حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ كِلَاهُمَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ فَقَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْلِمُ فَيُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Umar Al Maki,…, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah tertawa terhadap dua orang yang saling membunuh, dan kedua-duanya masuk surga.” Maka para sahabat bertanya; “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Salah seorang darinya berperang di jalan Allah ‘azza wajalla lalu dia mati syahid, kemudian Allah menerima taubat si pembunuh, lalu ia masuk Islam dan berperang di jalan Allah ‘Azza wa Jalla hingga mati syahid.” …” HR Muslim 3504, lihat juga Bukhari 2614 Nasa’i 3115 Ibnu Majah 187 Ahmad 9597.
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الشُّهَدَاءِ أَفْضَلُ قَالَ الَّذِينَ إِنْ يُلْقَوْا فِي الصَّفِّ يَلْفِتُونَ وُجُوهَهُمْ حَتَّى يُقْتَلُوا أُولَئِكَ يَنْطَلِقُونَ فِي الْغُرَفِ الْعُلَى مِنْ الْجَنَّةِ وَيَضْحَكُ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ وَإِذَا ضَحِكَ رَبُّكَ إِلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا فَلَا حِسَابَ عَلَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi’,…, dari Nu’aim bin Hammar. Bahwa seseorang bertanya kepada Nabi SAW; ‘Siapa syuhada yang paling utama? Rasulullah SAW bersabda; “Orang-orang yang bila masuk ke barisan perang mereka memfokuskan pandangan mereka hingga terbunuh, mereka itulah orang-orang yang pergi menuju kamar-kamar di surga yang tinggi, Rabb mereka tertawa kepada mereka. Dan bila Rabbmu tertawa kepada seorang hamba di dunia, maka ia tidak dihisab.” (HR Ahmad 21438 Al-Albani: Sahih)
Yang dimaksud dari hadits di atas adalah, orang-orang yang sungguh-sungguh semangat dalam berperang ingin mengalahkan musuh, namun mereka terbunuh. Atas apa yang mereka alami mereka masuk ke surga dalam derajat yang tinggi. Dan Allah SWT tertawa sebagai ungkapan rasa sangat senang atas kesungguhan hamba-Nya yang berperang bahkan sampai terbunuh di medan perang. Apabila Allah sampai tertawa atas apa yang dilakukan hamba-Nya, maka sang hamba tersebut masuk surga tanpa dihisab.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ مَا مَعَنَا إِلَّا الْمَاءُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَا فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ فَقَالَ أَكْرِمِي ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي فَقَالَ هَيِّئِي طَعَامَكِ وَأَصْبِحِي سِرَاجَكِ وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا وَنَوَّمَتْ صِبْيَانَهَا ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ فَجَعَلَا يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلَانِ فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ
Telah bercerita kepada kami Musaddad,…, dari Abu Hurairah RA, Bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu beliau datangi istri-istri beliau. Para istri beliau berkata; “Kami tidak punya apa-apa selain air”. Maka kemudian Rasulullah SAW berkata kepada orang banyak: “Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?”. Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata; “Aku”. Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya lalu berkata; “Muliakanlah tamu Rasulullah SAW ini”. Istrinya berkata; “Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku”. Sahabat Anshar itu berkata; Suguhkanlah makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu”. Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami- istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam. Ketika pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau berkata: “Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua”. Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam QS al-Hasyr ayat 9:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (9) [الحشر/9]
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Kaum Ansar) sebelum kedatangan mereka (Kaum Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Kisah ini, dan juga riwayat turunnya ayat, ada di HR Bukhari; 3514)
Tiga hadits di atas jelas sekali mengkisahkan bahwa:
- Allah SWT itu terkadang juga tertawa
- Apabila Allah tertawa atas amalan hamba-Nya maka itu berarti Dia meridhainya. Dan pahalanya bisa berupa masuk surga bahkan dengan tanpa dihisab.
HUKUM TERTAWA
Tertawa itu pada dasarnya adalah suatu hal yang alamiah. Allah SWT menjadikan manusia tertawa dan menangis:
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى (43) [النجم/43]
Dan bahwasanya Dialah (Allah-lah) yang menjadikan orang tertawa dan menangis, (Qs. an-Najm: 43)
Artinya adalah bahwa Allah menjadikan di dalam diri manusia itu sifat tertawa dan menangis. Allah menjadikan manusia tertawa dan menangis.
Tertawa adalah keadaan melebarnya wajah karena kebahagiaan dan kegembiraan dengan mengeluarkan sura dengan gigi yang terlihat jelas. Kalau tertawanya keras dan terdengar dari jauh maka hal itu disebut tertawa terbahak-bahak. Sedangkan tersenyum adalah wajah sedikit melebar dan biasanya untuk menunjukkan rasa ramah dan persahabatan dengan tanpa disertai suara. Lihat (فتح الباري ابن حجر م – ج 10 / ص 504)
Tersenyum terkadang merupakan permulaan tertawa atau tertawa tanpa suara. Tersenyum dan tertawa itu biasanya dilakukan karena gembira dan bahagia.
Allah menggambarkan keadaan orang-orang yang beruntung dan berbahagia di Akhirat di antaranya dengan dua ayat berikut:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (38) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (39) [عبس/38، 39]
38. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, 39. tertawa dan gembira ria, (Qs. ‘Abasya: 38-39)
Meskipun di akhirat nanti orang-orang yang beruntung dan masuk surga itu wajahnya berseri-seri, tertawa dan gembira ria, namun di dunia ini Rasulullah SAW mengajarkan untuk sedikit atau tidak memperbanyak tertawa. Banyak tertawa dapat mematikan hati.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ أَبِي رَجَاءٍ عَنْ بُرْدِ بْنِ سِنَانٍ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad,…,’ dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’ berhati-hati dan menahan diri), maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qona’ah (merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur. Sukailah sesuatu yang ada pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin (bisa juga berarti: orang yang memberi rasa aman). Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim (bisa juga berarti: orang yang memberi kedamaian). Sedikitkanlah tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati. (HR. Ibnu Majah 4207 Al-Albani: shahih.)
Penulis : M. Yusron Asrofie
Sumber Artikel : tuntunanislam.id
Halaman Sebelumnya : Nabi Suka Bergurau (1)