Senin, 06 Mei 2024

Kesyukuran dan Evolusi Manusia : Dari Tanah Menuju Cahaya

 

Oleh : Irvan Shaifullah

Sejak memasuki usia 30- an, setiap manusia sedang memasuki proses penyusutan secara gradual.  Seseorang mulai kehilangan 7000-100.000 sel - sel otaknya hampir setiap hari dan tidak tergantikan. Salah satu bukti nyatanya adalah dimensi dan memori jangka pendek yang mulai terganggu. Semakin tua, fisik kita semakin tergerus dalam aliran waktu, seperti jam mesir kuno yang partikel - partikelnya berkurang, sedikit demi sedikit mengiringi pergantian waktu.

Seharusnya kita menyadari, bahwa dalam masa itu kita sedang memasuki grafik penurunan dalam fungsi biologis. Sebagai manusia, sudah seharusnya kita juga sedang mengalami grafik yang meningkat dalam hal kemanusiaan. Bertambah tua usia seseorang, sebenarnya ia sedang menjauhi kehidupan dunianya. Dalam usia senja, kita seakan akan tidak membutuhkan dunia dan dunia juga tidak membutuhkan kita. Contoh kecilnya adalah saat kita harus mengurus KTP dalam usia 60 tahun, disana tertulis berlaku seumur hidup. Bisa jadi itu adalah isyarat dari Allah agar kita fokus memperbaiki bekal kehidupan kita di akhirat.  

Orang tua akan mengalami proses degenerasi, ditandai dengan menurunnya fungsi fungsi fisiologis pada organ tubuhnya. Dari indra penglihatan, mata akan mengalami apa yang disebut presbiop dimana benda benda sekitarnya harus menjauh agar ia bisa melihat dengan jelas. Warna kehidupan dan alam sekitar pun berbeda ketika dilihat oleh seseorang yang muda dan orang yang beranjak senja. Orang tua akan melihat warna hijau menjadi lebih kuning hingga kecoklatan.

Perjalanan evolusioner itu dinamai oleh dr. Ade Hashman, Sp. An dalam bukunya “Karena Kita Begitu Berharga” (2012) sebagai hijrah dari sisi hewani menuju sisi manusiawi, dari organisme material menuju substansi spiritual, dari tanah menuju cahaya. Dari seluruh rangkaian proses itu, pada intinya ada 3 momen besar yang pasti kita lalui yaitu, kelahiran, kematian, dan kebangkitan kembali. Sebagaimana doa yang diajarkan Nabi Isa as dan Nabi Yahya as yang diabadikan dalam Al Quran, “ Semoga keselamatan terlimpah kepadaku di saat Aku dilahirkan, di saat Aku dimatikan, dan di saat Aku dibangkitkan kembali,”(QS Maryam :33)

Kita dua kali mengalami kehidupan dan dua kali kematian. Oleh karena itu, kita memiliki dua bentuk masa depan, Allah befirman dalam surat Al Hasyr ayat 18,” Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya hari esok,”. Hari esok yang dimaksud sejatinya melahirkan dua presentasi wajah, yang disebut oleh dr Ade Hashman, Sp. An sebagai hari esok jangka panjang dan hari esok jangka pendek, atau masa depan pra kematian dan masa depan pasca kematian.

Masa depan pra kematian bercirikan serba mungkin. Misalnya seseorang bekerja keras mungkin ia akan kaya dan sukses tapi bisa jadi juga tidak. Sesoerang yang rajin belajar mungkin akan meraih prestasi akademik terbaik, tapi juga bisa tidak, siapa yang menanam belum tentu mengetam. Hal itu yang terjadi dalam masa depan pra kematian, bercirikan keadaan serba kemungkinan.

Berbeda halnya dengan masa depan pasca kematian. bersifat pasti, dimana seluruh kebaikan dan keburukan ditimbang dengan adil, rinci, dan teliti. Seorang Buya Hamka pernah berujar bahwa sebenarnya hidup baru dimulai saat nafas terakhir dihembuskan. Segalanya menjadi adil dan terang benderang dihadapan Allah SWT. Segala perilaku dan niat kita benar benar menjadi tolak ukur. Segala perbuatan kita menjadi kebaikan di akhirat atau malah sebaliknya menjadi keburukan di akhirat.

Dalam surat Al Qashash ayat 77 Allah berfirman,” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi,”. Maka rumusnya adalah kerjakan yang pasti tapi jangan abaikan yang mungkin. Fokus pada tujuan hidup dan tapi jangan sampai terlena. Semua niat perbuatan kita haruslah mengarah kepada Allah, bukan pada yang lain. Analoginya adalah bila kita menanam padi maka rumput akan tumbuh, namun bila kita menanam rumput jangan berharap padi akan tumbuh.

Sebagai manusia kita sering abai terhadap kondisi tersebut. Kita sering sibuk menjalankan aktifitas sehari hari dengan wajar wajar dan biasa biasa saja. Kebiasaan itu seringkali membuat kita lupa bahwa tujuan kehidupan kita didunia adalah dalam rangka mengabdikan diri seluruhnya kepada Allah. Baik saat kita bekerja, menjalankan tugas, belajar, mengemudi, makan, minum bahkan saat menyeruput kopi. Kenikmatan itu kita lupakan dan kita abaikan begitu saja, padahal ada hal luar biasa saat kita meniatkan segala aktifitas kita hanya untuk Allah.

Kebanyakan dari kita mengabaikan sebuah payung di garasi mobil sampai ketika hujan deras datang. Kita mengabaikan balon lampu yang tidak menyala sampai ada pencurian. Kita mengabaikan kerewelan, kecengengan, dan kenakalan anak anak kita sampai kemudian ia sakit dan terdiam. Intinya, kita sering mengabaikan banyak benda dan perihal yang menurut kita tidak bernilai apa apa karena seringnya kita lihat dan banyak yang kita miliki.

Informasi penting sains ; orang orang berbahagia adalah mereka yang bisa menikmati setiap detik peristiwa kehidupannya. Evolusi manusia dari tanah menjadi cahaya terletak pada rasa syukurya. Jika belum sepenuhnya perintah Allah kita jalankan dengan maksimal, ibadah yang dekat dan setiap hari bisa kita lakukan adalah dengan bersyukur. Rasa syukur mendekatkan kita kepada Allah. Rasa syukur mengingatkan kita bahwa ada banyak menusia yang sejatinya secara materi dan kualitas hidup berada di bawah kita. Rasa syukur mengingatkan kita bahwa ibadah sebenarnya bisa dimana saja dan kapan saja. Syukur adalah sesuatu yang kita angggap kecil tapi sebenarnya nilainya begitu besar di hadapan Allah.

Terakhir, bagaimanapun keadaan kita saat ini, tua maupun muda, sehat maupun sakit, kaya ataupun miskin, mengutip pendapat Sonja Lyubomirsky  dalam The How of Happiness (2008) tentang kebahagian. Ia menemukan 8 cara rasa syukur  untuk meningkatkan kebahagiaan diantaranya :

1.      Rasa syukur meningkatkan penghayatan akan harapan hidup positif

2.      Rasa syukur meningkatkan keyakinan diri

3.      Rasa syukur membantu orang berdamai dengan stress dan trauma

4.      Rasa Syukur menaikkan perilaku bermoral

5.      Rasa syukur dapat membantu ikatan sosial dan menguatkan hubungan antar manusia

6.      Rasa syukur menghindari sifat seseorang yang suka membandingkan

7.      Rasa syukur mengurangi perasaan dan pikiran negatif

8.      Rasa syukur menjauhkan seseorang dari sifat hedonistik

 

Sudahkan engkau bersyukur hari ini?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *