Kamis, 16 Mei 2024

Hakekat Perkaderan Pemuda Muhammadiyah

Pada 2 mei 2016 ini, pemuda muhammadiyah (PM) telah berusia 84 tahun. Secara psikologis usia 84 tahun tentu sudah menginjak pada usia matang kalau tidak justru malah usia renta. Namun PM memilih menjadi usia matang dengan dinamika pergerakan yang ditunjukkan ke publik Indonesia. Advokasi PM terhadap korban kebrutalan densus 88 terhadap almarhum siyono adalah salah satu wujud dari expresi kematangan usia pemuda muhammadiyah. Kematangan usia itu ditandai salah satunya dengan obyektifikasi terhadap masalah, disertai keberpihakan pada kebenaran atas masalah yang terjadi. Dalam posisi itu, PM telah membuktikan keberpihakannya pada mereka yang dizalimi, dan pada saat yang sama melawan dengan ma’ruf kezaliman itu. Da’wah model begini sesuai dengan jargon da’wah muhammadiyah yang belakangan dipopulerkan oleh amin rais, yaitu jargon Al-Amru bil al ‘adli, wa Al-nahyu ‘anil al-dzulmi.

Ihtiar da’wah yang dilakukan oleh PM itu sesungguhnya adalah “bahasa lain” yang hendak dikabarkan oleh PM kepada publik Indonesia atau kepada kader PM itu sendiri bahwa tantangan da’wah yang dihadapi oleh umat Islam khususnya PM semakin komplek. Kompleksitas masalah itu dapat dilihat seperti adanya dekadensi moral elit dan alit bangsa, pemiskinan struktural yang menciptakan kemiskinan struktural, perampasan tanah (agraria) dengan skema investasi skala besar, penguasaan aset bangsa oleh asing baik di darat,laut atau udara, serangan bertubi-tubi terhadap ‘tubuh umat Islam’ lewat gerakan islamofobia, buramnya wajah politik tanah air pasca reformasi, hingga masih berjaraknya antara visi ideal PM dan capaian kerja da’wah kader PM itu sendiri. Untuk merefleksikan pergerakan PM yang sudah mencapai 84 tahun itu, diperlukan langkah strategis bagaimana agar masalah-masalah itu dapat dicarikan solusinya baik oleh pemangku kepentingan terkait, dan juga oleh PM sebagai salah satu subjek putra terbaik bangsa ini.

Dalam strategi perjuangan gerakan Islam, untuk membaca potret da’wah PM itu, salah satu upaya yang dapat ditelaah adalah tentang hakekat atau ruh perkaderannya. Manifestasi dari hakekat atau ruh perkaderan PM adalah cermin ideologi PM yang akan disampaikan ke basis massa PM. Dengan demikian memahami hakekat perkaderan PM adalah sebuah pekerjaan mendasar sebelum diimplementasikan di level praktik. Hal ini menjadi penting agar kader PM yang muncul dari berbagai macam latar belakang dapat memahami apa ideologi yang diyakini PM. Dengan demikian kader PM memiliki perspektif dalam merumuskan langkah-langkah transformasi sosial yang hendak dilakukan oleh PM. Tentu saja elit dari pelaku kaderisasi PM seharusnya lebih memahami terlebih dahulu tentang hakekat perkaderan PM tersebut agar basis massa mengerti panduan da’wah PM di lapangan praksis. Untuk memudahkan penulisan, tulisan ini dirancang secara sederhana untuk menjawab pertanyaan pokok yaitu apa hakekat perkaderan PM?

***

Hakekat perkaderan adalah inti atau substansi dari suatu perkaderan. Sebagai sebuah inti, apapun bentuk perkaderan yang dilakukan oleh pemuda muhammadiyah selalu berorientasi kepada pencapaian subtansi atau hakekat itu sendiri. Untuk melihat hakekat perkaderan PM maka tinggal kita telaah tujuan dilahirkannya PM itu. Dalam anggaran dasar pemuda muhammadiyah disebutkan bahwa maksud dan tujuan adanya pemuda muhammadiyah adalah untuk menghimpun, membina dan menggerakkan potensi pemuda Islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.(Tanfidz Muktamar Pemuda Muhammadiyah 2014: 5) Dari sini jelas sekali bahwa segala perjuangan yang dilakukan oleh PM adalah dalam rangka mewujudkan tujuan Muhammadiyah sebagai organisasi induknya. Sementara itu, tujuan Muhammadiyah yang tertulis dalam anggaran dasarnya adalah “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Dari rumusan tujuan Muhammadiyah tersebut setidaknya ada dua variabel yang perlu ditegaskan di sini yaitu pertama Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam; kedua Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Variabel pertama merupakan sebuah pekerjaan panjang dan sungguh-sungguh karena pesannya jelas yaitu bagaimana menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam. Dalam penelitian sering dikenal sebagai variabel independen. (yang menentukan) Sedangkan variabel kedua adalah suatu kondisi ideal yang akan terwujud jika variabel pertama telah dilakukan dengan benar. Dalam penelitian sering dikenal dengan istilah variabel dependen (ditentukan).

Jika kita baca secara seksama rumusan tujuan Muhammadiyah tersebut maka tampak “Agama Islam” dan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” menjadi orientasi perjuangannya. Dengan demikian apapun perjuangan yang dilakukan oleh Pemuda Muhammadiyah tidak boleh keluar dari jalur ini. Inilah yang saya maksudkan sebagai hakekat perjuangan pemuda muhammadiyah. Tentu kalau hendak kita urai tentang apa itu Agama Islam, apa ajaran agama Islam, apa sumber Islam, bagaimana sejarah lahirnya Islam, bagaimana metodologi memahami Islam, hadirnya Islam di Indonesia, hingga sampainya KH Ahmad Dahlan menerima Islam dan melahirkan gerakan Islam Muhammadiyah, serta rumusan manifestasi dari masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu, akan sangat panjang untuk diuraikan di sini. Tetapi secara sederhana saya akan uraikan substansi dari beberapa pertanyaan tadi, dan selebihnya tentu akan dibedah dalam agenda kaderisasi pemuda muhammadiyah.

Saya berkeyakinan bahwa substansi Islam adalah adanya pengakuan bahwa semua alam semesta ini dicipta oleh satu pencipta, yaitu Allah Subhanahu wata’ala. Nama ini disebutkan sendiri oleh Nya melalui risalah wahyu Al Quran. (baca QS Al Ikhlas). Al Quran adalah salah satu sumber ajaran Islam yang menjadi panduan hidup bagi pemeluknya. Sedangakn sumber lain adalah As Sunnah Al Maqbullah. Allah swt melalui sumber-sumber suci Islam memberikan ajaran yang harus diikuti oleh makhluk-Nya. Dari keseluruhan ajaran dalam Islam, yang paling utama adalah ajaran menyembah Allah swt yang esa dengan penuh ketundukan. Dengan demikian tidak ada tuhan lain selain Allah SWT. Dalam Islam ajaran ini populer disebut dengan Tauhid. Tauhid ini penting sekali sebagai dasar gerakan PM. Jika keyakinan kita lemah, maka akan sangat rapuh gerakan Pemuda Muhammadiyah. Sesuai dengan surat Al- Ankabut (19:41); "Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan-perlindungan selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengerti".

Sebagai kader PM, kita harus yakin dengan khaqul yakin bahwa Islam adalah agama yang benar di muka bumi ini. (lihat Ali Imran 19 dan 85). Namun dalam menyiarkan ajaran Islam, Al quran menuntunkan untuk tidak memaksa manusia selain Islam agar memeluk Islam. Islam disampaikan dengan dialog, dan da’wah akhlaki yang berketeladan. (lihat An Nahl 125). Meski begitu, patut ditegaskan di sini, dan inilah yang menjadi substansi Tauhid itu sendiri bahwa selain Allah swt, apapun wujudnya tidak dianggap sebagai TUHAN. Al quran dalam surat al baqarah 255-256 menyatakan “Allah, tidak ada tuhan selain Dia.Yang maha hidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Miliknya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia maha tinggi, maha besar.” (QS. 2: 255) “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut, dan beriman kepada Allah swt, maka sungguh ia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar, Maha mengetahui.”(QS.2:256)

