MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Bulan Ramadhan bisa menjadi pemberi ruh ukhuwah dan muhasabah. Ukhuwah untuk menyatukan seluruh umat Islam, karena pada dasarnya agama Islam adalah agama yang sosialis dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan.
Hal tersebut seperti dikatakan oleh Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Haedar mengatakan bahwa dalam konteks Islam, ukhuwah harus diarahkan pada hak strategis untuk mewujudkan khairul ummah.
“Pada umumnya kita hanya menjadikan ukhuwah sebagai bagian dari tindakan sosial saja, padahal makna ukhuwah lebih dari itu,” ungkap Haedar saat menyampaikan tausyiah dalam acara buka bersama civitas akademika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Senin (19/6).
Menurut Haedar, seperti mengutip dari Al-Quran surat Al Hujurat ayat 10 bahwa orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya mendapat rahmat.
“Tapi pada kenyataannya, tidak mudah merajut ukhuwah dengan baik ketika hal tersebut dijadikan kendaraan untuk mencapai tujuan tertentu dari masing-masing individu, seperti yang sekarang marak terjadi, misalnya memberikan santunan karena ada maksud lain, itu yang menjadikan ukhuwah hanya berhenti sebatas tahap sosial saja, sehingga mengurai ukhuwah itu tidak mudah ketika para masyarakat itu punya kepentingan masing-masing,” tambah Haedar.
Lebih lanjut Haedar menyampaikan bahwa tersumbatnya nilai ukhuwah yang totalitas karena ada banyak maksud yang menyangkut kepentingan pribadi, oleh karena itu umat muslim harus mampu melawan musuh ukhuwah yakni perasaan iri, dengki, cemburu dll.
“Ukhuwah jangan dijadikan transaksi. Seperti ikhlas, ukhuwah juga diuji dalam kritis, bukan ketika keadaan normal, oleh karena itu ini menjadi tantangan dan ujian untuk kita agar tetap bisa menjaga ukhuwah karena Allah,” tutup Haedar. (nisa)