Selasa, 07 Mei 2024

Peran ‘Aisyiyah Dibalik MDG’s Award

Alhamdulillah ini yang terucap, ‘Aisyiyah menerima penghargaan dalam acara MDGs Award sebagai penghargaan khusus kategori lembaga swadaya masyarakat atas peran sertanya dalam pencapaian target MDGs di Indonesia.

 

Bila kita mengenang kembali kepeloporan ‘Aisyiyah dalam Masa Awal Pergerakan: ‘Aisyiyah [formal berdiri tahun 1917] yang merupakan satu bentuk organisasi dari pelaku-pelaku perempuan gerakan Islam di Indonesia yang bernama Persyarikatan Muhammadiyah [berdiri tahun 1912], gerakan social keagamaan yang bertujuan menciptakan masyarakat idaman [bahagia, sejuk, damai, penuh dengan rasa keadilan], yang dibawakan oleh Islam yang rachmatan li’l-‘alamin. Sejalan dengan visi keislaman yang dibawakan, Persyarikatan Muhammadiyah berpandangan bahwa pelaku gerakannya harus melibatkan pelaku-pelaku gerakan baik yang laki-laki maupun yang perempuan dan para pelaku kegiatan itu pun harus berkualitas unggul. Oleh karena itulah, secara historis dapat disebutkan bahwa embrio ‘Aisyiyah sudah ada sejak sejak gerakan Islam itu berdiri pada tahun 1912. Demikianlah pandangan tentang pentingnya peran perempuan di Indonesia sudah mendapat ekspresinya pada masyarakat sejak 1912 dan secara formal tahun 1917.

 

Lahirnya pandangan tentang pentingnya peran perempuan berkiprah di masyarakat. Semangat peran kiprah ini melahirkan perhatian terhadap pendidikan sejak awal. Dua tahun setelah Aisyiyah berdiri (1919), Aisyiyah sudah merintis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang kemudian berkembang menjadi Taman Kanak-Kanak bernama TK Bustanul Athfal yang tersebar di seluruh Hindia Belanda. Didirikan pula perkumpulan murid-murid perempuan yang diberi nama Siswa Praya Wanita, satu perkumpulan murid-murid puteri yang dilatih berdakwah di masyarakat, di luar sekolah. Perkumpulan ini kemudianpada tahun 1931 berkembang menjadi Nasyi’atul ‘Aisyiyah (NA).

 

Setelah tahun 1920, Aisyiyah mengalami perkembangan sangat pesat karena gerak annya mampu menjangkau wilayah di luar daerah kelahirannya, bahkan sampai ke luar Jawa. Perkembangan ini terutama setelah Kongres Muhammadiyah ke-11 tahun 1923 di Jogjakarta, yang memutuskan bahwa setiap cabang dangroep Muhammadi yah wajib mengadakan bagian Aisyiyah sehingga perkembangan organisasi pelaku perempuan gerakan dakwah Muhammadiyah ini makin lancar. Tahun 1922 ‘Aisyiyah mendirikan Masjid (Mushala) Isteri, satu-satunya Masjid Perempu an pertama di Indonesia. Mushala ini menjadi sentral kegiatan Aisyiyah dalam merenca nakan kegiatan-kegiatannya. Dari sinilah muncul ide-ide baru untuk membuka amal usaha organisasi. Di antara usahanya adalah mengadakan pemberantasan buta huruf, Latin dan Arab. Upaya ini diharapkan dapat menghilangkan kebodohan karena dengan membaca dan menulis, orang dapat menggali ilmui-ilmu yang bermanfaat. Upaya buta huruf yang dilakukan Aisyiyah memberikan bukti bahwa Aisyiyah memang benar-benar berperan dalam memajukan bangsa. Kesadaran akan pentingnya efisiensi dakwah komunikasi yang dengan cepat tepat sampai kepada masyarakat, ‘Aisyiyah pada bulan Oktober tahun 1926 [Jumadil Akhir tahun 1345 H], Aisyiyah menerbitkan majalah organisasi yang bernama Soeara Aisjijah. Waktu itu majalah masih menggunakan bahasa Jawa. Majalah ini terus eksis meskipun dunia dan bangsa dalam peperangan, seperti PD II, Jepang, Revolusi, dan Gestapu. Bagi penyedia informasi masa lamau kepada masyarakat masa kini, majalah SA mampu menjadi sumber data yang akurat. Di antaranya adalah kiprah pergerakan perempuan Indonesia, seperti ‘Aisyiyah yang setelah menasional Nusantara, mampu mengadakan pertemuan/konferensi para ‘Aisyiyah dari daerah-daerah untuk membicarakan usaha kaum perempuan dalam menghadapi situasi masyarakat (Soeara ‘Aisjijah Desember 1926-Januari 1927). Pergerakan perempuan Indonesia dikemukakan juga di majalah SA tersebut.

 

Dalam perjalanan kiprah di masyarakat, ‘Aisyiyah memperlihatkan dinamika yang cepat, kontekstual, dan kondusif bagi upaya menciptakan masyarakat idaman, Peningkatan kualitas diri para warga masyarakat, baik warga ‘Aisyiyah, Muhammadiyah, maupun warga masyarakat luas, terus dilakukan. bahkan terus ditingkatkan kualitasnya. Data amal usaha ‘Aisyiyah member petunjuk akan peningkatan kualitas dan kuantitas, meskipun belum semua dapat dikatakan memuaskan.

 

Sebagai gerakan muslim masa kini, ‘Aisyiyah menjalankan dakwahnya secara konteks tual dan efektif. Berdirinya daerah-daerah binaan yang menasional menjadi data bagi petunjuk kiprah ‘Aisyiyah yang berusaha menciptakan situasi masyarakat yang Islami. Dengan langkah dan garis program yang dimulai dari keluarga, program keluarga yang sakinah menjadi homebase lahirnya warga-warga masyarakat yang kondusif bagi terbentuknya masyarakat idaman di dalam daerah yang tlayyib [qaryah tlayyibah]. Insya Allah dengan qaryah-qaryah yang tlayyib itulah akan tercipta Negara Indonesia sebagai Negara yang Baldatun tlayyibatun wa rabbun ghafur.

 

Dalam menjalankan kiprahnya tersebut networking telah dijalankan baik dengan institusi dalam negeri maupun institusi luar negeri. Keterlibatan aktif dalam networking menjadi tuntutan utama. Di antara contohnya adalah kerja sama dengan organisasi-organisasi Islam, Islam perempuan, Organisasi massa secara luas, seperti dalam organisasi federeasi KOWANI, organisasi internasional dalam bidang kehidupan keagamaan, seperti WCRP, ICRP, ACRP. Kontak dan partisipasi dengan organisasi dunia seperti dengan PBB, UNESCO, UNDP, UNFPA, WB, Global Fund (for children dan TB).

 

Melihat kiprah dan peran ‘Aisyiyah dahulu dan masa kini, maka pantas bila penghargaan itu perlu diberikan , penghargaan itu dijadikan semangat untuk memperjuangkan dan membangkitkan kembali semangat mencapai visi dan misi ‘Aisyiyah.

 

 

Penulis adalah Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *