MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hamim Ilyas, menyampaikan bahwa dalam Al-Quran, surah al-Fatihah berisi dua tema besar, yaitu tentang pandangan hidup dan jalan hidup.
“Surah al-Fatihah secara keseluruhan juga menujukkan bahwa al-Qur’an merupakan rahmat bagi manusia. Hal itu ditunjukkan dalam ayat pertama surat al-Fatihah, bismillahirrahmanirrahim. Awal surat al-Fatihah ini berisi untaian sifat utama Allah, sebagai rahman dan rahim, Maha Penyayang dan Maha Pemberi Rahmat,” papar Hamim pada Rabu (9/5) saat mengisi Pengajian Tarjih Muhammadiyah bertempat di Serambi Masjid Kauman Yogyakarta.
Dalam kesempatan itu Hamim menguraikan tentang kandungan dari Tafsir At-Tanwir. Dalam bagian awal yang mengurai tentang surat al-Fatihah.
Terkait dengan pembahasan bahwa Al-Quran merupakan rahmat bagi manusia, Hamim menjelaskan, rahmat adalah riqqah taqtadhi al-ihsan ila al-marhum. Yaitu perasaan halus, lembut (cinta), yang mendorong untuk memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi.
“Sifat ini mendorong pelakunya untuk melakukan yang terbaik dengan sepenuh cinta,” ujar Hamim.
Karena rahmat-Nya, Allah menciptakan manusia dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Allah menciptakan alam semesta dengan sepenuh cinta. Sehingga melahirkan ciptaan yang Maha Sempurna. Bahkan, ketika Allah menghukum manusia di akhirat, hal itu dilakukan dengan cinta. Melebihi orang tua yang menghukum anaknya dengan cinta untuk pembelajaran.
Bagi manusia, ketika melakukan sesuatu dengan cinta, akan mendorong untuk melakukan kerja-kerja maksimal, dengan sepenuh jiwa. Menurut Hamim, hal ini sesuai dengan visi dan misi Muhammadiyah untuk mendorong umat Islam menjadi umat unggulan yang senantiasa mengabdi kepada Tuhan dan berdedikasi kepada sesama.
Kata Hamim, Muslim yang diinginkan Al-Qur’an layaknya seorang rahib di malam hari dan kesatria di siang hari. Artinya, dia menjadi pejuang profesional dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan, sementara di saat yang sama, dia menjadi pengabdi yang tulus mengharapkan ridha penciptanya. Etos itulah yang didorong melalui tafsir At-Tanwir Muhammadiyah.
Menurut Hamim, Tafsir At-Tanwir, dalam melakukan penafsiran, senantiasa berusaha membangkitkan etos, yang mendorong untuk membangun kemandirian dan melampaui ketertinggalannya. Etos yang dibangkitkan itu adalah etos ibadah, etos ekonomi dan etos kerja, etos sosial, dan etos keilmuan. Sehingga Muslim menjadi para ilmuan hebat yang memproduksi pengetahuan.
Sementara Asep Sholahudin, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah memberikan materi kedua tentang tuntunan di bulan Ramadhan. Asep menguraikan tentang amalan-amalan utama di bulan Ramadhan. Yaitu memperbanyak sedekah, membaca dan mengkaji al-Qur’an, melakukan shalat malam, beri’tikaf, dan semisalnya.