MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Kiprah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam misi kebencanaan dan kemanusiaan terus dikenal dunia internasional. Capaian ini tentu tak terlepas dari kiprah MDMC terhadap respon kebencanaan internasional, seperti respon gempa di Nepal tahun 2015 dan penanganan kesehatan di Myanmar dan Bangladesh pada tahun 2017. Hingga pada Februari 2019 lalu tim medis kedaruratan MDMC resmi terdaftar oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Atas kiprah inilah, MDMC menjadi benchmarking (tolak ukur) penanganan kebencanaan dan kemanusiaan oleh dosen Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang berkunjung ke kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta, pada (4/9/2019).
Kunjungan para dosen Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) atau secara internasional dikenal dengan nama Nasional University of Malaysia ini adalah rangkaian Benchmarking Progam in Yogyakarta, Indonesia bertujuan ingin untu mengetahui kiprah MDMC dalam respon kebencanaan dan kemanusiaan di Indonesia dan Internasional.
Kunjungan Dosen Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) disambut oleh Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan dan Wakil Ketua MDMC, Arif Jamali Muis serta beberapa pengurus MDMC.
Budi Setiawan, Ketua MDMC PP Muhammadiyah dalam penyambutannya mengatakan, kegembiraanya bisa kedatangan tamu dari UKM. Menurut Budi, keberadaan Muhammadiyah sudah cukup berkembang di Malaysia.
“Bahkan melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia yang berada di Kuala Lumpur, MDMC pernah dilibatkan memberi pelatihan kebencanaan di Malaysia,” katanya.
Budi menjeskan, keberadaan MDMC yang lahir sejak tahun 2010 tak terlepas dari respon kebencanaan yang terjadi di Indonesia untuk membatu pemerintah. Terlebih Indonesia dalam peta adalah daerah Ring of Fire (lingkaran api pasifik) dimana sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan samudra pasifik.
Seperti pada tahun 2018 ini berbagai bencana terjadi di Indonesia diantarnya gempa bumi di Lombok Mataram, kemudian berlanjut di Palu ada tsunami dan gempa bumi, belum selesai terjadi kembali tsunami di Selat Sunda atas letusan Anak Krakatau.
“Oleh karena itu, kami MDMC melakukan repson tanggap darurat baik dari Lombok, kemudian di Palu dan Selat Sunda sebagai misi kebencanaan dan kemanusiaan,” katanya.
Sementara itu, Nur Saadah binti Mohammad Aun, Ketua Penyelaras Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) mengaku senang telah disambut baik oleh MDMC PP Muhammadiyah.
“Kami mengaku senang bisa berada di sini. Inilah pertama kalinya sampai di MDMC. Bagi saya sendiri sebelumnya pernah mendengar MDMC hanya sekedar tahu sebagai lembaga kebencanaan saat dengar kuliah di kampus,” katanya.
Lanjutnya, setelah mengetahui MDMC, pihaknya cukup terkejut atas kiprah MDMC dalam kebencanaan dan kemanusiaan internasional.
“Untuk itu, kami ingin menambah wawasan dan jaringan (network) bagi para pegawai-pegawai yang ikut dalam rombongan, yaitu Pegawai Kanan Jabatan Kebijakan Masyarakat Malaysia dan Pengawai Institut Sosial Malaysia,” jelasnya.
Para rombogan cukup antusias mengenal kiprah MDMC seperti yang ditanyakan beberapa rombongan tentang pendanaan MDMC, respon cepat MDMC dan pelatihan kerelawanan yang dilakukan MDMC.
Selain Dosen Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) rombongan yang berjumlah 25 orang, rombongan ini juga datang dari Pegawai Kanan Jabatan Kebajikan Masyarakat Malaysia (JKM), Pegawai Institut Sosial dan para siswa Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). (Andi)