MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA – Pertumbuhan Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia sangat cepat. Hingga saat ini terdapat 4000 PT yang tersebar di seluruh Indonesia, baik Negeri maupun Swasta yang terdaftar di Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). sehingga calon mahasiswa punya banyak pilihan untuk memilih perguruan tinggi yang menjadi tujuan mereka.
Pilihan mahasiswa untuk masuk Perguruan Tinggi sampai saat ini dipengaruhi oleh Akreditasi Perguruan Tinggi dan Klustering Perguruan Tinggi yang dibuat oleh Kemenristekdikti.
Sehingga Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) perlu bersungguh-sungguh untuk menjadikan kampusnya memiliki Akreditasi yang baik, yaitu A. Untuk Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah mengadakan Workshop Penyusunan Borang Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) untuk PTMA yang belum mengajukan Akreditasi.
Edy Suandi Hamid Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dalam mengharapkan agar pengelola PTMA benar-benar serius dalam mengelola kampusnya.
“Perkembangan PTMA tergantung pada pengelolaan kampus yang baik,”ujar Edy pada Jumat (27/10) dalam Pembukaan Workshop Penyusunan Borang AIPT yang digelar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Selain itu Edy juga berharap agar PTMA yang belum mengajukan Akreditasi ke Badan Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi untuk segera mendaftar. “Awal tahun 2019 semua PTMA harus terakreditasi dan tidak ada yang mendapat nilai C, kecuali kampus baru,” imbuhnya.
Workshop yang dilaksanakan hingga tanggal 29 Oktober 2017 ini diikuti 50 PTMA, dan membahas secara mendalam penyusunan Borang AIPT mulai dari standar 1 sd 7. Pemateri yang mendampingi peserta antara lain Edy Suandi Hamid, Achmad Nurmandi, Ahmad Muttaqin dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Juga tim dari UMY yang terdiri dari Mukti Fajar, Suranto, Nano Prawoto dan Mujiyana.
Rektor UMY Gunawan Budiyanto dalam pembukaan Workshop memberi semangat kepada PTMA yang belum mengajukan akreditasi untuk segera mengajukan.”Mengelola PTMA bukan seperti makan tebu, manisnya didepan, pahitnya dibelakang. Mengelola PTMA pahitnya didepan dan manisnya dibelakang,” ujar Gunawan.
Gunawan juga mengajak kepada pengelola PTMA agar gigih dalam mengelola kampus, sehingga dibelakang hari kampus yang mereka kelola akan mengalami perkembangan yang menggembirakan.
Sumber: Iwan Setiawan