Jum'at, 17 Mei 2024

Nikmat Bani Israil Diselamatkan (2)

(يَسُومُونَكُمْ) yasuumuunakum: mereka menimpakan, mereka membuat kamu (kaum Bani Isra’il zaman Nabi Musa ‘alaihis salaam) merasakan

(سُوءَ الْعَذَابِ) suu’al ‘adzaab:  siksaan paling dahsyat, paling mengerikan

(يُذَبِّحُونَ) yudzabbikhuuna: menyembelehi, menyembelih dalam jumlah banyak sekali (massacre)

(أَبْنَاءَكُمْ) abnaa’akum: anak laki-laki kamu

(وَيَسْتَحْيُونَ) wa yastakhyuuna:memberi hidup

(نِسَاءَكُم) nisaa’akum: para kaum wanita kamu, termasuk anak-anak perempuan.

(ْ بَلَاءٌ عَظِيمٌ) balaa’un ‘adliim: sebuah cobaan, ujian yang sangat dahsyat yang sudah tidak tertahankan lagi karena buruknya cobaan itu.

Secara umum, pemakaian di dalam al-Qur’an, Bala’  adalah ujian atau cobaan dengan sesuatu yang kelihatan bagus dan sesuatu yang  kelihatan jelek. (Lihat artikel Bala)

 

Ayat al-Baqarah 49 dan seterusnya ini merupakan rincian penjelasan dari ayat sebelumnya yang berbunyi:

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُواْ بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ – البقرة : 40

Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (Qs. al-Baqarah: 40)

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ – البقرة : 47

Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (Qs. al-Baqarah: 47)

 

Dua ayat di atas masih bersifat umum, sedangkan mulai ayat 2: 49, ayat tersebut dan ayat-ayat berikutnya mulai memerinci nikmat-nikmat apa saja yang telah diberikan kepada Bani Isra’il.

(فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ) faraqnaa bikumul bahra: Kami belah lautan untuk kamu (Bani Isra’il). Kata ganti “kamu” di ayat ini merujuk kepada kamu Bani Isra’il yang saat itu ada di Madinah, yang mewakili  kakek moyang mereka Bani Isra’il pengikut Nabi Musa ‘alaihis salaam.

(فَأَنْجَيْنَاكُمْ) fa-anjainaakum: lalu Kami selamatkan kamu. Penyelamatan ini ada dua macam. Pertama penyelamatan dari air laut yang dalam. Dan kedua penyelamatan dari Fir’aun dan pengikutnya atau tentaranya. Caranya adalah:

(وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ) wa-aghraqnaa aala Fir’auna: dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Mereka tenggelam ke dalam laut yang dalam dan mati.
(وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ) wa antum tandluruun: sedangkan kamu menyaksikan atau memperhatikan (memandang dengan seksama).

 

Nalar (an-Nadhar)

Secara bahasa kata nadlar, menurut Ibnu Mandlur di dalam Lisaan al-‘Arab adalah:

النَّظَر حِسُّ العين …… وتقول نَظَرت إِلى كذا وكذا مِنْ نَظَر العين ونَظَر القلب

An-Nadlar (Nalar) adalah indera mata ……Ketika engkau mengatakan: Aku memandangi ini dan itu dengan pandangan mata dan hati

Sedangkan menurut Imam Al-Raaghib Al-Isfahaanii, Mufradaat Alfaadl al-Qur’aannadlar adalah:

النظر: تقليب البصر والبصيرة لإدراك الشيء ورؤيته، وقد يراد به التأمل والفحص، وقد يراد به المعرفة الحاصلة بعد الفحص، وهو الروية. يقال: نظرت فلم تنظر. أي: لم تتأمل ولم تترو، وقوله تعالى: قل انظرو ماذا في السموات …. يونس 101: أي: تأملوا.

واستعمال النظر في البصر أكثر عند العامة، وفي البصيرة أكثر عند الخاصة، قال تعالى: {وجوه يومئذ ناضرة * إلى ربها ناظرة  القيامة : 22 – 23

An-Nadhar (Nalar): bergerak-geraknya mata dan mata hati untuk mengetahui sesuatu dan melihatnya, maksudnya adalah memandang dengan penuh perhatian dan menyelidik. Dengan demikian orang akan mengetahui (ma’rifah kepada) sesuatu yang dihasilkan dari penyelidikan. Itulah refleksi, pertimbangan dan pengetahuan yang diperoleh. Maka bisa juga dikatakan bahwa engkau memperhatikan padahal engkau tidak melihatnya, atau engkau tidak memperhatikan dengan seksama dan tidak mempertimbangkan atau berefleksi terhadap hal itu. Firman Allah Ta’ala: Katakanlah, perhatikan apa yang ada di langit (Yunus 10: 101), yakni: perhatikan dengan seksama dan penuh. Secara umum penggunaan mata (al-bashar) lebih banyak, sementara secara khusus penggunaan mata hati (al-bashirah) lebih banyak. Firman Allah Ta’ala: Pada hari itu, wajah-wajah akan berseri-seri, memandang kepada Tuhannya. (al-Qiyamah 75: 22-23).

 

Penjelasan secara bahasa dan juga penggunaan al-Qur’an, kata an-nadlar (nalar) mengacu kepada dua hal yaitu memandang secara seksama dan penuh perhatian baik secara wadag maupun dengan menggunakan mata hati. Al-Qur’an menyuruh secara tidak langsung untuk memperhatikan gejala alam dengan menggunakan kata nadhar.

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ   (20) الغاشية : 17-20

17.  Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, 18.  Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19.  Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20.  Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (al-Ghasyiyah 88: 17-20).

 

Penulis             : M. Yusron Asrofie

Sumber            : http://tuntunanislam.id/

 

Halaman Sebelumnya:Nikmat Bani Israil Diselamatkan (1)……

Halaman Selanjutnya: Nikmat Bani Israil Diselamatkan (3)……

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *