MUHAMMADIYAH.ID, BANTUL – Politik Indonesia saat ini mengalami dinamika babak baru, dimana pada tahun 2019 inilah kali pertama pemilu serentak dilaksanakan untuk memilih DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI, DPD RI serta presiden dan wakil presiden.
Selain itu, pemilu tahun 2019 juga menimbulkan kompeksitas dengan adanya sistem presidential threshold atau ketentuan ambang batas pencalonan presiden yang cukup tinggi yakni 20 persen, yang hanya akan menghasilkan pemain lama untukberadu dalam gelanggang pemilu 2019.
Hal itu menjadi catatan serius Pimpinan Cabang IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta yang mencoba meneropong akar permasalahan perpolitikan di Indonesia lewat Training Politik Nasional (Trapolnas) 2019.
PC IMM AR Fakhrudin mencermati, kembali bertarungnya Joko Widodo dengan Prabowo Subianto pada kontestasi pemilu 2019 hanya meghasilkan politik yang terkesan monoton. Hal itu karena adanya sistem presidential threshold dimana para politisi tidak berada dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa.
Disebutkan oleh Ketua Panitia Trapolnas Ahmad Arif Isnan, kondisi ini menimbulkan tidak adanya calon presiden baru alternatif baru yang memberikan keberagaman untuk memimpin negeri ini. Pada akhirnya hanya melahirkan calon yang berjumlah dua pasang dan akan berakibat fatal timbulnya pembelahan yang cukup besar pada masyarakat.
“Untuk itulah IMM yang beridentitas sebagai gerakan intelektual sejatinya memiliki peluang turut serta berpartisipasi dalam pemilu, walaupun secara organisatoris tidak bergerak dalam ranah politik praktis namun secara gagasan IMM bergerak dalam ranah politik nilai dan kebangsaan dalam mengawal hajat besar pemilu lima tahunan,” ujar Arif Isnan dalam sambutan pembukaannya, pada Kamis (4/4) di Ampiteather E 6, Gedung KH. Ibrahim Universitas MuhammadiyahYogyakarta(UMY).
Arif Isnan berharap IMM mampu merumuskan peran sertanya dalam rangka meneropong masa depan politik di Indonesia serta berpartisipasi dalam kontestasi pemilu sebagai kelompok masyarakat yang aktif menopang jalannya demokrasi di Indonesia.
“Dengan terbentuknya training politik nasional ada sebuah pioneer-pioner baru, penggerak-penggerak baru, pemimpin-pemimpin baru dengan membuka paradigma baru menghapuskan segala hal yang berlandaskan ketidak adilan ataupun berlandaskan ketidak warasan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PC IMM AR Fakhruddin Raihan Ibrahim Annas mengatakan, hadirnya Trapolnas berdekatan dengan pesta demokrasi yang akan berlangsung beberapa hari lagi menjadi momen tepat dan pas, dimana jarang sekali mendapati hajatan pesta demokrasi lima tahun sekali.
“Semoga training politik ini bisa memberikan wadah atau forum alternatif bagi kader-kader IMM yang membahas peta politik, membahas kontestasi politik hari ini sehingga IMM tidak ikut terjebak larut dalam poros besar kontestasi politik yang kebanyakan hari ini hanya berisi ujaran kebencian,” ujarnya.
Dalam meneropong politik Indonesia PC IMM AR Fakhruddin membukanya dengan Studium General membedah tema “Meneropong Politik Indonesia Kini dan Nanti” yang menghadirkan pembicara Bambang Eka (Ketua Bawaslu RI 2008-2012), M. Afnan Hadikusumo (Anggota DPD RI) dan Sunanto (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah). (Andi)