Kalimat tauhid diwakili dengan kalimat La ilahailallah, Muhammadarrasulullah. kalimat tauhid La ilahailallah terdiri dari kalimat tahlil, dan kalimat tahrir. Kalimat tahlil ditandai dengan illallaah, yang mengandung arti kecuali Allah swt, yakni kesadaran bahwa Allah swt adalah satu-satunya TUHAN seluruh makhluk. Sedangkan kalimat tahrir ditandai dengan La ilaha, yang bermakna tidak ada tuhan lain, yakni kesadaran meniadakan atau menegasikan tidak ada tuhan lain selain Allah swt. Dengan demikian seorang manusia yang telah menjiwai rasa tauhid ini tentu akan bersikap teguh dari dosa baik secara vertikal maupun horizontal. Mengapa horizontal juga disebutkan di sini, karena di dalam Islam tidak mungkin akan melakukan dosa horizontal bila hatinya telah tertanam jiwa tauhid. Demikianlah Islam mengajarkan bahwa keberimanan seseorang tidak mungkin terbangun pribadi ganda yang berlawanan di dalam jiwa ataupun raganya. Sehingga harus dimengerti bahwa ruh tauhid dalam Islam ini tidak hanya membebaskan manusia dari dosa kesyirikan yang bersifat vertikal (menduakan atau lebih Allah SWT) tetapi juga membebaskan manusia dari kedzaliman manusia, yang disebut oleh Prof DR H M.Amin Rais sebagai the liberation of man from the bounded of man. (membebaskan manusia dari ketertindasan atau atau penghisapan atau keterikatan dari manusia lain). Saya setuju dengan pendapat pak Amin bahwa mengingkari taagut berarti juga tindakan perlawanan terhadap hal-hal yang menciptakan ketidakadilan, kedzaliman, dan penindasan. Taagut selain bermakna simbol kemusyrikan dan sebagai antitesa keberimanan, menurut Amin Rais juga bermakna proses penistaan kemanusiaan di muka bumi. Sehingga mengingkari taagut adalah menolak hadirnya kesyirikan dan menolak hadirnya penindasan atau penghisapan (kedzaliman) pada manusia. Kerja dua hal pokok tersebut kemudian disebut Amin Rais sebagai Tauhid Sosial.

Tauhid sosial inilah yang menjadi hakekat dari perjuangan pemuda muhammadiyah yang memiliki tujuan mewujudkan keberimanan yang kokoh pada diri seorang muslim, dan juga mewujudkan persaudaraan yang universal (Universal brotherhood), kesetaraan kemanusiaan (human equality), dan keadilan sosial (social justice). Dari sini Islam menekankan kesatuan manusia (Unity of mankind) yang dijelaskan dalam Al qur’an, “Hai manusia,Kami ciptakan kamu dari laki–laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal sungguh yang paling mulia di sisi kamu adalah orang-orang yang paling bertaqwa, sungguh Allah maha mengetahui (QS Al hujurat ayat 13). Ayat ini secara tegas membantah semua konsep superioritas rasial,jenis kelamin, kesukuan, kebangsaan atau kelas social tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam Al quran “Berbuatlah adil, karena itu lebih dekat kepada Taqwa” (QS Al maidah ayat:8). Antara adil dan Taqwa adalah dua determinan yang saling berkaitan. Artinya tingkat ketaqwaan seseorang tidaklah sempurna sebelum ia memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Dan keadilan itu tidaklah akan tercapai tanpa membebaskan golongan masyarakat lemah dan marginal dari penderitaan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat di atas nilai-nilai kebersamaan tanpa penindasan baik struktural maupun kultural. Capaian yang diidealkan adalah akan lahir pribadi yang sholeh atau taat dari seorang muslim. Namun kesalehan seorang muslim tidak hanya berorientasi pada sifat individual belaka melainkan juga capaian kesalehan sosial. (lihat Al Quran Surat Al Ashr dan Al Maun).

Selain mencakup kalimat tahlil dan tahrir dalam tauhid, kesaksian seorang muslim akan menjadi paripurna jika ditambahi dengan kesaksian kepada nabi penutup yang membawa dan menyempurnakan risalah Islam. Nabi penutup itu adalah Muhammad Saw. Lahirnya Muhammad adalah penanda kehadiran Islam yang akan menerangi gelapnya peradaban manusia sehingga menjadi peradaban yang terang gemilang. Al Quran memotret tentang pribadi Muhammad ini di dalam surat Al Fath ayat 29 “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. Pada ayat lain Al Quran juga menyatakan bagaimana Muhammad ini, yaitu dalam surat At Taubah 128 berbunyi “sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman”. Tentu masih banyak lagi sumber-sumber Islam yang dapat menceritakan tentang sosok Muhammad ini.

Secara sederhana ditegaskan di sini bahwa hakekat perjuangan PM itu tergambar dari bagaimana Muhammad Saw mempraktekkan langsung da’wah Islam di zamannya. Tentu obyek da’wah yang dihadapi Muhammad berbeda dengan obyek da’wah PM, tetapi dengan pendekatan ilmu bisa kita kontektualisasikan ke zaman sekarang. Bahwa perbuatan syirik, islamofobia, kedzaliman kelas sosial tertentu terhadap kelas sosial lain masih saja terjadi saat ini, sehingga model da’wah nabi itu masih relevan untuk kita aplikasikan dalam kehidupan perjuangan PM sekarang. Kita sadar bahwa Muhammad melakukan da’wah terbuka dengan mempromosikan agama monoteisme, atau tauhid, namun pada saat yang sama, Muhammad juga mempromosikan agama yang protes pada praktik kesewenangan penguasa Quraiys kala itu terhadap masyarakat kecil (baca mustadhafin) Mekah. Tentu kita masih ingat, atas meluasnya pengaruh da’wah Muhammad itu, petinggi quraisy berusaha membujuk untuk menghentikan da’wah Muhammad. Tetapi dengan ruh tauhid yang menghunjam dalam dada, Muhammad berkata kepada mereka, “andaikan matahari diletakkan ditangan kananku dan bulan di tangan kiriku aku tidak akan pernah berhenti untuk berda’wah”.

Sejarah perjuangan Muhammad bin Abdullah tersebut, membuat suatu transformasi sosial masyarakat arab dari masyarakat jahiliyah menjadi bangsa yang beradab --Arab yang terpecah belah, menjadi arab yang bersatu, dari Arab yang anti perempuan menjadi Arab yang menghargai perempuan dan seterusnya--. Perubahan bangsa arab itu dapat terjadi akibat dari sentuhan kepemimpinan dan ajaran yang disampaikan Muhammad. Sebagai seorang muslim, kita tidak heran dan ragu atas keluhuran budi dan luar biasanya praktik da’wah Muhammad. Namun apresiasi itu akan terasa lain jika diberikan oleh penganut di luar diri kita. Atas perubahan Arab yang spektakuler dan radikal kala itu, membuat sarjana non muslim, Michael H. Hart menempatkan Muhammad sebagai manusia nomor satu dari seratus nominator tokoh sedunia ini yang paling berpengaruh sejagad raya. Tokoh atau ideolog komunis Tan Malaka juga menyatakan kekaguman pada diri Muhammad Saw ini dengan pernyataan “Yang lebih menarik hati saya ialah ketika 600 tahun lebih setelah nabi Isa, maka kembalilah 1=1 itu. Bersamaan dengan itu kembalilah pula susila yang biasa, yang praktis, bagi masyarakat manusia, yakni yang salah dihukum setimpal dengan kesalahannya, dimaafkan salah seorang yang mengakui kesalahannya dan mengubah tingkah lakunya di hari depan dengan sunguh dan jujur. Yang mengembalikan itu adalah Muhammad bin Abdullah, seorang Arab dari suku Qurays.”

Seorang sarjana non muslim lain, Karen Amstrong memberi kesan indah dan menyentuh hatiku setelah membaca pengakuannya. Dia menulis buku biografi Muhammad yang mengesankan dan obyektif, jauh dari rasa prasangka. Pada penghujung kata pengantarnya, Karen Amstrong menulis tentang Muhammad begini, “sebagai sosok yang paradigmatik, Muhamamd menyampaikan pelajaran penting, bukan hanya kepada kaum muslimin, melainkan juga kepada orang-orang barat. Kehidupannya adalah sebuah jihad: seperti yang akan kita lihat, kata ini tidak berarti “perang suci”, melainkan “perjuangan”. Muhammad secara harfiah berpeluh-peluh dengan upayanya untuk menghadirkan kedamaian di dunia Arab yang tercabik oleh perang, dan kita butuh orang yang siap untuk melakukan hal tersebut hari ini. Hidupnya merupakan kampanye tanpa lelah untuk melawan ketamakan, kedzaliman, dan keangkuhan. Beliau menyadari bahwa tanah Arab sedang berada pada titik balik dan bahwa cara pikir lama tidak lagi memadai. Maka, beliau mempertaruhkan dirinya sendiri dalam upaya kreatif untuk mengembangkan sebuah solusi yang sama sekali baru.”

