MUHAMMADIYAH.OR.ID, WONOSOBO - Tahun 2018 Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) Wonosobo fokus penguatan pemberdayaan pada sektor 3P yaitu peternakan, perikanan dan pertanian. Salah satu program pemberdayan yang telah di lounching yaitu peternakan domba di desa Kalikowel, Kecamatan Kaliwiro pada bulan Maret lalu.
Dengan menggunakan konsep bisnis sosial, penerima atau pengelola program mempunyai tanggung jawab lebih dan belajar analisa perkembangan melalui pelaporan yang dibuat.
Manager Lazismu Wonosobo, Tabah S. Pambudi menjelaskan, Kabupaten Wonosobo yang merupakan daerah pegunungan yang memiliki tekstur tanah yang subur serta sumber air yang melimpah sangat tepat untuk pengembangan pada sektor perikanan, peternakan dan pertanian.
Oleh karenanya, pada tahun 2018 ini Lazismu fokus merancang pemberdayaan di tiga sektor tersebut. Pada triwulan pertama Lazismu telah launching program peternakan domba dengan konsep bisnis sosial di desa Kalikowel kecamatan Kaliwiro, Wonosobo.
“Launching perdana kemarin Alhamdulillah berjalan lancar dengan penerima program 3 orang masing-masing mendapat 3 ekor domba betina posisi hamil semua dan satu pejantan,” terang Tabah ketika ditemui pada Jumat (6/4).
Tabah menambahkan, program peternakan domba dengan konsep bisnis sosial dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekonomi penunjang dalam keluarga.
Mekanisme yang dipakai adalah system bagi hasil periodesasi selama 3 tahun dengan presentase 50:50. Setiap tiga bulan sekali evaluasi bersama dilakukan antara Lazismu dengan para pengelola untuk menganalisa proses yang telah dilakukan dan menyusun metode solutif untuk perbaikan selanjudnya. Setiap satu tahun berjalan, bagi hasil diserahkan kepada masing-masing pihak, dan apabila bagi hasil yang didapatkan pengelola akan dijual maka Lazismu siap membeli dengan harga normal pasar saat itu.
Setelah tiga tahun berjalan selesai, maka modal domba akan diberikan sepenuhnya kepada pengelola sebagai bentuk pentasyarufan Lazismu. Adapun bagi hasil yang didapatkan Lazismu akan digulirkan untuk pembukaan program dengan calon mitra atau pengelola baru.
Target pada tahun 2022 dari program peternakan tersebut bisa menyediakan seribu domba siap untuk konsusmsi saat Qurban. “Lazismu berupaya agar dalam setiap bulan di tahun 2018 ini dapat membuka dua progam peternak domba dengan mitra baru sebagai pilot proyek,” jelas Tabah.
Selain perintisan program peternakan domba, Lazismu Wonosobo juga sedang menggagas pengelolaan perikanan nila dan lele dengan memanfaatkan limbah rumahtangga. Sudah ada enam kolam yang sudah disiapkan kerjasama dengan Panti Asuhan Yatim (PAY) Muhammadiyah sebagai pilot proyek.
Dengan konsep panen bergilir, setiap bulan dari perikanan bisa panen dengan masa pembesaran dikolam enam bulan jenis ikan Nila. Adapun lele dapat dikonsep dengan masa pembesaran 4 bulan panen.
Hasil dari panen tersebut harapannya dapat menggandeng kaum Ibu-Ibu rumahtangga untuk bisa membuat olahan produktif seperti abon, rendang, dan olahan lain sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan dapat menambah pendapatan ekonomi keluarga. Pilot proyek program pemberdayaan bidang perikanan akan start pada bulan april tahun ini.
Progress pemberdayaan pada semester dua tahun 2018 nanti masuk pada bidang pembesaran ayam pedaging hingga turunannya membuat unit layanan Pemotongan berbasis syariah.
Selain itu juga akan digagas pertanian berbasis hidroponik yang fokus pada tanaman kangkung, slada, dan bayam.
Tabah menuturkan dalam realisasi seriap bidang pemberdayaan, Lazismu Wonosobo menggandeng pakar bidang peternakan, bidang pertanian dan mantri kesehatan hewan serta Dinas terkait untuk bersedia mewakafkan ilmu dan tenaga mendampingi setiap program yang sedang berjalan.
Sehingga harapannya agar program yang dirancang dan direalisasikan dapat berjalan maksimal dan berbuah positif untuk bisa dirasakan oleh ummat.
“Cita-cita kami cukup sederhana, bahwa pada saatnya nanti Lazismu Wonosobo akan menjadi kiblat program berbasis pemberdayaan oleh lembaga lain di tingkat nasional,” pungkas Tabah.
Sumber: Hans-MPI Wonosobo