Malang- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof HA Malik Fadjar, mengingatkan agar kita senantiasa menabur kebajikan untuk memberi manfaat bagi kemanusiaan. Umat Islam, menurutnya, harus menjadi pendorong utama yang menganjurkan berbuat baik dan mencegah yang distruktif.
Mengutip surat al-Imran ayat 110, Malik, menyebut umat Islam adalah umat utama yang unggul. Visi keunggulan umat Islam itu menjadi cita-cita yang terus menerus diupayakan tercapai dalam berbagai posisi. “Dimanapun posisi kita, taburkanlah hikmah, berbuat baik, melakukan yang terbaik untuk sesama. Dengan berbuat baik sebanyak mungkin dengan sendirinya kita telah mencegah kemunkaran,” tuturnya dalam pengajian Ramadhan dosen dan karyawan UMM, Selasa (24/7).
Umat yang unggul, lanjut Malik, adalah yang mampu membangun kearifan dalam membangun kebajikan. Yaitu, umat yang menangkap hikmah sekecil apapun dari kehidupan. Dalam posisi sebagai pegawai, misalnya, harus mampu berbuat untuk lembaga agar menjadi yang unggul. Semua posisi adalah penting untuk membangun lembaga. “Saudara harus bisa mengambil hikmah, apa hikmah dari adanya UMM ini, apa hikmah peran saudara di UMM untuk keluarga dan sesama,” kata mantan Menteri Agama ini.
Untuk membangun lembaga yang unggul, tambah Malik, harus dibangun kepedulian. Sikap lengah, masa bodoh, tidak bertanggung jawab harus dihindari. “Setiap orang harus memikirkan untuk berkarya sampai tua, jangan jadi cepat tua karena terbebani berfikir materi saja,” kata Malik menyontohkan cara mengambil hikmah tadi. Orang yang bertanggung jawab pada pekerjaannya berarti dia telah beribadah.
Tentang keberhasilan UMM membangun Rumah Sakit, SPBU, menyusul hotel dan unit lainnya, Malik berpesan agar ini dimaknai sebagai karya jamaah UMM, karya bersama pimpinan, pegawai, termasuk mahasiswa. Oleh karenanya, menjaga amanah mengelolanya menjadi keniscayaan. “Maka berhati-hatilah mengurus karya orang banyak ini. Ini amanah besar,” katanya.
Lebih lanjut, tak hentihentinya Malik mengingatkan menjaga kekompakan. Pimpinan dan seluruh pegawai UMM harus membangun martabat civitas akademika. Jati diri seorang akademisi terletak pada bagaimana memerankan sebagai dosen, peneliti, termasuk dalam melayani mahasiswa sebaik-baiknya.
Di tengah kompetisi yang semakin ketat ini, Malik juga mengajak agar tetap menjaga kepercayaan publik terhadap UMM. Kampus ini harus bisa menjelma mewujudkan cita-cita besar para pendiri dan pendahulu Muhammadiyah yang ingin memiliki kampus yang gagah dan mencerahkan. Itulah sebabnya kepercayaan dan trust harus dibangun sebaik-baiknya. Tanpa kepercayaan, sebuah lembaga tidak akan ada apa-apanya.
“Bekerjalah sepenuh hati, bersungguh-sungguh, penuh dedikasi, istiqomah, jangan setengah-setengah. Tampilkan UMM sebagai yang terbaik bukan hanya kampusnya yang gagah tetapi juga kualitasnya. Buatlah suasana yang khusuk di kampus ini,” pungkas mantan rektor UMM dan mantan Mendiknas RI ini.
Pengajian yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama itu diikuti tak kurang 400 dosen dan karyawan UMM. Rektor, Muhadjir Effendy, dan sekretaris BPH, Wakidi turut mendampingi Malik.(umm.ac.id)