan kualitasnya merupakan hadits shahih. Hadits ini memiliki jalur sanad yang menguatkan yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi bab Berita Nabi saw. Kepada Para Sahabat no. 2117; riwayat Ibn Majah dalam kitab Sunan Ibn Majah, bab Fitnah Wanita no. 3990 dan 8 hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal. Selain imam Muslim yang menyatakan hadits ini sebagai hadits shahih, Muhammad Nashiruddin al-Albani juga menyatakan sebagai shahih (Silsilah al-Shahihah, 2: 578).

 

Mufrodat:

khulwah : manis

khadhirah : hijau

mustakhlifukum : menguasakan kepadamu, menjadikanmu khalifah

 

Syarah Hadits:

 

“Sesungguhnya dunia itu lahan yang manis lagi hijau

Dunia dinyatakan sebagai lahan yang manis lagi hijau karena kenikmatan dunia yang indah menawan dan memikat hati manusia. Kenikmatan dunia yang menyilaukan mata adalah kenikmatan sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali ‘Imran: 14:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Qs. Ali ‘Imran: 14)

 

“Sesungguhnya Allah telah menguasakan dunia kepadamu sekalian”

 Apa fungsi manusia hidup di dunia? Bagi orang atheis, hidup manusia tak ubahnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan yaitu sebagai bagian dari alam. Segala hal yang dialami manusia, seperti perang dan bencana alam, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran dan tidak perlu dihubungkan dengan dosa. Bagi mereka, dibalik kehidupan ini tidak ada apa apa, tidak ada Tuhan dan tidak ada akhirat serta tidak ada surga atau neraka.

Bagi orang sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh menggunakannya sesuai keinginannya. Manusia bisa mengatur kehidupan di dunia ini dengan berbagai hal yang dipandang perlu, baik dan masuk akal. Manusia memiliki akal agar bisa mengatur dan memutuskan apa yang dianggap perlu.

Manusia dan dunia mungkin diciptakan Tuhan, tapi bagi orang sekuler, kehidupan dunia adalah urusan manusia yang tidak perlu dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan individu setiap manusia yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain apalagi oleh negara.

Bagi orang Islam, hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Allah swt. sebagai Pencipta manusia telah menetapkan kehendak-Nya agar manusia beribadah kepada-Nya.

Ibadah, menurut rumusan Muktamar Tarjih adalah “mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menunaikan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mengamalkan apa yang diizinkan-Nya”.

Dari pengertian dasar ini, dikenal ibadah “umum” dan ibadah “khusus”. Ibadah “umum” ialah semua amal yang diperintahkan atau diizinkan Allah untuk dilakukan oleh manusia (dalam rangka untuk ber-taqarrub), sedangkan ibadah ‘khusus’ ialah amal yang diperintahkan Allah dengan disertai pembatasan atau perincian mengenai tata caranya.

Allah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memegang amanah. Amanah tersebut pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanah tersebut. Manusia kemudian menyanggupi amanah yang semula telah ditolak oleh langit, bumi dan gunung tersebut (Qs. al-Ahzab: 72)

 إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَہَا
وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ ظَلُومً۬ا جَهُولاً۬

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh . (Qs. al-Ahzab/33: 72).

 

Penulis                        : Agung Danarto

Sumber Artikel            : tuntunanislam.id

Halaman Selanjutnya  : Allah Menguasakan Dunia kepada Manusia (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *