Malang- Silaturahim Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin, dengan 49 relawan asal Amerika Serikat yang tergabung dalam Peace Corps, Jumat (13/4), menjadi ajang kuliah singkat Kemuhammadiyahan. Hal ini karena Din secara tidak langsung didapuk untuk memberi materi tentang Islam, Muhammadiyah dan Hubungan antar Agama di Indonesia. Materi ini penting mengingat seluruh relawan itu nantinya akan diterjunkan ke masyarakat selama dua tahun sehingga harus mengenal berbagai aspek, termasuk Persyarikatan Muhammadiyah.
“Tahun lalu Dubes AS mengontak saya ketika beliau melepas Peace Corps di UMM. Saya senang karena AS menjadikan amal usaha Muhammadiyah sebagai host training pre-service para relawan,” kata Din.
Dalam materinya, Din mengungkapkan berbagai pandangan mengenai posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia. Menurutnya, Indonesia merupakan penganut Islam moderat yang berhasil menerapkan demokrasi. “Di Indonesialah, isu demokrasi bisa kompatibel dengan nilai-nilai Islam,” terangnya.
Muhammadiyah, kata Din, dirikan untuk merealisasikan ide-ide, nilai-nilai dalam Alquran dalam dunia nyata. Ajaran Islam tidak hanya dihafalkan, diucapkan, tetapi dimanifestasikan dalam bentuk karya nyata, seperti kepedulian sosial, ekonomi mikro, pendidikan, dan kesehatan. “Sejak awal pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, tak hanya mengajarkan mengaji tetapi bagaimana menerapkan ajaran Alma’un ke dalam kehidupan masyarakat,” ujar lulusan UCLA, Amerika Serikat itu.
Para relawan yang diberi kesempatan bertanya menanyakan berbagai hal terkait peran Muhammadiyah. Salah seorang bertanyamengenai hubungan Muhammadiyah dengan negara. Dengan tegas Din menyatakan, Muhammadiyah memiliki hubungan erat baik secara historis maupun hingga saat ini. Sejarah membuktikan bahwa tokoh-tokoh Muhammadiyah berperan dalam dunia kepanduan, mendirikan militer Indonesia, bahkan ikut merumuskan dasar negara semasa kemerdekaan.
“Saat ini hubungan itu terus dibangun, tentu dengan posisi yang obyektif. Muhammadiyah tidak berpihak kepada salah satu Parpol dan kelompok politik manapun sehingga jika ada penyimpangan Muhammadiyah tetap bisa melakukan kritik,” tegasnya.
Rektor UMM, Dr Muhadjir Effendy, MAP, melaporkan kali ini merupakan ketiga kalinya Peace Corps mengirim relawan untuk detraining di UMM selama tiga bulan sebelum diterjunkan di masyarakat. UMM dipilih oleh pihak AS setelah melalui berbagai proses survei dan kesiapan yang dimiliki. Dikatakannya, program Peace Corps bukan satu-satunya kerjasama AS dengan UMM. Ada juga American Corner, RELO, kantor Aminef.
“Bulan Juni nanti sekitar 70 militer AS akan melakukan kerjasama pengabdian pengobatan gratis kepada masyarakat Malang di UMM. Mereka akan bekerjasama dengan dosen dan mahasiswa FK dan Fikes UMM,” terangnya. Rencananya, kegiatan pengobatan massa yang melibatkan 6000 pasien itu sekaligus bertepatan dengan soft-launching RS Pendidikan UMM.(www.umm.ac.id)