Selasa, 07 Mei 2024

Jaga Diri Adzab Kiamat (2)

(وَاتَّقُوا يَوْمًا) wattaquu yauman: Jagalah dirimu (awas, waspada, hati-hatilah kamu) akan datangnya suatu hari (hari kiamat, hari akhirat).

Menjaga diri akan datangnya Hari Kiamat maksudnya adalah awas dan waspada terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sejak saat itu yang penuh dengan kejadian-kejadian dahsyat yang bisa sangat tidak terduga dan menakutkan.

Caranya adalah dengan beriman kepada Allah ta’aala dan tunduk patuh kepada-Nya sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad shalla Allaahu ‘alaihi wa sallam melalui al-Qur’an dan Sunnahnya dengan bukti amal shalih.

(لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا) laa tajzii nafsun ‘an nafsin syaiaa: seseorang tidak dapat membela (memberi  pertolongan kepada) orang lain.

Pada Hari itu seseorang atau siapapun tidak bisa memberi pertolongan kepada orang lain. Seseorang hanya bergantung kepada iman dan amal perbuatannya di dunia. Itulah yang bisa menolong atau membelanya.

(وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ) wa laa yuqbalu minhaa syafaa’atun: dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dari orang lain.

Ini adalah peringatan bagi orang-orang kafir yang tidak akan menerima syafa’at karena kekafirannya (tidak mau beriman kepada Allah ta’aala dan kepada Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam, tidak mau shalat dan membayar zakat).

Hal ini seperti ditegaskan dalam ayat berikut:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ (38) إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ (39) فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ (40) عَنِ الْمُجْرِمِينَ (41) مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ (47) فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ (48) فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ (49) – المدثر/38-49

38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya; 39. Kecuali golongan kanan; 40. Berada di dalam surga, mereka tanya menanya; 41. Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa; 42. “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”; 43. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat”; 44. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin; 45. Dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya; 46. dan adalah kami mendustakan hari pembalasan; 47. hingga datang kepada kami kematian”; 48. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat; 49. Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?”;  (Qs. al-Mudatstsir: 38-49)

 

(وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ) wa laa yu’khadzu minhaa ‘adlun:  dan juga tidak diterima tebusan darinya. (di akhirat tidak lagi ada tebus menebus atas kesalahan seseorang yang kafir, tidak mau beriman).

(وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ)  dan tidaklah mereka akan ditolong (dari adzab yang akan diterima apabila mereka tidak mau beriman).

Dua ayat ini mengingatkan kepada Bani Isra’il secara keseluruhan yang sebagian besar mereka itu tidak mau beriman kepada kerasulan Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam untuk mengingat kembali nikmat Allah ta’aala dan juga beberapa kelebihan yang dahulu telah yang telah diberikan kepada mereka. Memang secara khusus ayat ini berbicara kepada sekelompok Bani Isra’il yang ada di Madinah pada saat Nabi Muhammad berada di sana.

Pemberian peringatan ini agar Bani Isra’il mau bersyukur dengan beriman dan mau menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam.

Peringatan yang lebih keras lagi adalah agar Bani Isra’il awas dan waspada untuk menjaga diri akan datangnya Hari Kiamat yang pada saat itu manusia tidak akan selamat kecuali dengan menerima Iman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam. Bagi orang yang tidak beriman, maka saat itu syafaat (pertolongan) tidak akan diterima dan tidak aka nada gunanya. Bagi orang  kafir, tidak mau beriman (tidak mau beriman kepada Allah ta’aala dan kepada Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam, tidak mau shalat dan membayar zakat)., maka saat itu tidak ada tebusan tidak pula ada bantuan.

 

Pelajaran dari surat al-Baqarah ayat 47-48.

  1. Kita diperintahkan, diutamakan untuk mengingat nikmat-nikmat Allah ta’aala dan tentu saja untuk mensyukurinya. Rasa syukur dilakukan dengan mengucap Alhamdulillah atau menambah ketaatan dalam beribadah kepada Allah ta’aala.
  2. Sungguh-sungguh menjaga diri dengan mewaspadai akan datangnya adzab Hari Kiamat dengan beriman kepada Allah ta’aala dan beramal shalih serta meninggalkan hal-hal yang tidak benar.
  3. Peringatan bahwa pada Hari Kiamat tidak akan diterima syafa’at (pertolongan), tidak ada tebusan dan tidak ada pertolongan bagi orang yang tidak mau beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasul Allah Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam.

 

Penulis             : M. Yusron Asrofie

Sumber            : http://tuntunanislam.id/

 

Halaman Sebelumnya: Jaga Diri Adzab Kiamat (1)…………

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *