Yogyakarta- Pasca erupsi Merapi yang terjadi akhir 2010 lalu, beberapa desa yang ada di lereng merapi mengalami kesulitan air bersih dikarenakan banyaknya sumber-sumber mata air yang selama ini menghidupi, telah tertimbun material vulkanik dan juga merusak jaringan air yang ada.
Demikian dijelaskan humas Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau Loembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Machhendra Setyo Atmaja, saat ditemui di runag kerjanya di kantor PP Muhammadiyah jl. Cik Di Tiro 23, Yogyakarta, Kamis (21/04/2011). Menurut Machhendra saat ini MDMC concern untuk memberikan fasilitas berupa pipa air yang akan dipergunakan untuk menjembatani jauhnya jarak antara mata air ke desa-desa di lereng gunung Merapi. “Selama ini masyarakat banyak mengeluh akses air yang jauh pasca erupsi Merapi, dan rusaknya instalasi air yang sebelunya dipergunakan sebagai akses air bersih, untuk itu MDMC bersama masyarakat terutama di desa sekitar kali Boyong dan kali Kuning berupaya mencari kembali sumber-sumber mata air yang potensial digunakan masyarakat sekitar,” jelasnya.
Machhendra menuturkan, Masyarakat di sekitar Kaliurang dan Boyong saat ini telah menempatkan titik-titik sumber mata air, dan bersama MDMC telah memasang pipa yang jauhnya kurang lebih 2 kilometer. “Jauhnya jarak mata air hingga ke Desa setempat memang menggambarkan betapa sulitnya akses air bersih masyarakat,” ungkapnya. Mengenai teknik pengambilan airnya Machhendra menjelaskan, pipa-pipa yang sudah terpasang langsung dipasang pada mata air, tanpa bantuan alat lain. “Kita memanfaatkan hukum pascal dimana tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar, sehingga kita tidak memerlukan pompa air sebagai tenaga pendorong, hal ini sengat dimungkinkan karena posisi mata air memang lebih tinggi dibandingkan desa-desa yangmembutuhkanair tersebut.
Lebih lanjut menurut Machhendra, saat ini masih ada pekerjaan rumah bagi MDMC mengenai pipa-pipa yang ada, karena masih rawan untuk rusak dikarenakan masih seringnya banjir lahar dingin. “Banjir lahar dingin memang masih menjadi sedikit masalah atas terpasangnya pipa-pipa air, karena setiap banjir (lahar dingin) terjadi, beberapa bagian pipa bisa bergeser atau malah hancur tertabrak batu-batu material,” jelasnya. Sehingga saat ini menurut Machhendra, MDMC akan mengupayakan kerjasama dengan Dinas PU khususnya Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, untuk pengadaan bronjong demi melindungi pipa-pipa yang ada, dari terjangan banjir lahar dingin. “Kita sudah berkoordinasi dengan Balai Serayu Opak dan juga bupati Sleman dalam pengadaan Bronjong, insyaAllah, dalam minggu ini, bronjong sudah dapat dipasang, terutama di sisi kali Boyong, sedangkan untuk yang kali kuning, kita masih dalam tahap pemetaan,” jelasnya.