Kamis, 16 Januari 2025

Tafsir Surat Al-Fatihah (3)

TAFSIR AYAT

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa yang dimaksudkan dengan surat ialah sepotong al-Qur’an yang terdiri dari tiga ayat atau lebih yang namanya diketahui melalui riwayat.

Surat al-Fatihah mempunyai beberapa nama, antara lain:

  1. Ummul-Kitab atau Ummul-Qur’an (Induk al-Qur’an). Sebab, surat al-Fatihah mengandung pokok-pokok tujuan al-Qur’an, seperti memuji dan berbakti kepada Allah SWT., dengan mentaati segala perintah dan larangan-Nya dan penjelasan tentang janji dan ancaman-Nya.
  2. As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam shalat.
  3. Al-Asas (dasar, asas). Karena surat ini diletakkan pada permulaan dalam tertib surat-surat al-Qur’an atau karena surat ini adalah yang pertama kali diturunkan dengan lengkap (al-Maraghi, 1969, I: 23).

Pendapat tersebut berdasarkan suatu hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqy, dari ‘Amr bin Syurahbil: bahwa Rasulullah SAW. berkata kepada isterinya, Khadijah: “Ketika Aku berkhalwat (mengasingkan diri), Aku mendengar panggilan, demi Allah Aku sangat khawatir akan terjadi peristiwa besar”. Lalu Khadijah berkata: “Mohonlah perlindungan kepada Allah, tidak mungkin Allah memperdayakan Kamu, demi Allah Kamu adalah orang yang suka menyampaikan amanah, suka bersilaturrahim dan terpercaya”. Kemudian Rasulullah s.a.w. menyampaikan peristiwa itu kepada Waraqah, lalu Waraqah memberikan saran agar Rasulullah bersikap tenang dan memperhatikan panggilan itu. Selanjutnya, ketika Beliau berkhalwat pada hari berikutnya, datanglah malaikat Jibril memanggil-manggil Rasul: Hai Muhammad, ucapkanlah Bismillahir-Rahmanir-Rahim, al-Hamdu Lillahi Rabbil-‘Alaminhingga Waladl-dlaallin” (Rasyid Ridha, I: 35).

Surat al-Fatihah mengandung isi pokok al-Qur’an secara garis besar, kemudian dirinci dalam surat-surat berikutnya. Menurut para mufassir, isi pokok al-Qur’an adalah tauhid, janji Allah untuk memberikan balasan yang sebaik-baiknya bagi orang yang melak-sanakan ajaran al-Qur’an, ancaman dengan adzab yang sangat pedih bagi orang yang meninggalkan dan menentang al-Qur’an, ibadah untuk memantapkan tauhid dalam jiwa setiap mukmin, penjelasan-penjelasan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, kisah-kisah tentang orang-orang yang hidup di masa lalu yang memperoleh hidayah dan melaksanakan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat dan orang-orang yang sesat dan meninggalkan syari’at Islam. Isi pokok ini telah tercakup dalam surat al-Fatihah secara garis besar.

Tauhid termuat dalam firmanNya: (alhamdu lil-laahi rabbil-‘aalamiin – segala pujian hanya bagi Allah Tuhan semesta alam). Sebab, pujian itu dilahirkan karena adanya suatu kenikmatan, dan Allah adalah sumber segala macam kenik-matan. Kenikmatan yang paling besar adalah kenikmatan keberadaan dan keterpeliharaan, sebagaimana diisyaratkan dalam firmanNya: (rabbil ‘alamin – Tuhan semesta alam). Dengan demikian tercabutlah akar-akar kemusyrikan dan keberhalaan yang telah menjadi budaya pada hampir semua orang.

Janji dan ancaman tercakup dalam firman-Nya Maaliki yaumiddiin  (yang menguasai hari pembalasan), baik balasan kebaikan maupun balasan adzab.

Ibadah tercakup dalam firman-Nya: Iyyaaka na’budu wa-iyyaaka nasta’iin (hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku mohon pertolongan).

Jalan kebahagiaan tercakup dalam firman-Nya Ihdinash-Shiraathal Mustaqiim (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Sebab kebahagiaan itu hanya dapat diperoleh di jalan yang lurus (Islam), barang siapa menyimpang dari jalan yang lurus, maka ia akan sesat. (Rasyid Ridha, I: 38)

Adapun kisah-kisah tercakup dalam firman-Nya Shiraathal-ladziina an’amta alaihim ghairil-maghdzuubi ‘alaihim waladh-dhaalliin (jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan jalan mereka yang sesat).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada masa lampau terdapat orang-orang yang taat kepada Allah, dan kita wajib mengikuti jejak mereka. Selain itu juga terdapat orang-orang yang sesat dan kita dilarang mengikuti jejak mereka.

Surat al-Fatihah adalah salah satu dari surat-surat Makkiyyah yang diturunkan sebelum hijrah Nabi ke Madinah dan terdiri dari tujuh ayat. Surat al-Fatihah ini dimulai dengan firmanNya Bismillaahir Rahmaanir-Rahiim (dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).

Para ulama berbeda pendapat mengenai status basmalah, apakah termasuk salah satu ayat dari surat al-Fatihah atau berdiri sendiri.

Sebagian sahabat, seperti: Abi Hurairah, Ali bin Abi Thalib, Ibni Abbas, Ibni Umar dan sebagian tabi’in, seperti: Said ibni Jubair, ‘Atha, az-Zuhry, Ibni Mubarak dan sebagian qari’ dan ahli fiqh dari Kufah, seperti ‘Asim dan al-Kisa’iy, berpendapat bahwa basmalah adalah sebagian ayat dari setiap surat al-Qur’an. Pendapat tersebut berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:

  1. Ijma’ para sahabat dan para ulama yang menetapkan basmalah pada setiap permulaan surat dalam mushaf, kecuali surat al-Bara’ah (at-Taubah)
  2. Hadits-hadits tentang basmalah; antara lain hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tadi telah diturunkan sebuah surat al-Qur’an kepadaku, lalu Beliau berkata: “Bismillahir-Rahmanir-Rahim (HR Muslim, I: 187).

 

Penulis                         : Prof. Drs. H. Saad Abdul Wahid

Sumber Artikel            : http://tuntunanislam.id/

 

Halaman Sebelumnya: Tafsir Surat Al-Fatihah (2)......

Halaman Selanjutnya: Tafsir Surat Al-Fatihah (4).....

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *