Minggu, 19 Mei 2024

Lalim, Dosa Besar, Taubat, Syukur (2)

Syukur dalam arti ini adalah dia dipenuhi oleh rasa ingat kepada nikmat dan sekaligus menyebut orang atau Dzat yang memberi rasa nikmat kepadanya.

Syukur itu ada tiga macam:
1. Syukurnya hati: Berpikir, mengingat, dan membayangkan kenikmatan.
2. Syukurnya lesan: memuji kepada yang memberi kenikmatan, baik itu sesama manusia maupun kepada Allah ta’aala..
3. Syukurnya seluruh anggota badan: membalas kenikmatan sesuai dengan yang seharusnya, menyesuaikan membalas kebaikan sebagai rasa syukur atas kebaikan yang telah diberikannya.

Syukur kepada manusia artinya adalah mengerjakan kebaikan yang sama sebagaimana yang orang berbuat baik kepadanya sebagai rasa syukur kepada Allah. Syukur kepada Allah adalah dengan tunduk dan ta’at kepada-Nya dengan memperbanyak amalan shalih.

Nilai pentingnya permaafan Allah dalam kasus ini adalah karena Allah ta’aala menghendaki masih adanya unsur kebaikan pada diri manusia. Dan Allah memberitahu kepada manusia pentingnya memberi maaf dan bahwa Allah itu adalah Maha Pengasih. Allah membuka pintu taubat terus-menerus untuk menghapus inti kejahatan di dalam diri manusia.

Sesungguhnya manusia itu apabila melakukan perbuatan dosa dan pintu taubat tidak terbuka dan permaafan juga tidak diberikan maka akan bertambahlah kejahatan mereka dan mereka tenggelam di dalam lumpur dosa. Apabila tidak ada pintu taubat sedangkan satu dosa saja bisa membawa ke neraka dan hukuman akan menimpa manusia maka bisa saja manusia akan menambah perbuatan dosa mereka. Hal inilah yang tidak dikehendaki oleh Allah ta’aala terjadi pada hambanya yang dikasihinya.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sungguh kegembiraan Allah karena taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. (HR Muslim  4932)

وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ  [البقرة: 53

Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk. (Qs. al-Baqarah/2: 53)

(وَإِذْ) wa idz: Dan ingatlah ketika

(آتَيْنَا) atainaa: Kami (Allah) memberikan

(الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ) al-kitaab wal-furqaan: Al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah

Nabi Musa dianugerahi Taurat yang memiliki dua sifat:

  1. Al-Kitaab: Taurat merupakan sesuatu yang tertulis
  2. Al-Furqaan: Taurat merupakan sebuah pembeda yang membedakan antara yang benar dan yang salah.

(لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ) la‘allakum tahtaduun: agar kamu mendapat petunjuk, agar kamu menjadikannya petunjuk

 

Penulis             : M. Yusron Asrofie

Sumber            : http://tuntunanislam.id/

 

Halaman Sebelumnya: Lalim, Dosa Besar, Taubat, Syukur (1)……..

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *