مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٲلَهُمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ۬ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ۬ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ -٢٦١
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ialah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Keutamaan lain dari membelanjakan harta di jalan Allah seperti zakat, misalnya, sebenarnya untuk memelihara harta kita dari potensi adanya harta haram karena dari banyaknya harta yang diperoleh itu terdapat hak-hak orang miskin dan kepentingan umat. Kemudian, dengan membelanjakan harta di jalan Allah seperti bersedekah, ternyata merupakan obat/penawar dari sakit (sarana penyembuhan) sekaligus pencegah dari bencana/bala. Rasulullah Saw bersabda;
“Peliharalah harta kalian dengan (membayar) zakat; obatilah orang-orang sakit dengan banyak sedekah, dan bersiap-siaplah kalian dengan cara berdoa untuk menghadapi cobaan.” (Riwayat Al-Khatib melalui Ibnu Mas’ud r.a)
Membelanjakan harta sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya memang tidak harus menunggu setelah kita memiliki harta yang banyak. Tetapi dengan banyak harta, kita akan lebih banyak dan sering menjalankan perintah-perintah tersebut, tanpa harus merasa khawatir bahwa harta kita akan habis atau menunggu setelah usia semakin senja dan tubuh mulai sakit-sakitan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. katanya; Seorang lelaki datang menemui Rasulullah dan bertanya apakah sedekah yang paling utama itu. Rasulullah Saw bersabda, “Engkau bersedekah ketika engkau masih sehat dan harta tersebut masih disayangi. Engkau bimbang menjadi fakir dan bercita-cita untuk menjadi kaya. Jangan engkau tangguhkan (bersedekah) hingga ruh sampai di kalkum (menjelang kematian). Dalam keadaan tersebut barulah engkau berkata, ‘Berikanlah kepada si fulan ini dan si fulan itu, karena memang itu adalah hak mereka.’” (HR. Bukhari).
Di samping terkandung berbagai keutamaan mengenai pentingnya memiliki harta dan membelanjakannya di jalan Allah, memiliki cukup harta dan mengeluarkannya sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya juga merupakan upaya untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga. Rasulullah Saw bersabda; “Lindungilah kehormatan kalian dengan harta benda kalian.” (Riwayat Al-Khatib)
Kalaulah Islam menekankan umatnyaagarberusaha memperoleh cukup harta melalui cara-cara yang baik lalu memanfaatkannya di jalan Islam, karena memang fungsi harta dalam Islam sangat penting sebagaimana diuraikan di atas. Bahkan, seperti telah dikemukakan pula, untuk menjalankan rukun Islam secara sempurna harus disertai dengan cukupnya harta benda yang kita miliki.
Cobaan Kemiskinan Tidak Lebih Baik dari Cobaan Kekayaan
Ingat, meskipun kekayaan dan kemiskinan sesungguhnya merupakan cobaan, tetapi cobaan hidup dalam kemiskinantidak lebih baik daripada cobaan dalam kekayaan. Sebab Rasulullah Saw sendiri bersabda;
“Kemiskinan hampir-hampir mendekatkan orang kepada pengingkaran terhadap Islam (kekufuran).”Beliau berdoa,“Aku berlindung kepada-Mu dan kefakiran dan kekufuran”. (HR. Abu Daud).
Cobaan kemiskinan, tidak hanya berpotensi mendekatkan seseorang menjadi kafir, bahkan terbukti banyak umat Islam yang kemudian benar-benar menjadi kafir (murtad). Selain itu, kemiskinan juga menimbulkan dampak sosial yang merugikan banyak orang seperti pencurian, perampokan, penipuan, bahkan hingga pembunuhan.
Mari kita berdoa, sebagaimana doa yang diajarkan Rasululaah Saw;“Aku berlindung kepada-Mu (ya Allah) dan kefakiran dan kekufuran”. (HR. Abu Daud).
Penulis : Buya Muhammada Alfis Chaniago
Sumber Artikel : tuntunanislam.id
Halaman Sebelumnya : Dunia Itu Manis dan Indah (1)