Kamis, 13 Maret 2025

Keutamaan Sholat Dhuha (1)

Shalat Dhuha dituntunkan Rasulullah SAW. berdasarkan beberapa hadits maqbullah (dapat diterima kebenarannya), baik yang bersifat fi’liyyah (perbuatan Beliau) maupun qauliyyah (ucapan Beliau). Karenanya, jumhur (mayoritas) ulama memasukkan shalat dhuha sebagai salah satu di antara shalat-shalat tathawwu’. Umat Islam dianjurkan agar gemar dan membiasakan diri melaksanakannya. Bahkan, para ulama Maliki dan Syafi’i telah memasukkannya ke dalam deretan shalat-shalat yang sangat dianjurkan (sunnah muakkad) untuk dilakukan oleh setiap muslim.

Hadits yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah melakukan shalat dhuha (hadits fi’liyyah) adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Hani’. Menurut Syaikh al-Bani, hadits ini adalah hadits shahih li ghairih.

دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتِي ، فَصَلَّى الضُّحَى ثَمَانَ رَكَعَاتٍ رواه ابن حِبَّان قال الشيخ الألباني: صحيح لغيره

Rasulullah SAW. masuk ke dalam rumahku, lalu Beliau mengerjakan shalat Dhuha 8 raka’at” (HR. Ibn Hibban).

Hadits yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah memerintahkan umat-Nya agar melakukan shalat dhuha adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut ini:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ –  رواه مسلم

Dari Abu Hurairah berkata, “Nabi s.a.w. kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua raka’at dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur” (HR. Muslim).

Nama Lain Shalat Dhuha

Shalat ini dinamakan shalat dhuha dikarenakan dikerjakan di waktu dhuha. Selain itu, shalat dhuha juga disebut sebagai shalat Awwabin yang berarti shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah. Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits, yang menurut Syaikh al-Bani termasuk hadits hasan, sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ يُحَافِظُ عَلَى صَلاَةِ الضُّحَى إِلاَّ أَوَّابٌ. قَالَ : وَهِيَ صَلاَةُ الأَوَّابِينَ. رواه ابن خُزَيمة والحاكم.قال الشيخ الألباني : حسن

Tidak ada yang memelihara shalat dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah. Beliau bersabda: “Dia adalah Shalat Awwabin (shalat orang-orang yang kembali kepada Allah)” (HR. Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim).

Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW. menyebutkan shalat dhuha dengan istilah shalat Isyraq. Sebutan ini diberikan karena shalat dhuha dikerjakan mengiringi terbitnya matahari. Hal ini dapat dilihat dalam riwayat yang dituturkan oleh Ummu Hani’ berikut:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا، فَدَعَا بِوَضُوءٍ فِي جَفْنَةٍ، فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى أَثَرِ الْعَجِينِ فِيهَا، فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى الضُّحَى، فَقَالَ:يَا أُمَّ هَانِئٍ، هَذِهِ صَلاةُ الإِشْرَاقِ أخرجه الطبرانى قال الهيثمى : فيه حجاج بن نصير ضعفه ابن المدينى وجماعة ووثقه ابن معين وابن حبان.

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah masuk ke dalam rumah Ummu Hani’ lalu minta air wudlu dalam bejana dan seolah-olah aku melihat adonan roti di dalamnya, lalu Beliau berwudlu kemudian mengerjakan shalat dhuha. Lalu Beliau bersabda: “Wahai Ummu Hani’ ini adalah shalat Isyraq

Hadits tersebut diriwayatkan oleh at-Tabrani. Al-Haitsami menuturkan jika di dalamnya terdapat seorang perawi bernama Hajaj bin Nashir. Menurut Ibnu al-Madini dan sekelompok ulama, dia orang yang lemah (dalam meriwayatkan hadits), namun menurut Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban dia orang yang kuat.

Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah SAW. menyebutkan shalat dhuha dengan istilah shalat Raghbah wa Rahbah (harap dan cemas), yakni shalat yang dikerjakan untuk mengharap pertolongan Allah dan mengungkapkan kecemasan akan adzab-Nya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِ رَكَعَاتٍ ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : إِنِّي صَلَّيْتُ صَلاَةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ ، فَسَأَلْتُ رَبِّي ثَلاَثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً ، سَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَقْتُلَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ فَفَعَلَ ، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا فَفَعَلَ ، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا فَأَبَى عَلَيَّ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ : أَنْ لاَ يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ. رواه أحمد

Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata: saya melihat Rasulullah SAW. mengerjakan shalat sunnah dhuha delapan raka’at saat safar, dan ketika selesai Beliau s.a.w. bersabda: “Saya shalat dengan diliputi perasaan harap dan cemas (Raghbah wa Rahbah), saya memohon kepada Rabku tiga hal namun Dia hanya memberiku dua dan menahan satu, saya memohon kepada-Nya agar tidak menguji hambaku dengan kekeringan yang panjang dan Dia mengabulkan, dan saya memohon kepada-Nya agar musuh tidak menang atas umatku dan Dia mengabulkan, dan saya memohon kepada-Nya agar tidak membuat mereka berpecah-belah, namun Dia enggan mengabulkan” (HR. Ahmad).

 

 

Penulis : Zaini Munir Fadloli

Sumber Artikel : http://tuntunanislam.id/keutamaan-shalat-dhuha/

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *