(قَالُوا سُبْحَانَكَ) qaaluu subhaanaka: mereka (para malaikat) menjawab, “Maha Suci Engkau (Ya Allah).” Maksudnya, kami (para malaikat) mensucikan Engkau dari apa yang kami katakan tentang khalifah (Nabi Adam). Kata subhaanaka ini digunakan untuk mensucikan Allah ‘azza wa jalla. Ungkapan-ungkapan Subhaan–Allah (Maha Suci Alah) Subhaanaka Allahumma (Maha Suci Engkau Ya Allah), Subhaana Rabbiyal ‘Adhiim (Maha Suci Rabb-ku yang Maha Agung) serta lainnya yang memakai Subhaana dinamakan Tasbiih.
(لَا عِلْمَ لَنَا) laa ‘ilma lanaa: tidak ada ilmu yang kami ketahui. (إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا) illaa maa ‘allamtanaa: selain dari apa (ilmu) yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Kata مَا bisa berarti “apa yang”, dan yang dimaksud di sini adalah “ilmu” sebagai kata ganti (badal) dari kata (لَا عِلْمَ لَنَا) laa ‘ilma lanaa: tidak ada ilmu yang kami ketahui.
(إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ) innaka anta al-‘aliimul hakim: sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (الْعَلِيمُ) al-‘aliim: Maha mengetahui. Allah Maha mengetahui segala sesuatu dalam seluruh aspeknya. Bagi Allah, tidak ada yang tidak diketahuinya, juga tidak ada yang terlupakan meskipun itu hal-hal yang sangat kecil atau remeh, baik yang ada di langit maupun di bumi.
(الْحَكِيم) al-hakiim: yang Maha Bijaksana. Maksudnya adalah Allah (Rabb) itu adalah dzat yang memiliki kebijaksanaan yang sempurna. Allah menciptakan sesuatu pastilah ada hikmahnya di balik itu. Demikian pula, ketika Allah memerintahkan sesuatu, maka pasti ada hikmah di balik itu. Hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sesuai.
قَالَ يَا آَدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ -البقرة/33
Artinya: “Allah berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” [Q.s. al-Baqarah (2): 33].
(قَالَ يَا آَدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ) qaala yaa Adamu anbi’hum bi-asmaa’ihim: Dia (Allah) berfirman: Ya Adam, beritahukan kepada para malaikat mengenai nama-nama benda. Perintah Allah kepada Nabi Adam untuk memberi tahu nama-nama benda yang para malaikat tidak tahu dan tidak bisa menyebut nama-nama benda. (فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ) falammaa anba’ahum bi-asmaa’hi: maka setelah Nabi Adam memberitahukan kepada mereka (para malaikat) nama-nama benda itu, sadarlah para malaikat atas keutamaan Adam dibandingkan mereka. Di sinilah letak hikmah atas penciptaan Adam sebagai khalifah.
(قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ) qaala alam aqul lakum innii a’lam: Allah berfirman: Bukankah sudah Aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui! Ini adalah penegasan bahwa Allah adalah mengetahui yang dalam konteks bunyi ayat selanjutnya adalah semua yang tersembunyi dan semua rahasia yang ada di langit dan bumi. (غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ) ghaibas samawaati wal-ardh: segala yang tidak tampak di langit maupun di bumi.
(تُبْدُونَ) tubduuna: yang kamu tampakkan. Dalam kaitan ini adalah ucapan malaikat yang berbunyi: “apakah Engkau… akan menjadikan…”. (تَكْتُمُونَ) Taktumuun: yang kamu sembunyikan atau rahasiakan. Dalam kaitan ini terutama adalah apa yang disembunyikan Iblis di dalam hatinya yaitu menentang perintah, merasa sombong dan tidak mau melaksanakan perintah Allah.
Allah SWT memberi penjelasan tentang kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya dan juga hikmah di balik firman atau atau ciptaan-Nya. Allah mencipta Adam itu mempunyai hikmah yang besar. Allah memberi ilmu kepada Nabi Adam nama-nama semua makhluk yang itu tidak diajarkan kepada para malaikat. Ketika makhluk-makhluk itu ditampilkan di hadapan para malaikat dan disuruh menyebutnya, maka para malaikat mengaku bahwa mereka tidak mengetahuinya.
Ungkapan di atas adalah sebagai sanggahan Allah atas “pertanyaan” malaikat yang bernada protes terhadap penciptaan Adam sebagai khalifah. Dengan pertanyaan itu, sepertinya para malaikat menganggap dirinya sebagai makhluk yang paling mulia dan pandai, karena merasa sudah tahu atas apa yang akan terjadi pada Bani Adam, atau pada umat manusia. Dan, ternyata para malaikat tidak mampu menyebutkan nama-nama para makhluk yang dihadapkan pada mereka. Sedangkan Nabi Adam bisa dan mampu menyebutkan nama-nama itu. Di sinilah letak kemuliaan Adam di atas para malaikat, yaitu bahwa Adam dan anak turunnya itu diberi anugerah ilmu.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Q.s. al-Baqarah (2) ayat 31-33 di atas adalah: pertama, penjelasan kekuasaan Allah dengan ilmu-Nya yang mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama seluruh makhluk. Kedua, menjelaskan kemuliaan ilmu pengetahuan dan juga keutamaan orang berilmu. Ketiga, keutamaan orang yang mau mengakui ketidaktahuan, ketidakmampuan dan kekurangan dirinya. Keempat, diperbolehkannya memberi teguran terhadap orang yang merasa tahu, padahal tidak tahu.
Penulis : M. Yusron Asrofie
Sumber : http://tuntunanislam.id/
Halaman Sebelumnya: Keutamaan Manusia Karena Ilmu (1)......