Minggu, 28 April 2024

Seseorang yang Memberikan Kesempatan pada Syaitan

 

Oleh : Irvan Shaifullah (Pengasuh di Ponpes Al Mizan Muh Lamongan dan Ketum PD IPM Lamongan)

 

Sebentar lagi, bulan puasa akan datang menghampiri kita. Bagi orang yang diberikan kesempatan untuk menemuinya kembali, hal itu menjadi keutamaan tersendiri. Kesempatan langka yang diberikan Allah kepada kita untuk kembali padaNya. Sebagaimana layaknya manusia yang tidak luput dari dosa, puasa menjadi kesempatan istimewa untuk mengembalikan fitrah hati kita yang ‘lusuh’ oleh dunia.

Kata Ramadhan adalah bentuk mashdar dari kata ramidha-yarmadhu yang berarti menyengat karena terik, membakar atau sangat panas. Dalam buku Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (2007), M Quraish Shihab menjelaskan bahwa Ramadhan diambil dari akar kata ‘membakar atau mengasah’. Dinamai demikian, sebab pada bulan ini dosa dosa manusia pupus, habis terbakar, akibat kesadaran dan amal shalehnya. Atau, karena bulan tersebut dijadikan sebagai waktu untuk mengasah dan mengasuh jiwa manusia. Ramadhan juga diibaratkan tanah subur yang siap ditaburi benih benih kebajikan. Semua orang dipersilahkan untuk menabur, kemudian pada waktunya menuai hasil sesuai dengan benih yang ditanamnya. Bagi yang lalai, tanah garapannya hanya akan ditumbuhi rerumputan tiada berguna.

Allah juga memberikan kelapangan kepada kita dalam beribadah pada bulan Ramadhan, salah satunya adalah dengan membelenggu setan  sebagaimana sabda Rasulullah SAW Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ketika Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dirantailah syetan-syetan(Hadits Riwayat Al-Bukhari nomor 1899, dn Muslim nomor 1079).

Hadist tersebut secara  jelas  menunjukkan kepada kita bahwa pada bulan puasa setan setan dibelenggu dan tidak diberi kesempatan oleh Allah untuk menggoda manusia dalam beribadah. Keistimewaaan itu memberikan gambaran pada kita bahwa bulan ramadhan menjadi bulan terbaik untuk beribadah dan kembali kepadaNya. Tetapi jangan heran, ketika bulan ramadhan masih banyak sekali orang-orang yang dengan sengaja memberikan kesempatan kepada setan untuk masuk kedalam hatinya.

Lantas, Siapa mereka?

Jujur, ketika membaca salah satu nasihat Ibnu “Athaillah ini membuat kita merenung dan dilanda rasa takut,” seseorang yang suka dipuji orang lain, maka berarti ia memberi kesempatan kepada setan untuk masuk kedalam hatinya, kemudian menguasai dan meracuninya. Sehingga tingkah laku dan perbuatan orang tersebut, mencerminkan tingkah laku perbuatan setan.”

Kita lantas merenung, apakah kita termasuk demikian? Orang-orang yang dengan sengaja memberikan kesempatan kepada setan untuk masuk kedalam hatinya.

Sebagaimana manusia yang dhaif, kita seharusnya banyak bercermin kepada diri sendiri, lebih sering menyadari akan kekurangan dan kelemahan kita. Termasuk salah satunya adalah bangga terhadap pujian orang lain. Dengan puja puji manusia, kita sering lupa bahwa sebenarnya kelemahan kita lebih banyak daripada kelebihan kita. Kesalahan kita lebih banyak daripada kebaikan kita. Parahnya, puja puji itu tidak lantas membuat kita semakin bersyukur kepada Allah, lebih seringnya malah menjerumuskan kita pada rasa bangga dan angkuh. . Kita sadar kekurangan kita, tapi bangga terhadap pujian.

Orang demikian itu dikatakan oleh Ibnu ‘Athaillah sebagai orang yang paling bodoh disisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang merasa senang dan bangga akan pujian orang lain, padahal ia sendiri tahu bahwa pada dirinya terdapat banyak sekali kekurangan dan kelemahan serta dosa dosa yang sering ia lakukan.

Al Haris, Al Muhasibyi mengumpamakan,” Andaikan ada orang yang berkata, kotoranmu itu tidak berbau, lalu kamu senang dengan pujian itu padahal diri kamu sendiri meraa jijik dan merasakan bau busuknya. Maka ketahuilah olehmu bahwa kotoran jiwa dan dosa itu lebih buruk dari kotoran kotoran tubuh tersebut.”

Tidak hanya orang yang suka dipuji, Rasulullah juga memperingatkan mereka, orang orang yang suka memuji sebagaimana sabda beliau,” Kamu telah memotong leher temanmu,” dan beliau lalu bersabda,” takutlah kalian pada pujian. Sesungguhnya pujian itu suatu penyembelihan”. Juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,” taburkanlah pasir dimulut orang yang suka memuji.  

Kuncinya, agar kita selamat dari pujian orang lain adalah dengan berdoa. Seorang mukmin sejati ketika mendapat pujian atas kebaikan yang dia lakukan, maka ia akan berusaha untuk berbuat kebaikan-kebaikan lebih banyak lagi. Hal ini semata mata diniatkan sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Jalan terbaiknya bagi orang orang mukmin yang mendapatkan pujian adalah dengan mengembalikan pujian tersebut hanya kepada Allah. Karena hanya Allah yang berhak menerima pujian, Maha Sempurna atas segala sesuatu. Berkat karuniaNya, Allah menutupi kekurangan kita dan memberikan kesempatan kita untuk bertaubat.  Terlebih lagi, memberikan kesempatan pada kita untuk menemuai bulan Ramadhan dan beribadah serta memperbaiki kesalahan kita kepadaNya.

Sebagaiamana layaknya seorang musafir, sebelum berkelana alangkah baiknya kita mempersiapkan banyak hal. Segalanya harus dipersiapkan dengan baik dan matang, agar Ramadhan kita tahun ini tidak sia sia ataupun hanya lewat begitu saja. Sebab Imam Al Ghazali menasehatkan kepada kita,” Tanda diterimanya amal hamba disisi Allah adalah ketika satu ketaaan menuntunnya pada ketaatan yang baik lagi. Adapun tanda ditolaknya amal seorang hamba adalah ketika ketaatannya disusuli kemaksiatan. Dia tak tercegah darinya. Dan tanda diterimanya tobat seorang hamba adalah jika kesalahan masa lalulnya tak diulang dan dia terus sibuk berketaatan.”

Harapannya, semoga dengan dipertemukannya kita dengan bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba, ini menjadi karunia yang tak terhingga untuk bersama sama memperbaiki diri. Membuka pintu Rahmat, memupuk rasa taat, menjaga diri kita dari nafsu sesaat, lantas diampuni dosa dosa kita dan dijauhkan dari adzab neraka.

Mari kita bersiap siap, agar kita bukan termasuk golongan orang-orang  yang memberikan kesempatan kepada setan untuk masuk kedalam hatinya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *