Kamis, 16 Januari 2025
Home/ Berita/ Yunahar Ilyas Kaji Tauhid Rububiyah

Yunahar Ilyas Kaji Tauhid Rububiyah

 

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Iman merupakan sesuatu yang bergerak, dinamis dan fluktuatif. Keimanan seseorang akan bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Maka dalam kehidupan, orang tua, guru dan ulama bertugas untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan keimanan dirinya serta umat yang berada di bawah tanggungjawabnya.

“Hal itu karena tidak mudah juga mempertahankan iman kepada agama sekarang ini, banyak gangguan-gangguan baik dari segi pemikiran ideologi maupun dalam kehidupan praktis,” papar Yunahar Ilyas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada kajian tafsir bulanan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (4/4) malam.

Dalam acara tersebut Yunahar membahas mengenai bagaimana metode al-quran dalam pemantapan keimanan. Pada periode Makah, ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan oleh Allah Swt adalah surat Al-‘Alaq (Surat nomor 96 dalam mushaf Usmani) ayat 1-5.

Iqra biismi robbikal-ladzii khalaq, bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Khalaqal insaana min ‘alaq, ia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Iqra’ warabbukal akram, bacalah! dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Al-ladzii ‘allama bil qalam, yang telah mengajarkan dengan pena. ‘Allamal-insaana maa lam ya’lam, Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.

“Jadi yang diajarkan pertama kali adalah tauhid  rububiyah, bukan tauhid Mulkiyah apalagi tauhid Illahiyah, tidak langsung disuruh menyembah, tetapi rububiyah dulu, bacalah. Jadi membaca itu dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, jadi kata Rabb itu rububiyah,” papar Yunahar.

Lebih lanjut Yunahar menjelaskan bahwa pengertian rabb cukup luas, namun yang pertama sekali dari pengertian rabb adalah Al-Khaliq (yang mencipta). Maka disebutkan dalam ayat pertama surat Al-Alaq, Tuhanmu yang telah menciptakan, Allah adalah Maha Mencipta yang berarti membuat sesuatu dari  tidak ada menjadi ada, atau sering disebut creatio ex nihilo (bahaha Yunani).

“Nah kalau manusia hanya bisa mencipta, merubah sesuatu ada menjadi menjadi ada yang lain. Manusia memang menggunakan istilah hak cipta yang dilindungi oleh undang-undang, tetapi mencipta disitu bukan berarti membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada, melainkan hanya merubah sesuatu yang ada menjadi ada yang lain,” ungkap Yunahar.

Yunahar mencontohkan sebuah meja yang dibuat oleh manusia, sebelumnya tidak ada (meja), sekarang ada. Akan tetapi meja terbuat dari kayu, kayu berasal dari pohon dan pohon ditumbuhkan oleh Allah Swt. Contoh lain adalah penciptaan manusia, yang sering kali disebut bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah. (raipan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *