MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMONGAN - Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kabupaten Lamongan berkomitmen untuk membangun budaya baik dikalangan pelajar. Gerakan itu dinamakan Student Back to Mosqueyang dirintis untuk mengajak pelajar-pelajar untuk kembali ke masjid sebagai basis keilmuan dalam beragama dan bernegara.
Salah satu usaha tersebut adalah dengan menggelar kajian akbar akhir tahun pada Sabtu, (30/12)di Masjid Al Ihsan Tumenggungbaru Lamongan.
Acara yang dipandu langsung oleh KetuaIPM Lamongan, Irvan Shaifullah tersebut mengusung tema Yerusalem untuk Siapa?. Irvan membuka acara tersebut dengan mengemukakan beberapa fakta Palestina dan Yerussalem terkini. Salah satunya adalah sikap beberapa negara yang mendukung Presiden Amerika Donald trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
"Walaupun sedikit sekali yang mendukung sikap Amerika, Amerika seakan akan digdaya mengancam negara negara yang berseberangan pendapat dengan mereka, “ ungkapnya.
Hadir dalam acara tersebut sebagai pembicara Masroin, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan yang menjelaskan secara khusus tentang sejarah kekuasaan Yerusalem. Dari mulai Romawi, Islam dan Yahudi.
Masroin mengungkapkan bahwa tidak ada agama yang paling toleran dalam pengelolaan Yerusalem kecuali Islam. Masroin menyontohkan Umar bin Khattab ketika menaklukkan Yerusalem juga Shallahudin Al Ayyubi.
"Dipimpin Islam, semua warga baik yahudi maupun nasrani diperbolehkan melaksanakan perintah beragama nya secara aman dan nyaman,"ucapnya.
Sementara itu, Piet Khaidir, Mantan Ketua DPP IMM yang menganalisis politiknegara-negara islam dan internasional dalam perkara Yerusalem. Pengasuh Ponpes Al Islah tersebut menyebutkan bahwa negara-negara yang berbasis Islam bahkanmemiliki sikap yang berbeda-beda dalam menyikapi persoalan Yerusalem.
"Ada yang menolak dengan halus, ada yang menolak dengan pengecualian atau bahkanada yang menolak demi kepentingan politik saja," ungkapnya.
Piet juga menambahkan bahwa umat islam sedang mengalami masalah yang kompleks dari berbagai hal."Kekuasaan-kekuasaan barat atas ekonomi, politik, dan sebagainya begitu sangat terasa cengkramannya, dan itu membuat negara-negara di Timur Tengah belum bersatu secara maksimal,"pungkas Piet.
Kontributor: Irvan Shaifullah