MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA – Indonesia yang kaya akan ragam suku dan budaya harus mampu memfilter pengaruh budaya luar yang kurang baik dan masuk ke Indonesia. Termasuk di Jawa Timur sebagai salah satu daerah yang padat penduduk dan terdiri dari berbagai elemen suku maupun memiliki banyak kebudayaan khasnya.
Dalam rangka melestarikan budaya lokal, Bidang Seni Budaya dan Olahraga Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (SBO DPD IMM) Jawa Timur bersama seluruh Pimpinan Cabang (PC) IMM se-Jawa Timur akan menyelenggarakan Panggoeng Boedaja, bertempat di Taman Bungkul, Surabaya dengan mengusung tema "Jaman Sontoloyo", Senin (26/2) malam.
"Kita mencoba mengembalikan rasa memiliki terhadap kebudayaan, kesenian, serta rasa nasionalisme. Secara khusus, Panggung Budaya ini bertujuan untuk menjadi wadah bagi mahasiswa guna mengaktualisasikan potensi diri dan turut serta dalam pelaksanaan dan kajian kebudayaan. Lebih jauh, acara ini juga memberikan kesempatan ruang kepada publik untuk turut andil dalam usaha mengembalikan kekuatan sejarah budaya persatuan dalam wujud apresiasi kesenian," jelas Mohammad Bibit, Ketua Bidang SBO DPD IMM Jawa Timur yang menginisiasi kegiatan tersebut.
Lebih lanjut, Bibit juga menegaskan bahwa dipilihnya tema “Jaman Sontoloyo” dalam kegiatan itu adalah sebagai respon terkait kondisi kebangsaan.“Kondisi kebangsaan kini penuh dengan gejolak dan itulah tantangan kita. Maka dengan kegiatan ini selain melestarikan budaya, juga sebagai respon atau ekspresi dan aspirasi kita terhadap kondisi kebangsaan, juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk memunculkan kesadaran terkait kondisi kebangsaan kini,” jelas pria magister ilmu komunikasi itu.
“Ini sebagai wujud kegelisahan terhadap kondisi bangsa dan negara ini, yang carut marut baik dari sisi ekonomi, sosial-budaya, hukum, agama, politik, dan sebagainya. Kita coba suarakan aspirasi-aspirasi kita sekaligus mengajak masyarakat untuk bergerak, melalui unsur-unsur kebudayaan,” imbuhnya.
Selain itu, Panggoeng Boedaja yang menyasar masyarakat secara umum,disisi lain secara khusus juga untuk merekatkan silaturrahim antar kader IMM. "Menyambung tali silaturrahim dan membangun kebersamaan kader IMM se-Jawa Timur dalam memberikan pesan moral dan simbol budaya terhadap setiap penampilan kesenian," kata dia.
Sementara itu, Alif Khairur Rizqi, Ketua Panitia kegiatan itu menjelaskan secara teknis terkait pelaksanaan Panggoeng Boedaja. "Kita melibatkan seluruh cabang IMM se-Jawa Timur yang akan mengekspresikan kegelisahannya dan menyampaikan aspirasinya melalui penampilan kebudayaan," katanya.
Selain itu, menurut penjelasan Alif kegiatan Panggoeng Boedaja juga akan melibatkan komisariat dan korkom (koordinator komisariat) IMM serta tokoh-tokoh budaya.“Jadi, Panggoeng Boedaja itu diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu elemen aktivis, kampung binaan, dan rakyat Surabaya,” tegasnya.
"Aktivis diisi oleh berbagai elemen aktivis dari perguruan tinggi dan pegiat seni di Jawa Timur, kalau kampung binaan kita akan tampilkan pagelaran seni dari anak-anak binaan yang diasuh dan diberdayakan oleh IMM, sedangkan rakyat Surabaya adalah pagelaran teater tentang kehidupan masyarakat Jawa Timur yang berlatar masa sejarah yang akan dibawakan oleh berbagai elemen mahasiswa, aktivis, dan melibatkan volunteer," jelasnya.
Kegiatan Panggoeng Boedaja dipadati oleh ratusan kader IMM se-Jawa Timur dan masyarakat secara umum. Selain itu pula bahwa kegiatan Panggoeng Boedaja juga merupakan pembuka dari serangkaian kegiatan dalam semarak Milad 54 tahun IMM.
Di akhir kegiatan, seluruh peserta yang hadir bersama DPD IMM Jawa Timur mengucapkan sumpah mahasiswa Indonesia sekaligus menyampaikan pandangannya terhadap berbagai ketimpangan dan persoalan yang kian kompleks di Indonesia. Bahwa Indonesia belumlah merdeka secara utuh. (Syifa)
Kontributor : Ubay Nizar