MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA -- Tanwir 'Aisyiyah sebagai sidang evaluasi dan koordinasi 'Aisyiyah merupakan bagian dari spirit organisasi berkemajuan. Tanwir ini menunjukan kemajuan atas perhelatan besar perempuan di ruang publik.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir pada pembukaan Tanwir 'Aisyiyah pada Jumat (19/1) di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
"Tanwir 'Aisyiyah di Surabaya ini, mengingatkan kita pada sejarah yang monumental bagi ‘Aisyiyah, yakni Kongres Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-15 pada tahun 1926, peristiwa yang langka karena merupakan perhelatan besar perempuan pada saat itu," ujar Haedar.
Haedar melanjutkan, saat kongres tahun 1926 itu ada koran Warta Surabaya yang memuat besar-besaran sosok persidangan 'Aisyiyah yang disebut-sebut sebagai Srikandi Indonesia, yakni Nyai Walidah Ahmad Dahlan.
"Diawali oleh spirit itu, kini 'Aisyiyah hadir di ruang publik untuk kemakmuran dan maju sebagai bentuk dari panggilan agama," kata Haedar.
Haedar berharap spirit 'Aisyiyah tidak akan pernah padam dalam semangatnya memajukan Indonesia.
"Seperti pesan Nyai Dahlan menjelang wafatnya dulu. Beliau berkata bahwa suburkanlah Muhammadiyah dan 'Aisyiyah agar bisa mengisi Indonesia ini menjadi negara yang baik, sehingga rakyat Indonesia makmur dan bahagia," pungkas Haedar. (nisa)