Bandung- Islam adalah agama eco-friendly. Dalam Islam manusia memiliki hubungan yang terkait dengan lingkungannya di mana lingkungan dan sumberdaya alam bukan sub ordinat dari manusia. Lingkungan dan sumberdaya alam merupakan makhluk Allah yang diciptakan sebagai media bagi manusia untuk menjalankan tugas dan fungsinya, yaitu beribadah dan menjadi khalifah-Nya.
Hal tersebut disampaikan wakil sekretaris Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah Miftahulhaq, saat ditemui di sela acara Tanwir Muhammadiyah di Hotel Horison, Bandung, Jum'at (22/06/2012). Menurut Miftahulhaq, pemahaman mengenai lingkungan dan hubungannya dengan manusia tersebut seharusnya menjadi hal yang tertanam dalam karakter umat Islam, sehingga umat secara otomatis mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rangka menjembatani pemahaman dan memasifkan gerakan lingkungan, Majelis Lingkungan Hidu PP Muhammadiyah menurut Miftahulhaq akan mengoptimalkan buku Teologi Lingkungan dan juga Akhlaq Lingkungan yang telah di release dan di cetak ulang beberapa waktu lalu.
Miftahul Haq mengungkapkan, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah bekerjasama Deputi VI Kementerian Lingkungkan Hidup (KLH) RI telah menerbitkan buku "Akhlak Lingkungan: Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan". "Buku ini didasari pemikiran bahwa kerusakan lingkungan yang ada dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari kesalahan cara pandang dan perilaku manusia. Karenanya berbagai kerusakan lingkungan yang ada tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendidikan teknis semata, tetapi dilakukan dengan pndekatan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap lingkungannya," terangnya.
Sedangkan dalam buku "Teologi Lingkungan: Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam" Miftahulhaq mengungkapkan, adalah cetakan yang kedua karena sebelumnya buku tersebut diterbitkan di tahun 2008 kerjasama MLH PP Muhammadiyah dengan Kementerian Lingkungan Hidup RI. "Cetak ulang ini merupakan bagian dari tindak lanjut kerjasama PP Muhammadiyah dengan KLH RI, dan perbedaan cetakan kedua dengan pertama terletak pada jenis kertas yang digunakan. Untuk cetakan kedua ini menggunakan kertas daur ulang," jelasnya.
Kedua buku tersebut buku menurut Miftahulhaq diharapkan nantinya dapat menumbuhkan dan mengembangkan perilaku ramah lingkungan sehingga dapat menjadi akhlak keseharian serta menjadi karakter yang melekat, yaitu karakter ramah lingkungan. "Contoh perilaku ramah lingkungan itu meliputi diberbagai tempat, di rumah, tempat ibadah, tempat kerja, lembaga pendidikan, dan fasilitas umum," terangnya.