Jum'at, 03 Mei 2024

Klasifikasi Al-Asma’ul Husna (2)

Perkara-perkara yang merusak nama-nama dan sifat-sifat Allah  

Ada beberapa hal yang dapat merusak  nama-nama dan sifat-sifat Allah , yaitu:

Pertama: Tahrif

Yang dimaksud dengan  tahrif yaitu mengubah lafazh Al Asma’ul Husna dan Sifat-sifat-Nya Yang Maha Tinggi atau makna-maknanya.

Tahrif ini dibagi menjadi dua:

  1. Tahrif dengan cara menambah, mengurangi, atau merubah bentuk lafazh.

Misalnya,   lafadz  ‘istawa’ (bersemayam) dirubah oleh kaum  jahmiyyah,dengan    istaula (menguasai) dalam firman Allåh :

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى [طه : 5]

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy.
(Taa-haa: 5)

dan ayat-ayat semisalnya, yang terdapat dalam (Al-Furqaan: 59), (As-Sajdha: 4), (Al-Hadid: 4), (Ar-Ra’d: 2), (Yunus: 3), dan (Al-A’raaf: 54)

  1. Tahrif dengan cara merubah makna

Artinya, tetap membiarkan lafazh sebagaimana aslinya, tetapi melakukan perubahan terhadap maknanya. Contohnya adalah perkataan ahli bid’ah yang menafsirkan ghadhab (marah), dengan iradatul intiqam (keinginan untuk membalas dendam); Rahmah (kasih sayang), dengan iradatul in’am (keinginan untuk memberi nikmat); dan Al Yadu (tangan), dengan an ni’mah (nikmat).

Kedua:  Ta’thil

Yang dimaksud dengan ta’thil yaitu menolak penetapan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil. baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian.

Contoh menolak secara keseluruhan adalah sikap sekte Jahmiyah, yang tidak mau menetapkan nama maupun sifat untuk Allah. Mereka menganggap bahwa siapa yang  menetapkan nama dan sifat untuk Allah berarti dia musyrik.

Contok menolak sebagian adalah sikap yang dilakukan sekte Asy’ariyah atau Asya’irah, yang membatasi sifat Allah hanya bebeberapa sifat saja dan menolak sifat lainnya. Atau menetapkan sebagian nama Allah dan menolak nama lainnya.

Ketiga: Takyif  

Yang dimaksud dengan takyif  yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah. Misalnya, Tangan Allah, digambarkan bentuknya bulat, panjangnya sekian, ada ruasnnya, dan lain-lain.

Kita hanya wajib mengimani nama dan sifat Allah apa adanya, sebaliknya, kita dilarang untuk menggambarkannya.Karena hal ini tidak mungkin dilakukan makhluk. Untuk mengetahui bentuk dan hakikat sebuah sifat, hanya bisa diketahui dengan tiga hal:

  1. Melihat zat tersebut secara langsung. Dan ini tidak mungkin kita lakukan, karena manusia di dunia tidak ada yang pernah melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala
  2. Ada sesuatu yang semisal zat tersebut, sehingga bisa dibandingkan. Dan ini juga tidak mungkin dilakukan untuk Dzat Allah, karena tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah. Maha Suci Allah dari hal ini.
  3. Ada berita yang akurat (khabar shadiq) dan informasi tentang Dzat dan sifat Allah. Baik dari Al Qur’an maupun hadis. Karena itu, manusia yang paling tahu tentang Allah adalah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun demikian, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menggambarkan bentuk dan hakikat sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Keempat: Tamtsil/ Tasybih

Yang dimaksud dengan tamtsil atau tasybih  ialah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya  atau  menjadikan sesuatu yang menyerupai Allah Ta’ala dalam sifat-sifat Dzatiyah maupun Fi’liyah-Nya.

Tamtsil ini dibagi menjadi dua, yaitu :

Pertama, menyerupakan makhluk dengan Pencipta. Misalnya orang-orang Nasrani yang menyerupakan Al-Masih putera Maryam dengan Allah Ta’ala dan orang-orang Yahudi yang menyerupakan ‘Uzair dengan Allah pula. Maha Suci Allah dari itu semua.

Kedua, menyerupakan Pencipta dengan makhluk. Contohnya adalah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai wajah seperti wajah yang dimiliki oleh makhluk, memiliki pendengaran sebagaimana pendengaran yang dimiliki oleh makhluk, dan memiliki tangan sebagaimana tangan yang dimiliki oleh makhluk, serta penyerupaan-penyerupaan lain yang bathil. Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan.  [Al-Kawasyif Al-jaliyah an Ma’ani Al-Wasithiyah, hal.86]

Firman Allah dalam surat asf-Shaafaat ayat 180 yang berbunyi:

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ

Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz hafizhahullah berkata: Ada tasybih jenis ketiga, yaitu menyerupakan Sang Pencipta dengan ma’dumat, (sesuatu yang tidak ada), tidak sempurna dan benda-benda mati. Inilah tasybih yang dilakukan oleh orang-orang yang menganut paham Jahmiyah dan Mu’tazilah.

Dalam hal ini Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy-Syuura: 11)

 

Penulis             : Zaini Munir Fadloli

Sumber            : http://tuntunanislam.id/

 

Halaman Sebelumnya: Klasifikasi Al-Asma’ul Husna (1)……

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *