MUHAMMADIYAH. ID, BANGKOK -Emergency Medical Team (EMT) Global 2019 merupakan pertemuan tiga tahunan yang di selenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pertemuan kali ini yang digelar di Bangkok pada 12-14 Juni 2019 dihadiri oleh 90 negara, dan perwakilan enam regional global (Afirca, Americas, Europe, Eastern Mediterranean, South-East, dan Western Pacific) dan bertempat di Royal Orchid Sheraton Hotel.
Sementara Perwakilan dari Indonesia adalah dr. Alghazali dari Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, dr Suswardana dari TNI, Istiana dari PMI sedangkan dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) diwakili dr. Corona Rintawan Sp.EM, Koordinator EMT Muhammadiyah, dan M. Abdoel Malik R, wakil sekretaris MDMC untuk kemitraan dan urusan kemanusiaan global.
Dalam kesempatan itu, MDMC diminta untuk memberi sumbangsih pemikiran terkait pelayanan kesehatan di situasi yang kompleks atau konflik bersenjata.
dr. Corona dalam paparannya menyampaikan bahwa Muhammadiyah memiliki pengalaman dalam memberikan pelayanan kesehatan di situasi konflik. Diantaranya seperti yang terjadi di Sampang, Madura, dan konflik di Lampung.
"Muhammadiyah telah memiliki prosedur tersendiri dalam penanganan korban massal yang dalam hal ini terkait dengan konflik maupun kerusuhan," jelas dr Corona.
Selain itu, perkhidmatan kemanusiaan Muhammadiyah untuk skala global diantaranya melalui platform program MuhammadiyahAID yang di pimpinan oleh Lembaga Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah bersama MDMC, Lazismu, dan juga lembaga-lembaga terkait di Persyarikatan Muhammadiyah.
Sementara Malik menyampaikan, Muhammadiyah telah melewati 100 tahun tanggap darurat bencana dan konflik sosial sejak pertama kali respon pada tahun 1919 untuk Indonesia.
"Kini, kita sudah kembangkan sayap Rahmatan lil 'Alamin lebih jauh dengan meletakkan fondasinya di regional Asia melalui pelayanan kemanusiaan di situasi darurat di Malaysia, Filipina, Nepal, Bangladesh dan juga Palestina," jelas Malik pada Rabu (12/6).
dr. Ian Norton manager EMT WHO menjelaskan, dipilihnya Thailand sebagai tuan rumah dikarenakan keberhasilan Thailand dalam menyatukan klinis dan kesehatan masyarakat dan menjadi contoh baik bagi semua.
"Kita kesampingkan dahulu urusan politik dan mengedepankan kemanusiaan. Dalam tanggapan darurat penanganan klinis dan pelayanan kesehatan, niat baik tidak cukup "good intention" are not enough. Pertemuan ini untuk membahas prinsip, standar dan kualitas pelayanan kesehatan," paparnya.