MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Simposium Wasatiyyah Islam untuk Peradaban Dunia, pada Senin (23/4) di Lantai 7 Gedung Siti Walidah. Simposium ini diselenggarakan kerjasama antara UMS dan Kantor Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban.
Disampaikan Rektor UMS, Sofyan Hanif, simposium ini dalam rangka mencari masukan dari berbagai pihak terutama Cendekiawan Muslim untuk dibawa pada acara Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyah Islam yang akan berlangsung di Bogor tanggal 1 – 3 Mei 2018 mendatang.
Sementara itu, Ketua Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban, Din Syamsuddin) mengatakan, kalangan agamawan belum bisa berpikir sistematik bergerak secara strategis untuk memberi solusi peradaban dunia yang telah bertumpu pada worldsystem yang rusak.
“Peradaban dunia bertumpu pada worldsystem yang rusak, liberalisasi menjadi arus dalam peradaban baik di bidang politik, ekonomi, maupun budaya, sehingga diperlukan kembalinya etika, agama dan moral, namun pihaknya menyayangkan kalangan agamawan belum bisa berpikir sistematik,” terang Din.
Din juga menyampaikan, gelaran KTT di Bogor tersebut, akan dibahas Wasatiyyat Islam untuk Peradaban Dunia. Hal ini karena dinamika peradaban global dewasa ini bermasalah, terjadi ketidakpastian, dan pergeseran paradigma, yang memerlukan solusi.
Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama di Bogor, menurut Din, sebagai upaya revitalisasi seluruh prakarsa wasatiyat Islam atau corak pemahaman dan praksis Islam sebelumnya baik dari Al Azhar Kairo Mesir, Yordania, Arab Saudi maupun beberapa Negara di Eropa, juga Asia.
“Sekitar 100 pemuka agama dan cendekiawan muslim dari dalam negeri dan berbagai negara di dunia diundang pada Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama Cendekiawan Muslim Dunia,” ungkapnya.
Selain itu, kata Din, pihaknya berharap pada KTT di Bogor nantinya yang juga akan diikuti tokoh pemuka agama dari berbagai negara seperti Amerika Utara, Kanada, Perancis, Inggris, Singapura, Malaysia, Thailand, Philiphina, Korea, China, Afrika, Arab Saudi dan Iran, sebagai batu pijakan sebuah upaya yang serius, terutama dari Indonesia, sebagai tanggungjawab peradaban dari umat di Indonesia.