MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – PadaPengkajian Ramadhan 1438 H yang digelar Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Materi Manhaj Islam Washatiyyah: Kontekstualisasidan Revitalisasi Melalui Gerakan PolitikKebangsaan, Sandiga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta hadirmenjadi salah satu narasumber
Bertempat di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sandi yang diusung oleh Partai Gerindra, pada kesempatan itu menceritakan bagaimana proses pencalonan dirinya dalam Pemilu DKI Jakarta. Sempat ragu karena harus melawan calon petahana, sandi mendapatkan motivasi dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo.
“Ini palajaran politik pertama bagi saya, pak Prabowo bilang ‘Sandi kamu baru di Politik, nggak tahu apa-apa kamu, pelajaran pertama politik adalah never say to soon, jangan bilang nggak dulu, pelajari dulu, sekarang kamu pelajari di bisnis dulu di dunia politik itu akan 180%’ akhirnya saya bilang baik pak kalau begitu saya pelajari dulu,” ungkapnya di depan peserta pengkajian, Rabu (7/6).
Hal yang pertama Sandi lakukan, ia tidak menggunakan kacamata politik dalam menghadapi pilkada DKI, tapi dari sudut pandang ekonomi dan bisnis yang dirinya lebih familiar. Dalam melakukan riset Sandi juga menurunkan konsultan bisnis, bukan politik.
“Singkat cerita melalui pendekatan bisnisdan pendekatan ekonomi ternyata ada tiga masalah utama di DKI, dan ini ada di permukaan dan tidak bisa dimengerti oleh banyak politisi yang ada dalam percaturan waktu itu untuk menawarkan kepemimpinan alternatif di DKI”, ujarnya.
Tiga permasalah yang disebutkan itu adalah lapangan kerja, pendidikan dan biaya hidup yang terjangkau. Berbekal tiga isu utama tersebut selama 18 bulan Sandi berkeliling dari satu sudut ke sudut lain kota Jakarta untuk mengumpulkan data.
Kemudian Sandi membawa Anies Baswedan yang pada saat itu menurut pengakuan Sandi susah dipikirkan mengingat Anis merupakan mantan juru bicara Jokowi dan ia juru bicara Pabowo bisa disatukan.
“Tapi ini inovasi politik juga, data tersebut saya berikan keyakinan kepada pak Prabowo, saya bilang pak dari tiga permasalah ini saya bisa menyelesaikan masalah lapangan kerja dan masalah biaya hidup yang terjangkau, tapi masalah pendidikan tidak ada anak muda yang memiliki rekam jejak, maka hasil diskusi tersebut terjadilah pasangan Anis – Sandi”, jelasnya.
Ketimpangan yang semakin lebar menjadikan masyarakat semakin susah untuk medapatkan lapangan kerja, ia yakin fokusnya kedepan adalah pendidikan, kewirausahaan dan ekonomi umat dan Sandi komitmen untuk menjalin kerjasama dengan Muhammadiyah.
Sandi juga berharap Jakarta lima tahun kedepan menjadi lebih baik dan sejahtera serta kekhawatiran yang timbul di masa pilkada yang menimbulkan berita-berita miring dan Sandi setuju dengan adanya fatwa MUI mengenai mediasosial.
Terakhir ia mengungkapkan tiga pilar agar masyarakat tidak lagi menyebarkan berita-berita palsu melalui media sosial. “Satu kalau kita tidak yakin (kevalidan sumbernya) jangan di broadcast, kadua kalau yang kita broadcast ini mungkin menyinggung perasaan orang jangan disebar dan ketiga kalau yang kita broadcast punya dampak positif baru dibroadcast kalau dampaknya hanya negatif lebih baik tidak”, pungkasnya. (raipan)