MUHAMMADIYAH.ID, KONAWE – Duka akibat musibah Banjir sedang dialami beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya di Sulawesi yang memutuskan jalan trans Sulawesi Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Konawe Utara Sulawesi Utara (Sultra). Curah hujan yang cukup tinggi di daerah tersebut yang membuat banjir melanda pasca lebaran kemarin juga merupakan banjir air kiriman dari Kabupaten Tana Toraja dan dan Kabupaten Engrekang.
Dihubungi redaksi Muhammadiyah.id, Haidir Muhari, Wakil Ketua Bidang Media, Teknologi, dan Informasi, Kwarwil Hizbul Wathan Sulawesi Tenggara mengatakan bahwa saat ini Muhammadiyah Sulawesi bersama organisasi otonomnya (ortom) telah melakukan koordinasi terkait bencana alam tersebut.
“Sementara ini ada dua posko penggalangan bantuan yaitu di Universitas Muhammadiyah Kendari dan di Apotek Muhammadiyah Kendari 2. Sampai hari ini posko itu masih terus menerima bantuan,” kata Haidir Rabu (12/6).
Ia mengatakan masing-masing ortom meliputi ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah , Nasyiatul Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh Muhammadiyah Sultra menggalang bantuan, berupa uang, pakaian yang layak untuk dipakai.
“Posko di Universitas Muhammadiyah Kendari secara umum ditangani oleh pihak kampus dan di Apotek Muhammadiyah Kendari 2 ditangani oleh Ortom, khususnya IMM. Di lokasi bencana yaitu di Konawe Utara ada yang kader yaitu Immawan Asman Ketua Umum PC IMM Kota Kendari yang memantau dan melaporkan kondisi banjir dan pengungsi,” jelasnya.
Haidir juga mengungkapkan bahwa dalam penanganan selanjutnya tim Muhammadiyah Sulawesi masih menunggu koordinasi dengan Tim Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang rencana datang malam tadi.
Ada enam kecamatan yang terendam banjir, diantaranya, Andowia, Ohea, Asera, Landawe, Langgikima , Wiwirano. Pendataansejauh ini telah dilaporkan bahwa 202 unit rumah hanyut dan 1.396 unit rumah terendam banjir. Sedangkan untuk ahan sawah, 970,3 HA, lahan Jagung 83,5 H, dan lainnya : 11 HA. Di sektor perikanan tambak yang terendam seluas 420 HA.
Berdasarkan kondisi yang ada, Haidir memaparkan kebutuhan yang dibutuhkan para pengungsi diantaranya, pampers balita dan lansia, bahan makanan mentah (telur, beras, mie, sayur, dan lauk pauk), makanan siap saji, susu, obat-obatan, perahu karet, pembalut wanita, dan pakaian dalam.
Pada penanganan bencana kali ini, Haidir menjelaskan bahwa akan melaksanakan seperti umumnya penanganan bencana. Diantaranya melakukan pendampingan saat bencana dan pasca bencana, trauma healing, pengajian dan penyuluhan, pemberdayaan ekonomi, penghijauan dan yang lainnya.
“Kami berharap apa yang telah kami lakukan ini paling tidak dapat membantu mengurangi duka dari korban bencana,” pungkasnya. (Syifa)