MUHAMMADIYAH.OR.ID., YOGYAKARTA — Islam mengenal Nabi-Nabi yang mendapatkan julukan Ulul Azmi. Dari kelima Nabi Ulul Azmi, hanya Nabiullah Muhammad yang memiliki otoritas membangun kekuasaan. Nabi Muhammad membangun kekuasaan politik, di Makkah meletakan pondasi Tauhid dan di Madinah membangun kekuasaan atau Negara. Ha ini terbukti melindungi Islam dari serangan kaum Quraisy.
“Dari kelima Nabi Ulul Azmi itu, semua tidak mendapatkan otoritas kekuasaan kecuali Nabi Muhammad. Pondasi tauhid diberikan saat periode Mekkah dan pada saat di Madinah, Nabi Muhammad membangun suatu Negara untuk melindungi Islam dari gangguan musuh-musuhnya,” terang mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Amien Rais, pada sesi materi Rakornas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, kamis (3/5).
Amien Rais menjelaskan terkait filosofi berdirinya Muhammadiyah itu adalah mengikuti Nabi Muhammad. Pada saat ini peranan Muhammadiyah sangat terasa pada bidang pendidikan, kesehatan, panti asuhan, dan dakwah.
“Kyai Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah dan jika kita konsekuen maka tentu harus mengikuti keteladanan Nabi. Muhammadiyah jika tidak berkuasa, maka harus berpartisipasi dalam memegang kekuasaan,” terang Amien.
Amien mengatakan bahwa politik itu keputusannya bisa merubah dimensi semua bangsa. “Urusan diplomatik, pendidikan, ekonomi, pajak, dan aspek apapun merupakan keputusan politik. Muhammadiyah ini sudah sesuai dengan pengalamannya, melalui konsep pendidikan, dakwah, panti asuhan sudah terlaksana. Namun bagaimana kita bisa bebas dengan leluasa dalam bidang pendidikan dan kesehatan itu dalam kekuasaan politik tidak ramah atau memusuhi kegiatan kita,” ungkapnya.
Amien menjelaskan realita akhir-akhir ini bahwa sebagian Muhammadiyah di daerah memiliki kesulitan dalam perijinan membangun rumah sakit, walaupun syarat-syarat sudah terpenuhi. Jadi pada hakikatnya Muhammadiyah harus berkontribusi dan menentukan sikapnya di dalam politik. (adam)
Kontributor: Nurwahid