MUHAMMADIYAH.ID, PURWOKERTO – Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat, Majelis Ulama Indonesia (MUI), telah melangsungkan sidang tahunan pada 25 – 27 Maret 2019, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat. Sidang tahunan itu mengusung tema “Memperkuat Kemandirian Ekonomi Umat Melalui Kemitraan Strategis Dalam Bingkai NKRI.
Sebagai amanat dari Kongres Ekonomi Umat 2017 tentang Arus Baru Ekonomi Indonesia, MUI ingin mendorong kekuatan dan kemandirian ekonomi umat. Selama ini strategi MUI dalam memperkuat ekonomi umat adalah mendorong, merangkul dan menarik.
Karena itu, pada momentum sidang tahunan tersebut, MUI memberikan apresiasi berupa Arus Baru Ekonomi Indonesia (ABEI) Award 2019 kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi besar dalam pemberdayaan ekonomi umat.
Penerima Award itu diwujudkan dalam 5 kategori antara lain, kategori perusahaan ekonomi umat, lembaga filantropi Islam peduli ekonomi umat, pesantren peduli ekonomi umat, koperasi peduli ekonomi umat dan lembaga pendorong pelaku ekonomi umat.
Salah satu penerima penghargaan tersebut yakni Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) sebagai Lembaga Penggerak Ekonomi Umat.
Bambang Wijanarko, Ketua JSM mengatakan bahwa JSM punya program konkret untuk penggerak ekonomi umat, yakni melalui Satu Ranting Satu Tokokita.
“Program ini merupakan penggerak ekonomi umat yang dimulai dari sektor hilir. Karena di sektor hilir lah, sumber masalah ekonomi umat,” terang Bambang ketika dihubungi redaksi pada Rabu (28/3).
Bambang melanjutkan, secara teori ekonomi bisnis pun, semua bisnis harus berawal dari unsur pemasaran.
“Jika unsur pemasaran sudah pasti aman, tinggal dipikirkan unsur pendukung nya. Dan itu cenderung lebih mudah bagi umat. Beda dengan unsur pemasaran atau perdagangan, itu biasa nya dikuasai oleh etnis tertentu,” jelasnya.
“Umat sudah terbiasa bermain di sektor hulu, tapi pada saat masuk di sektor hilir nya lemah. Makanya JSM langsung masuk di sektor hilir dengan membangun bisnis retail,” imbuhnya.