MUHAMMADIYAH.ID, BENGKULU – Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang langsung menanungi umat. Kegiatan seperti ini yang membuat Muhammadiyah mau tidak mau bersentuhan dengan politik. Sehingga sejak kelahirannya Muhammadiyah sudah bersentuhan dengan politik.
“Kalau ada umat kelaparan ya diberi makan, kalau ada umat belum cerdas dicerdaskan, kalau ada umat yang tergusur kita bantu advokasi, begitulah Muhammadiyah hadir ditengah-tengah umat,”ujar Syaifullah Penulis Buku ‘Pergeseran Politik Muhammadiyah’ dalam acara Bedah Buku Pergeseran Politik Muhammadiyah bertempat di Gedung Ahmad Dahlan Kampu IV Universita Muhammadiyah (UM) Bengkulu, Sabtu (16/2).
Sejak kelahirannya, Muhammadiyah selalu hadir dengan pendekatan kultural.
“Muhammadiyah tetap gerakan kultural tetapi selalu bersentuhan dengan struktural,” ucapnya.
Dalam pendekatan struktural Muhammadiyah pernah bergabung dengan Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
“Yang dimaksud pergeseran politik, Muhammadiyah ini pernah menjadi anggota kehormatan Masyumi sampai waktu itu bubar. Selama 14 atau 15 tahun itu sayap kiri atau kanan yang mendukung Masyumi,” jelas Syaifullah yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bengkulu.
Syaifullah mengatakan bahwa Ia sadar betapa kuatnya perjuangan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan. Walaupun dalam perjuangannya Muhammadiyah juga banyak mengalami desakan politik dari dalam maupun luar.
Muhammadiyah yang sudah menegaskan jati diri sebagai gerakan kultural, suatu saat harus merawat umat dengan pendekatan kultural yang capaiannya hampir sama.
“Silahkan berjuang maksimal tapi janganlah berpikiran Muhammadiyah menjadi partai politik,” pungkasnya. (Syifa)