MUHAMMADIYAH.OR.ID, MELBOURNE – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yunahar Ilyas melakukan lawatan ke Negeri Kangguru, Australia pada tanggal 7 hingga 18 Juni 2018.
Dalam kunjungan tersebut, Yunahar banyak mengisi tausyiah dibeberapa masjid yang ada di Australia, diantaranya, Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV) Masjid Baitul Ma’mur, IMCV Surau Kita, Hall Sulit Air Sepakat (SAS), Laverton dan Masjid Westall.
Selain itu, Yunahar dalam lawatannya juga melakukan silaturahim dengan Pimpinan Cabang Istimewa (PCIM) Australia, dan Minang Saiyo Melbourne.
Tujuan dari kunjungan tersebut yaitu untuk menyebarkan dakwah islam berkemajuan di Australia.
Dalam salah satu tausyiahnya Yunahar menyampaikan tentang ideologi Muhammadiyah. Pertama, Muhammadiyah dalam memahami Islam bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah.
“Muhammadiyah tidak terikat dengan teologis, madzhab fikih, dan tariqat sufiyah apapun. Meskipun Muhammadiyah tidak bermahzab, namun bukan berarti anti mahzab. Muhammadiyah mempelajari semuanya. Perbedaan pandangan tiap ulama itu hal biasa, jangan dijadikan masalah perpecahan,” ucap Yunahar.
Yunahar melanjutkan, paham agama dalam Muhammadiyah bersifat independen, komprehensif, dan integratif.
Kedua, Muhammadiyah mencirikan diri sebagai gerakan tajdid. “Dalam Anggaran Dasar disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar, dan tajdid.
“Tajdid yang diusung oleh Muhammadiyah terbagi menjadi purifikasi dan dinamisasi. Keduanya harus berjalan seimbang. Purifikasi dalam hal akidah (pemurnian dari syirik), ibadah (pemurnian dari bid’ah), dan akhlak (pemurnian dari yang menyimpang),” papar Yunahar.
Ketiga, Muhammadiyah memposisikan diri sebagai Islam moderat atau wasatiyah. Muhammadiyah tidak radikal dan tidak liberal.
“Muhammadiyah memegang teguh prinsip tawasut (tengah-tengah), tawazun, (seimbang) dan ta’adul (adil),” ujar Yunahar.
Keempat, Muhammadiyah menjaga kedekatan yang sama dengan semua partai politik.
“Muhammadiyah bukan dan tidak berafiliasi kepada salah satu partai mana pun. Muhammadiyah menganut politik etis atau high politik atau politik adiluhung,” terang Yunahar.
Kelima, Muhammadiyah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah tidak bertujuan untuk mendirikan negara syariah atau khilafah islamiyah.
“Dalam rangka mencapai tujuannya, Muhammadiyah lebih menggunakan pendekatan kultural dibandingkan dengan pendekatan struktural (kekuasaan). Dalam pendekatan kultural, Muhammadiyah mencerdaskan masyarakat dari bawah dengan dakwahnya yang berkemajuan, mencerahkan, dan membebaskan,” pungkas Yunahar.