Sekian abad berikutnya, melalui seorang tokoh bernama KH Ahmad Dahlan, figur Muhammad ini kemudian diabadikan sebagai sebuah nama gerakan Islam yang dinamai dengan Muhammadiyah. Dipilihnya nama “Muhammadiyah” adalah sebagai expresi kesadaran, kekaguman, sekaligus pemihakan kepada kebenaran yang diajarkan oleh Muhammad untuk kemudian disyiarkan oleh kiai dahlan di negeri Hindia Belanda. Dalam kondisi masyarakat yang serba memprihatinkan baik dari sisi teologis, ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan akibat penjajahan panjang yang dilakukan oleh pemerintah Belanda dan korporasi dari benua Eropa kala itu, ruh jihad Muhammad yang digambarkan oleh Karen Amstrong itu dihadirkan kembali. Atas rahmat dan ridha Allah Swt, upaya kiai Dahlan itu ternyata berumur panjang, bahkan menjadi gerakan Islam yang terbesar di dunia, berpengaruh di tanah air, dan gerakan ini telah tercatat berusia lebih dari satu abad.

***

Apa yang saya jabarkan di atas adalah ruh atau hakekat dari perkaderan yang hendak diwujudkan oleh PM. Saya menyadari bahwa apa yang diungkap di atas belum memadai seutuhnya untuk memotret seluruh hakekat atau ruh perkaderan PM. Namun dari berbagai orientasi perkaderan PM, apa yang saya tulis ini (menurut saya) adalah substansi dari hadirnya PM. Justru itu hakekat perkaderan tersebut perlu diturunkan kedalam sistematika perkaderan yang tersusun rapi. Rumusan resmi Sistem Perkaderan PM belum memberikan gambaran suatu proses kaderisasi yang simultan dari yang paling mendasar,konsep-konsep yang sophisticated hingga menguraikan hal-hal yang sangat tehnis dan detail.

Kelemahan yang tampak menganga di usia 84 tahun PM adalah ternyata PM masih minim dokumen resmi tentang pikiran atau panduan perkaderan.Yang terakhir adalah Sistem Perkaderan Pemuda Muhammadiyah hasil semiloknas PM di UIN Jakarta 2012 lalu. Diperlukan pertemuan ilmiah untuk merumuskan ulang atau rekonstruksi ulang yang berhubungan dengan rumusan resmi perkaderan PM dari sesuatu yang filosofis hingga ke tataran praktis. Namun yang pasti adalah apapun rumusan tentang perkaderan PM nanti, perlu penyelarasan dengan rumusan resmi sistem perkaderan Muhamadiyah.

Sejalan dengan itu, Prof Mukti Ali pernah menyatakan “kekuatan dan kelemahan Muhamamdiyah pada masa yang akan datang bergantung pada pendidikan kader sekarang. Pendidikan kader yang baik akan menghasilkan kader yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, pendidikan kader yang buruk, akan menghasilkan kader yang buruk pula”. Kongruen dengan kondisi perkaderan di PM, maka nasehat dari prof Mukti Ali itu sangat kompatibel disematkan di internal kita. Atas kondisi internal yang saya insafi sebagai alasan yang subjektif, PP PM dirasa belum banyak berbuat untuk memperbaiki kondisi perkaderan PM.

Namun dengan semangat milad ke 84 Pemuda Muhammadiyah, dan ruh jihad seluruh kader PM, peringatan Allah swt dalam Al Quran Surat An Nisa ayat 9 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” akan memperoleh jawaban solutif yang konkret. Artinya dengan kesungguhan kader-kader PM dan KOKAM, maka generasi yang kuat akan tumbuh, sehingga tidak ada lagi rasa takut atas generasi muda Islam di zaman yang senantiasa berubah ini. Harapan lahirnya generasi muda Islam yang tangguh ini sejalan pula dengan apa yang diabadikan dalam Al Quran tentang pemuda kahfi. Dalam Surat Al Kahfi kisah pemuda kahfi ini diungkap yang berbunyi sebagai berikut “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka. (13) “Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran”. (14)

Allah swt menggambarkan pemuda kahfi ini sebagai pemuda Islam yang memegang teguh tauhid dalam qalbu dan tindakan mereka meski mereka diancam bunuh oleh Raja Dikyanus yang dzalim dan sombong. Imaji capaian dari perkaderan PM adalah melahirkan pemuda-pemuda kahfi kontemporer yang akan menjawab tantangan zaman dan sebagai pembela-pembela agama Allah swt dan pembela kemanusiaan kita. Dan saya sangat optimis, pemuda kahfi kontemporer itu akan lahir dari kader -kader PM. Selamat milad ke 84,smg PM senantiasa menjadi penanda perubahan menuju Indonesia berkemajuan. Amin

Oleh : Nugroho Noto Susanto (Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kaderisasi)

Redaktur: (Jamal) (Lutsfi)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *