Jum'at, 17 Mei 2024

KEGANDRUNGAN AMM TERHADAP WACANA PEMIKIRAN BARAT

Dede rizki mahmuzi *

 

 Menarik sekali melihat Fenomena yang sedang berkembanng saat ini, yakni mengenai wacana pemikiran generasi mudamuhammadiyah. Banyak diantara mereka yang meminati berbagai wacana pemikiran   baik berhaluan timur  maupun berhaluan barat. Diantara mereka ada yang meminati pemikiran para tokoh ketimuran seperti  Ibnu khaldun, Ibnu Sina, Syaikh  Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, Yusuf Qordhowi, dan lain sebagainya. Sebaliknya,ada pula sebagian dari generasi muda muhammadiyah  yang lebih klop dengan pemikiran-pemikiran para tokoh barat yang tempo-tempo dikenal sebagai tokoh yang kontroversial seperti Plato, Aristoteles,  Max Weber, Karl Marks, dan lain sebagainya.

Tentu, ada alasan yang melatarbelakangi dialektika tersebut, setiap orang mempunyai  kecenderungan masing-masing  yang dirasa nyaman dan cocok dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Ada yang memilih suatu arus pemikiran dengan alasan tuntutan akademik atau hanya sekedar ikut-ikutan saja, ada pula yang yang memilih suatu arus pemikiran karena memang sesuai dengan minatnya, bahkan sekaligus dijadikan sebagai ideologi yang diyakini dan sebagai pilihan kualifikasi dirinya. Kemudian kalau kita kaji  lebih dalam lagi, maka pastaslah ketika melihat  satu dekade terakhirini  dapat ditengarai sebuah kebangkitan intelektual di kalangan generasi  muda Islam yang berpayung pada organisasi beraliran tradisional, dan disusul oleh anak-anak muda dari kalangan Islam modernis. Maka  Arah angin di kemudian hari dari setiap elemen intelektual  perlahan tercipta tipis batasan antara istilah tradisional dan modern.

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) dari sayap tradisional (Pergerakan generasi muda NU), berangkat dari warisan tradisi kaya yang dimilikinya dipergunakan sebagai alat membaca dunia kekinian. Kemodernan telah dipadu secara apik dengan warisan-warisan tradisi keilmuan yang ada, melahirkan sintesis wacana keislaman yang segar. Fenomena ini berbarengan dengan meruaknya kegairahan beragama di Indonesia. Namun sebagian orang masih ragu-ragu untuk menapak dalam hidup modern dengan membawa Islam,

yang selama ini mengesankan bahwa Islam tak seiring dengan pilihan hidup modern, mengajak kembali ke abad pertengahan sebagaimana Nabi Muhammad hidup. Kelompok muda dari kalangan tradisional memunculkan beragam wacana yang bisa menjawab kegamangan tersebut. [2]Dengan demikian, maka munculah berbagai macam pergerakan atau organisasi yang diawaki oleh generasi muda yang merasa resah akan kemandekan islam dalam menjawab tantangan kehidupan. Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar ke dua di Indonesia tak ketinggalan dalam menyumbangkan sumbangsihnya dalam meramaikan dialektika pemikiran keislaman dengan model liberal-modernis, meskipun secara formal belum bisa diakui kelegalan dan kepatutan berdirinya gerakan tersebut.  Dalam hal ini sebut saja Jaringan intelektual muhammadiyah (JIMM)

Pada tataran lain, anak-anak muda Muhammadiyah menunjukkan gejala kebangkitan yang signifikan. Sebagai salah satu organisasi massa Islam yang mendasarkan pada semangat pembaharuan Muhammad Abduh, dan semangat puritanisme Ibnu Taymiyah, Muhammadiyah telah mengalami "pergeseran" pergerakan. Meskipun berhasil memajukan amal usaha yang berhubungan langsung dengan denyut kehidupan masyarakat, seperti rumah sakit, universitas, sekolah dan lain sebagainya, namun terkesan melupakan sisi kajian keislaman. Pengembangan wacana keislaman di tubuh organisasi modernis ini selama beberapa waktu tampak mandeg. Keberhasilan Muhammadiyah dalam bidang amal usaha belum membuat kalangan mudanya terpuaskan. Gesekan-gesekan kaum muda Muhammadiyah dengan fakta sosial, tak terelakkan, adalah pemicu geliat intelektualitas mereka, karena kaum tua Muhammadiyah lamban dalam mengantisipasi. Wacana-wacana anyar yang dimunculkan oleh kalangan muda Muhammadiyah merupakan bentuk kritik tak langsung dan sebagai ekspresi pemberontakan kepada kalangan tua Muhammadiyah. Maka  pada 18-20 November 2003lahirlah Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM)danmenyelenggarakan Tadarus Pemikiran Islam - Muhammadiyah (TPI-Muh) di Malang,  yang berusaha menghadirkan wacana keislaman yang lebih segar [3].  

 

 Dinamika Pemikiran Dan Karakter  Muhammadiyah

Selama ini muhammadiyah memang diasumsikan sebagai gerakan modernis. Ciri-ciri gerakan modernis itu meliputi empat hal atau kategori. Pertama, Terorganisasi secara sistematis.  struktur organisasi muhammadiyah mulai dari level terbawah (pimpinan ranting muhammadiyah) sampai level teratas (pimpinan pusat muhammadiyah) tertata dengan rapi. bahkan dalam konteks perkembangan amal usahanya, Muhammadiyah terbukti sangat rapi dibangdingkan dengan organisasi lainnya. Kedua, bersifat Rasional. Karakter Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid jelas sangat kental bernuansa rasional. Oleh karena itu tidak berlebihan jika banyak pengamat menilai bahwa Muhammadiyah adalah gerakan modernis terbesar di kawasan asia tenggara, bahkan mungkin di dunia. Ketiga, bersifat Inklusif. Maksudnya sebagai organisasi modernis itu, jelas selalu membuka diri seluas-luasnya uutuk perbaikan-perbaikan ke depan. kempat,  Tidak bermazhab. Dalam konteks pemikiran keagamaan, Muhammadiyah menunjukan karakter modernisnya dengan tidak pernah mengklaim sebagai mazhab islam. Selama ini dalam mazhab islam dikenal ada empat mazhab (Al-Mazahib Al-Arba’ah), meliputi mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali.

 Dalam konteks pemikiran islam, banyak pengamat yang mengidentifikasikan gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan Abduhis, maksudnya Muhammadiyah dipandang sebagai pengikut dan pelestari pemikiran-pemikiran syaikh Muhammad Abduh yang rasionalis itu. Akan tetapi seorang pengamat di Indonesia, DR. Arbiyah lubis  pernah meneliti dan membandingkan antara pemikiran Muhammadiyah dengan Muhammad Abduh.  Dr. Arbiyah lubis dengan bukunya yang berjudul pemikiran Muhamadiyah Dan Muhammad Abduh (Bulan Bintang 1993,) tidak mendapati kesamaan pemikiran Muhamadiyah dengan Muhammad Abduh yang berkembang selama ini, jika Muhammadiyah dikatakan Abduhis ternyata tidak bisa dipertahankan. Muhammadiyah tidak memiliki persamaan titik temu dengan pemikiran Muhammad Abduh yang rasioalis murni (muktazilah). Dengan demikian Muhammadiyah sebagai gerakan modernis masih dapat memperlihatkan karakternya. Sebagai gerakan modernis Muhammadiyah mengatur gerakannya dengan struktur yang sangat rapi.  Sementara itu Muhammadiyah juga tetap menunjukan  ciri khasnya sebagai gerakan Tajdid yang rasional. Muhammdiyah pun inklusif dengan membuka seluas-luasnya untuk kebaikan-kebaikan  sekarang dan masa depan.[4]

Konsekuensi logis dari gerakan islam modernis itu harus siap menerima dan melakukan perubahan-perubahan.  Karakter realitas yang dinamis menuntut pemikiran Muhammadiyah untuk selalu dinamis, termasuk di dalamnya para angkatan muda Muhammadiyah secara tidak langsung ikut bertanggungjawab atasbrand atau karakter yang melekat pada tubuh Muhammadiyah.  Tentu dalam tubuh Muhammadiyah, banyak sekali perbedaan-perbedaan karakter, dalam Muhammadiyah terdapat polarisasi pemikiran yang tempo-tempo semakin meruncing. Yakni antara pemikiran yang berhaluan literal-normatif dan pemikiran liberal-kontekstual. Namun, kehadiran pemikiran yang terkadang bernuansa kontradiksi antara suatu kelompok dengan kelompok lain sering membangkitkan ketegangan intelektual. Khususnya pasca kepemimpinan Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M,A, yang dilanjutkan dengan kepemimpinan Prof. Dr. A. Syafi’i Ma’arif, Muhammdiyah semakin mengembangkan pemikiran keagamaan yang semaki inklusif dan toleran?.

Dengan semakin mengembangkan khasanah pengetahuan modern yang bernuansa kebarat-baratan, Muhamadiyah telah lebih jauh menguasai  khasanah intelektual modern, sehingga terkesan sangat miskin pengetahuan agama.  Di Muhamadiyah banyak bertebaran  kelompok intelektual dengan status intelektual yang beragam pula, namun sangat miskin kelompok intelektual yang menguasai khasanah intelektual keislaman klasik. Dalam hal ini,penulis  berpendapat bahwa  gejala seperti ini nantinya dikhawatirkan akan menjadi bumerang bagi kelayakan dan posisi Muhammadiyah sebagai organisasi  dakwah islam kemasyarakatan di mata masyarakat, baik dari kalangan  anggota dan simpatisan maupun dari pihak-pihak yang selama ini menjadi rival muhammadiyah dalam mensyiarkan agama Islam. Tentu, hal  itu tidaklah kita inginkan terjadi pada muhammadiyah. Maka sebuah hadits mengatakan  ”sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan ”. Maksudnya Muhammadiyah boleh mengembangkan intelektualitas yang bernuansa kebarat-baratan yang memang sebagaicerminan dari identitasnya sebagai gerakan pembahaaruan  yang bersifat modenis- inklusif. Akan tetapi tidak lantas menafikan begitu saja pola pemikiran yang bernuansa literal-normatif yang tempo-tempo dianggap sebagai penghalang kemajuan dan perbaikan-perbaikan Islam di indonesia. Penulis sekali  lagi mengatakan bahwa  sikap-sikap yang terlalu berlebihan akan membawa petaka tersendiri bagi Muhammadiyah. Dan semua ini adalah tanggunjawab bersama di setiap elemen persyarikatan, termasuk di dalamnya angkatan muda Muhammadiyah sebagai regenerasi yang akan melanjutkan jejak perjuangan  Muhammadiyah yang akan  sangat melelahkan.

 Analisa Arah Pemikiran

Ketika Napoleon Bonaparte menyerbu dan mengalahkan mesir, umat islam seluruh dunia mengalami shock luar biasa, karena selam ini mereka berpikir bahwa tidak ada suatu golongan mana pun yang lebih unggul dan sanggup mengalahkan mereka.  Selama berabad-abad orang-orang muslim betul-betul memahami secara taken for granted adagium dalam bahasa arab, ”Al-islam ya’lu wa la yu’la ‘ilaihi” (Islam adalah unggul, dan tak terungguli oleh orang lain). Sikap itu tentunya bisa dipafami, karena memang dapat dikatakan bahwa Islam memegang supremasi dunia sejak agama itu tampil ke muka bumi sampai munculnya zaman modern. Sejarah islam ditandai oleh berbagai jatuh bangun dan naik turun politik umat islam. Namun supremasi mereka atas golongan non-muslim di semua bidang, termasuk di bidang ilmu pengetahuandan teknologi, tetap bertahan bahkan dalam masa-masa titk paling rendah kekuatan politik dan militer mereka..[5]

Tetapi keadaan berubah total setelah munculnya rainance. Yang ditandai berbagi perubahan pemikiran di berbagai aspek kehidupan. Dengan  demikian dunia pemikiran barat semakin menembus aras tertinggi yang selama ini dikusai oleh umat islam.

Dampaknya adalah   kemandirian dan kemajuan terus menurus menyelimuti bangsa barat sampai sekarang, mulai dari pendidikan, ekonomi, teknologi, sampai kebudayaan yang terus menerus mereka tularkan ke seluruh belahan dunia.  Tapi apa yang terjadi pada umat islam saat ini? Kita  hanya bisa mengenang kejayaan masa lalu setelah keruntuhan peradaban umat islam,   kita cenderung apriori terhadap perubahan dunia dengan bersembunyi di balik  doktrin agama dengan  sesekali menjanjikan kehidupan bahagia di kehidupan lain nanti setelah dunia ini berakhir. Bukan hal itu yang terpenting, melainkan kesadaran umat Islam untuk kembali merengkuh kajayaan umat Islam yang telah hilang.  Kemudian setelah itu kita pun akan menikmati kebahagian   hidup di dunia dan nanti di akhirat seperti yang telah dijanjikan oleh-Nya.

Konsep keilmuan barat

Pada mulanya, Upaya pencarian dan penyusunan ilmu pengetahuan yang dilakukan para ilmuwan barat  untuk mengatasi masalah  keduniawian, mereka harus melakukan penelitian dari awal untuk mengenal sesuatu, kemudian diobservasi serta dibuktikan dengan berbagai penelitian, bangsa barat benar-benar  mengetahui rahasia alam dari hanya keingintahuan mereka, beda dengan yang kita kenal dalam tradisi keilmuan islam. Pada hakekatnya seluruh ilmu pengetahuan telah dicantumkan agama lewat doktrin-doktrinnya. Umat islam sebenarnya tinggal melanjutkan serta membuktikan saja apa yang terkandung dalam doktrin agama. Berikut beberapa konsep keilmuan yang dikembangkan oleh barat.

Pertama,  Bersifat Rasional. Aliran rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang benat diperoleh dan diukur dengan akal yang dimiliki manusia. Manusia menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek pengetahuan. Kedua, Empirisme.  berasal dari kata Yunani ampeiria yang berarti “Pangalaman Indrawi “. Empirisme memilih pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia mau pun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Muncul Filsafat Empirisme, yang tentu bersangkutan dengan ilmu pengetahuan positif yang maju dengan pesat.
Aliran Empirisme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat bersumber lahiriah (menyangkut dunia).  Oleh karena itu, pengalaman indrawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.  

Dari kelebihan dan keunikan konsep keilmuan di atas, maka pantaslah para generasi muda kita  lebih menggandrungi hal itu dari pada khasanah keilmuan islam yang terkesan kurang sistematika dan hanya berkutat pada satu tema saja. Konsep keilmuan barat dalam dekade terahir ini kita akui sangat mengagumkan, baik dari segi metodologis, teoritis, serta dalam tataran praksisnya.  Hal ini yang mengakibatkan banyak diantara umat islam di indonesia, khususnya dari kalangan generasi muda muslim menggandrunginya bahkan cenderung berlebihan. Dalam Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modernis muncul jaringan intelektual muda Muhammadiyah (JIMM), dalam organisasi lain juga tidak luput dari hal ini, Nahdatul ’ulama (NU) yang dikenal sebagai   organisasi berhaluan tradisional-literalis memberikan andil cukup besar juga, yakni dengan kemunculan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sempat menghebohkan wacana pemikiran keislaman   progresif,  berani (bahkan terkesan berlebihan) yang sangat rentan mengundang kontroversi di internal umat. 

 Sekilas asumsi yang mengatakan bahwa khasanah keilmuan Islam klasik kurang sistematik dan hanya berkutat pada satu tema saja dianggap benar.   Padahal, dari seluruh literatur sejarah  hampir  sepakat mengatakan bahwa ciri masyarakat Islam klasik ialah etos keilmuan yan sangat tinggi yang mencakup hampir seluruh bidang kehidupan. Kenyataan itu telah menjadi tema yang sangat digemari dalam khutbah, dakwah, tabligh dan lain sebagainya. Namun demikian, kaum muslim sendiri tampaknya  tidak begitu banyak mengetahui substansi kualitas itu, apalagi menghayati makna dan semangatnya, serta menghidupkan dan mengembangkan kembali. Sejarah itu dapat ditemukan  dari sejarah keilmuan islam yang telah menjadi pengakuan umum dalam dunia kesarjanaan bahwa masyarakat islam klasik adalah instrumental sekali dalam mewarisi, mengembangkan dan mewariskan kekayaanintelektual umat manusia. Lebih dari itu, masyarakat islam adalah kelompok manusia pertama yang menginternasionalkan ilmu pengetahuan, yang sebelumnya bersifat parokialistik, bercirikan kenasioalan dan hanya terbatas pada daerah atau bangsa tertentu.[6]

Kita pun harus selalu kritis terhadap konsep-konsep yang ditawarkan oleh barat. Tapi bukan berarti bersikap ekslusif menutup diri dari segala yang berbau barat. Perlu ada filtrasi dalam menerima hal tersebut. Penulis yakin bahwa tidak semua wacana keilmuan yang berasal dari barat itu buruk, ada yang dapat kita ambil dari kemajuan-kemajuan yang telah mereka capai. Seperti dalam pengembangan konsep pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan lain sebagainya. Tapi tidak salah kiranya bila memperhatikan catatan-catatan berikut.

Penyimpangan dalam masyarakat muslim dan peradaban barat:

”Seorang pengulas kontemporer pernah mengatakan bahwa penyimpangan yang telah mengakar dalam masyarakat barat, juga mengakar dalam masyarakat muslim. Lalu, bagaimana anda bisa meganggap peradaban barat salah dan peradaban timur (umat islam) benar? Keberatan ini, jika kita cermati ternyata tidak benar, karena perbandingan kita tentang peradaban barat dan Islam adalah atara standar versus prilaku. Rusaknya masyatrakat muslim adalah karena penyimpangan dari rel Islam, sedangkan rusaknyamasyarakat barat akibat mempraktekan prinsip-prinsip yang diyakininya.Kerusakan masyarakat muslim bersumber dari jurang perbedaan antara prinsip dan praktek, sedangkan pradaban barat adalah akibat pertentangan antara prinsip dan realitas. Peradaban barat modern telah membentuk prinsi-prinsip sekuler untuk menata kehidupan sosial dan berpendapat bahwa ajaran modern lebih unggul dari pada ajaran masa lampau. Melalui kolonialisasi dan revolusi industri, dan lain-lain. Bangsa barat mampu memperoleh dominasi politik dan materi atas wilayah dunia yang luas,  yang membuat mereka menolak  prinsip-prinsip dalam  membangun masyarakat manusia berdasarkan prinsip kehidupan modern. Proses etika ini sampai sekarang masih berlangsung seiring dengan mendominasinya negara-negara barat lebih dari satu abad. Namun eksperimen terbaru yang telah dilakukan, mengatakan akan  kegagalan akan  kebenaran prinsip itu. Semua yang telah dicapai hanya mampu memperlihatkan secara efektif bahwa prinsip baru yang diunggulkan barat betul-betul bertentangan dengan tujuan alam bagi manusia. Pertentangan antara tujuan dan realitas betul-betul telah menimbulkan kerusakan yang terus meningkat dalam kehidupan barat.

Sedangkan solusi dari kemunduran  moral dalam masyarakat Muslim adalah kembali pada ajaran-ajaran yang dianut pada masa lalu. suatu hal yang tidak dapat dilakukan oleh barat. Jika masyarakat barat kembali kepada masa lalunya, kembali ini merupakan suatu jalan mundur ke prinsip-prinsip yang pada posisi sama, dan sesungguhnya masih diikuti secara kukuh oleh sebagian masyarakat barat itu. jadi singkatnya, solusi terhadap penyimpangan masyarakat muslim adalah kembalinya mereka kepada ajaran islam yang telah lama mereka tinggalkan, sedangkan perbaikan untuk masyarakat barat terletak pada pengingkaran  ajaran yang dibuatnya sendiri”.[7]

Dalam catatan singkat tersebut, meski pun bernada  sinis, tapi pada kenyataannya memang seperti itulah keadaan kedua masyakat dunia tersebut. Dalam hal ini penulis sedikit mengkorelasikan beberapa anggapan mengenai pernyataan ” solusi dari kemunduran moral  dan peradaban   dalam masyarakat Muslim adalah kembali pada ajaran-ajaran yang dianut masa lalu”. Seorang cendikian muslim indonesia, Dr. kuntowijoyo berpendapat bahwa masyarakat Muslim indonesia menganggap gerak mundur yang dilakukan oleh sementara kelompok ini adalah gerak romantisme yang tempo-tempo tidak begitu produktif dalam menghadapi laju peradaban yang semakin modern ini, ia berpendapat ”Alangkah lebih produktif ketika umat Islam lebih mengkonsentrasikan diri untuk mempersiapkan seluruh kekuatan yang ada untuk mempelajari dan mengadopsi produk pemikiran dan peradaban modern (tentu yang dianggap sesuai dengan prinsip yang masih pada jalur  doktrin agama) yang semakin maju ini”   maksudnya bahwa kesadaran  dalam pengamalan  beragama dan melek  akan Tsaqofah islam dapat tumbuh kembali dalam kehidupan beragama seiring dengan dahaga akan kebutuhan fitroh   umat Islam tersebut. Sekilas, Dari dua asumsi di atas, tampak ada  perbedaan yang saling menjatuhkan. Tapi jauh dari itu, sebenarnya dari dua hal tersebut dapat ditarik benang merahnya. Yaitu, asumsi pertama yang mengatakan ”solusi dari kemunduran moral  dan peradaban   dalam masyarakat Muslim adalah kembali pada ajaran-ajaran yang dianut masa lalu”, gerakan revivalisme  bagian ini dapat difahami bahwa sesuatu yang perlu dikembalikan ke dalam dekapan umat islam saat ini adalah keyakinan sekaligus pengamalan akan substansi dari ajaran Islam itu sendiri, yakni Tauhidullah serta cabang-cabangnya sebagi modal terpenting dalam posisi seorang muslim sebagai’Abdun dan Khalifah di muka bumi. Kemudian asumsi yang kedua yang berpendapat ” Alangkah lebih produktif ketika umat islam lebih mengkonsentrasikan diri untuk mempersiapkan seluruh kekuatan yang ada untuk mempelajari dan mengadopsi produk pemikiran dan peradaban modern (tentu yang dianggap sesuai dengan prinsip yang masih pada jalur  doktrin agama) yang semakin maju ini” asumsi  ke dua ini dapat difahami sebagai sebuah nasihat dari seorang cendikiwan muslim bahwa ”untuk mengejar ketertinggalan umat islam saat ini adalah seorang muslim harus mempersiapkan diri untuk turut serta dalam persaingan hidup kedunian yang semakin sulit.

 Nah,  dari itu Dr. Kuntowijoya mengajak segenap umat islam untuk bersikaf Inklusif, berani mengakui kelemah serta berusaha mengakomodasi setiap masukan-masukan yang dirasa penting untuk perbaikan dunia Islam meski pun berasal dari barat atau yang dari musuh Islam sekali pun, yakni dalam upaya  mengembalikan kedigjayaan umat Islam seperti dulu kala. Maka tugas para cendikiawan muda muslim kita saat ini adalah berusaha   menekuni dan mempelajari seluruh bentuk keilmuan baik yang bersumber dari barat maupun dari timur.[8] Tidak ada ruang untuk sebuah dikotomi ilmu pengetahuan, semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah, Tuhan yang maha mulya sumber dari segala ilmu. Wallahu a’lam bi assawab.

 

 

 

Dede Rizki Mahmuzi

Mahasiswa program pendidikan kader Muhammadiyah  Hajjah Nuriyah Shabran. Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

*. Mahasiswa pondok perkaderan Muhammadiyah hajjah nuriyah shabran UMS

[2]Rizqon Hamami.blogspot.com

[3] Majalah Duta masyarakat

[4]Mu’arif , Meruat Muhammadiyah: kritik seabad pembaruan islam diindonesia. Pilar media. 2005. Hal 41

[5]Nurkholis Madjid. Kaki Langit Peradaban Islam. Paramadina. 1997. hal 9

[6]Nurkholis Madjid. Kaki langit Peradaban Islam. Paramadina. 1997. hal 41

[7]Wahiduddin khan. Antar Islam Dan Barat.serambi.2001. hal 111-112

[8]Ali Syariati, Tugas Cendikiawan Muslim. Jakarta, Srigunting, 1995

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Rizqon Hamami.blogspot.com

­ ­_   Majalah Duta masyarakat

Mu’arif, Meruat Muhammadiyah: kritik seabad pembaruan islam diindonesia. Yogyakarta, Pilar Media, 2005

Nurkholis Madjid, Kaki langit peradaban islam. Jakarta, Paramadina, 1997

Wahiduddin khan, Antara Islam dan Barat, Jakarta, Serambi, 2001

Airlangga Pribadi dan Yudhi R. Haryono, Post Islam Liberal: Membangun Dentuman Mentradisikan Ekperimentasi, Bekasi, Gugus Press. 2002

Ali Syariati, Tugas Cendikiawan Muslim, penerjemah & pengantar: Dr. Amien Rais, Jakarta, Srigunting, 1995

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perbedaan Internet, Intranet dan Extranet


Intranet adalah sebuah jaringan komputer berbasis protokol TCP/IP seperti internet hanya saja digunakan dalam internal perusahaan, kantor, bahkan warung internet (WARNET) pun dapat di kategorikan Intranet. Antar Intranet dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui sambungan Internet yang memberikan tulang punggung komunikasi jarak jauh. Akan tetapi sebetulnya sebuah Intranet tidak perlu sambungan luar ke Internet untuk berfungsi secara benar. Intranet menggunakan semua protocol TCP/IP dan aplikasi-nya sehingga kita memiliki “private” Internet.

Jika sebuah badan usaha / bisnis / institusi mengekspose sebagian dari internal jaringannya ke komunitas di luar, hal ini di sebut ekstranet. Memang biasanya tidak semua isi intranet di keluarkan ke publik untuk menjadikan intranet menjadi ekstranet. Misalnya kita sedang membeli software, buku dll dari sebuah e-toko, maka biasanya kita dapat mengakses sebagian dari Intranet toko tersebut. Badan usaha / perusahaan dapat memblokir akses ke intranet mereka melalui router dan meletakan firewall. Firewall adalah sebuah perangkat lunak / perangkat keras yang mengatur akses seseorang kedalam intranet. Proteksi dilakukan melalui berbagai parameter jaringan apakah itu IP address, nomor port dll. Jika firewall di aktifkan maka akses dapat dikontrol sehingga kita hanya dapat mengakses sebagian saja dari Intranet perusahaan tersebut yang kemudian dikenal sebagai extranet.

Kegunaan dan Manfaat intranet

Dasarnya perangkat lunak aplikasi yang digunakan di Intranet tidak berbeda jauh dengan yang digunakan di Internet. Di Intranet digunakan Web, e-mail dll. persis seperti yang digunakan di Intranet. WARNET sebetulnya intranet yang sangat sederhana sekali, kebetulan tidak ada content yang khusus / spesifik yang internal di warnet tsb.

Yang seru adalah dari sisi materi / content yang dibawa oleh intranet tsb. Pada tingkat yang paling sederhana, mungkin Intranet akan sangat dirasakan manfaat jika e-mail internal perusahaan / institusi dapat diaktifkan. E-mail yang dilengkapi dengan kemampuan mailing list sangat membantu untuk melakukan koordinasi antar bagian secara fleksible dan mengurangi rapat-rapat yang sering kali melelahkan. Di samping itu yang cukup fatal sebetulnya e-mail mempunyai potensi untuk membuat semua proses dalam badan usaha anda menjadi sangat transparan & siap-siap saja sebagai manajer / direktur untuk di tegur oleh bawahan anda secara terbuka.

Web dengan perangkat database di belakangnya, biasanya merupakan alat bantu paling potensial untuk melakukan 2 hal utama yaitu:

  1. membuat perusahaan / institusi menjadi semakin effisien, pendekatan yang dilakukan disini biasanya membuat system informasi manajemen yang berbasis Web & database. Cukup banyak rasanya orang di Indonesia yang mengerti masalah MIS ini. Jika MIS / ERP perusahaan telah ditata dengan baik langkah selanjutnya biasanya mengarah ke e-commerce (dagang melalui Internet). Perlu dicatat bahwa sebaiknya jangan masuk terlalu jauh ke e-commerce jika system backoffice MIS / ERP perusahaan tsb belum siap, karena akan tampak sekali cacatnya.
  2. Membuat perusahaan / institusi menjadi semakin kompetitif di dunia-nya. Bahkan jika mungkin menjadi pemimpin dalam usahanya. Membuat sebuah badan menjadi kompetitif hanya mungkin dilakukan jika kita dapat mengolah secara baik sumber daya manusia & sumber daya pengetahuan yang ada di internal badan / perusahaan tersebut. Ilmu / konsep yang berkaitan dengan hal ini adalah konsep knowledge management. Dasarnya adalah bagaimana kita melakukan percepatan proses daur ulang, analisis, sintesa dari pengetahuan baik itu yang bersifat implicit maupun eksplisit. Masih jarang ahli di Indonesia yang menguasai teknik tsb, sebetulnya yang paling baik proses penguasaan teknik ini adalah para pustakawan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *