Syarat Kalimat La Ilaha Illa Allah
Syaikh Shalih Fauzan dalam kitab Tauhid menegaskan bahwa seseorang yang berikrar dengan kalimat La Ilaha Illa Allah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Al-Ilmu (Mengetahui) lawannya al-Jahlu (Tidak Mengetahui)
Yakni memahami makna dan maksud yang dikandung oleh kalimah La Ilaha Illa Allah. Mengetahui apa yang dinafikan (al-nafy, yakni La Ilaha) dan mengetahui apa yang ditetapkan (al-itsbat, yaitu Illa Allah). Artinya tidak selayaknya orang yang mengucapkan lafazh La Ila Illa Allah tidak memahami makna yang terkandung. Ucapan yang disertai kebodohan adalah ucapan yang sia-sia.
وَلا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (الزخرف:٨٦)
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui dan meyakini(nya) (Q.s. al-Zukhruf: 86)
Ayat di atas memiliki maksud bahwa orang yang bersaksi atas nama La Ilaha Illa Allah harus memahami makna dan konsekwensi yang dikandungnya, dan apabila ia tidak memahami kandungannya maka persaksiannya tidak sah.
2. Al-Yakin (Keyakinan) lawannya al-Syakk (Keraguan)
Orang yang telah mengikrarkan kalimat tauhid La Ilaha Illa Allah harus meyakini apapun yang terkandung dalam kalimat tersebut. Apabila seseorang meragukan apa yang diucapkannya tersebut maka ucapannya itu akan sia-sia dan tidak bermakna. Walaupun ia telah bersaksi dan berikrar dengan kalimat tersebut tetap tidak diperhitungkan sebagai orang yang beriman atau bertauhid. Justru yang demikian dikelompokkan sebagai kaum munafiqun.
Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (الحجرات: ١٥)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
عَنْ أَبِى مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ »
Dari Abi Malik dari Ayahnya berkata: “aku mendengar Rasulullah bersabda barangsiapa mengatakan La Ilaha Illa Allah, dan mengingkari sesembahan selain Allah maka diharamkan harta dan darahnya, dan hisab-Nya oleh Allah sendiri. (HR. Muslim).
3. Al-Qabul (Menerima) lawannya Al-Radd (Menolak)
Yaitu menerima semua konsekuensi kalimat ini dengan hati dan lisannya, membenarkan dan mempercayai segala berita yang datang dari Rasulillah saw serta menerimanya tanpa penolakan sedikit pun.
Allah berfirman :
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (البقرة: ٢٨٥)
“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):”Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:”Kami dengar dan kami ta’at”. (Mereka berdoa):”Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali“. (Q.s. al-Baqarah 2:285).
Termasuk ke dalam kategori menolak dan tidak menerima, jika seseorang menentang atau menolak sebagian hukum syar’i atau hudud, seperti orang-orang yang menentang hukum pencuri, zina, bolehnya berpolygami, hukum waris dan lainnya.
Allah berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٍ۬ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥۤ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَـٰلاً۬ مُّبِينً۬ا
“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetappkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka”. (Q.s. 33:36).
4. Al-Inqiyad (Tunduk) al-Nabdzu (Mengingkari)
Yaitu pasrah dan tunduk terhadap apa yang terkandung dalam kalimat ikhlas ini. Perbedaan antara inqiyad (tunduk) dan qabul (penerimaan) yaitu bahwa qabul adalah menyatakan kebenaran maka kalimat ini dengan perkataan dan inqiyad adalah mengikutinya dengan tindakan. Jika seseorang telah mengetahui makna la ilaha illallah, meyakini dan menerimanya, namun ia tidak tunduk, pasrah dan mengamalkan konsekuensi pengetahuannya itu, maka hal ini tidak ada berguna baginya. Allah berfirman:
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لا تُنْصَرُونَ (٥٤)
“Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya” (Q.s. 39:54)
Dan firmanNya:
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.s. 4:65).
Siapa yang menolak dan mengingkari makna La Ilaha Illa Allah meskipun ia telah mengucapkannya, maka ucapan juga tidak bermakna,
5. Al-Shidq (Jujur) Lawannya al-Kidzbu (Kedustaan)
Yaitu jujur kepada Allah, maksudnya jujur dalam keimanan dan aqidahnya. Allah berfirman:
وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا (التوبة: ١١٩)
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.s. 9:119).
Rasulullah saw. bersabda:
عن أبى هريرةَ قال رسول الله أسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ. (رواه البخارى)
Dari Abu Hurairah bersabda Rasulullah: “Manusia yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari qiyamat adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Illa Allah dengan ikhlas dan bersih dari lubuk hatinya” (HR. Bukhari)
Bila ia mengucapkan syahadat dengan lisannya tapi hatinya mengingkarinya, maka hal ini tidak dapat menyelamatkannya, bahkan ia termasuk ke dalam golongan orang-orang munafik. Termasuk tidak jujur jika seseorang mendustakan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. atau sebagiannya, karena Allah telah memerintahka kita untuk mentaatinya dan membenarkannya dan menyertainya dengan ketaatan kepada-Nya.
Allah berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (النور: ٥٤)
Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (Qs. An-Nuur: 53)
6. Al-Ikhlash (Ikhlas) lawannya al-Syirk (kemusyrikan)
Yaitu pensucian perbuatan manusia dengan niat yang baik dari segala noda syirik dengan cara mengikhlaskan semua perkataan dan perbuatannya hanya untuk Allah dan mencari ridhaNya. Di dalamnya tidak ada noda riya, sum’ah, mengambil keuntungan, kepentingan pribadi, nafsu zahir dan batin ataupun terdorong untuk beramal karena kecintaan terhadap seseorang, mazhab, atau golongan yang ia pasrah padanya tanpa adanya petunjuk dari Allah. Ia berdakwah hanyalah karena mencari ridha Allah dan negeri akhirat. Hatinya tidak menoleh kepada seorang makhlukpun untuk mendapatkan balasan ataupun rasa terima kasih darinya. Allah berfirman :
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (الزمر: ٣)
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs. az-Zumar: 3)
Diriwayatkan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Utban bahwa Rasulullah saw. bersabda:
فقال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} فإن الله قد حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله (رواه البخارى ومسلم)
Sesugguhnya Allah telah megharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan kalimat la ilaha illallah karena mencari ridha Allah.
7. Al-Mahabbah (kecintaan) lawannya Al-Bughd (Kebencian)
Maksudnya mencintai kalimat ini beserta isi kandungannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan dan konsekwen terhadap segala tuntutan dari kalimat tersebut.
Allah berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ (البقرة: ١٦٥)
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.s.al-Baqarah: 165)
Orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan kesungguhan hati akan menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah. Cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Sebaliknya ahlus syirk mencintai selain Allah menandingi cintanya kepada Allah. Yang demikian ini sama saja dengan membenci Allah, karena Allah sangat membeci orang-orang yang menduakannya dengan selain Allah. Hal ini sangat bertentangan dengan makna dan kandungan La Ilaha Illa Allah.
Penulis : Syamsul Hidayat
Sumber : http://tuntunanislam.id/
Halaman Sebelumnya: Konsekuensi La Ilaha illa Allah (1).......
Halaman Selanjutnya: Konsekuensi La Ilaha illa Allah (3).......